f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kebhinekaan

Merawat Kebhinekaan di Program Bekal Pemimpin

Isu SARA (suku, agama, ras dan antar golongan) merupakan ancaman disintegrasi yang menghantui bangsa Indonesia. Konflik SARA menjadi momok menakutkan yang menjadi konflik sosial yang sensitif, khususnya ketika berbicara soal kebhinekaan. Mutikulturalisme digadang-gadang menjadi salah satu alasan yang ada dalam kehidupan berbangsa masyarakat Indonesia.

Rentetan peristiwa mulai dari konflik bersenjata di Papua yang belum tuntas; sebaran berita hoax yang hampir tiap hari mewarnai media sosial kita; aksi penistaan agama; teror bom bunuh diri di gereja katedral Makassar; serangan di Mabes Polri. Proses sosial di masyarakat yang bersifat disosiatif, seperti persaingan tidak sehat; saling fitnah; saling hasut; pertentangan antar individu maupun kelompok,

Maraknya aksi tersebut menjadi salah satu bentuk ujian untuk semboyan Bhineka Tunggal Ika dan belum sepenuhnya berjalan harmonis di tengah kehidupan masyarakat. Terkikisnya rasa toleransi menciptakan jurang pemisah, entah disadari atau tidak oleh masyarakat. Dari peristiwa tersebut perlu upaya untuk terus menerus merawat keberagamaan.

***

Lantas, bagaimana cara kita memaknai Pancasila? 1 Juni 1945 merupakan momen bersejarah bangsa Indonesia. Tentunya tidak hanya sekedar seremonial belaka, yang tiap tahun kita rayakan dengan penuh keramaian. Pancasila merupakan suatu sistem, cita-cita atau keyakinan yang menjelma sebagai ideologi. Ideologi sendiri mengandung tiga unsur logos (rasionalitas atau penalaran); pathos (penghayatan); ethos (kesusilaan) (Ali, Arif: 2012).

Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil merumuskan dan mengesahkan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945, dengan bunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaran/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”.

Baca Juga  Kaum Toleran yang Dirindukan

Jika kita memaknai hakikat dengan segenap jiwa dan raga, 76 tahun para founding father Indonesia telah berhasil membawa bangsa ini menjadi bangsa yang merdeka dan bebas dari segala bentuk penjajahan dengan menegaskan pancasila sebgai simbol kerukunan umat beragama. Dengan pacasila kita mampu menjaga dan merawat keanekaragaman di tengah masyarakat yang majemuk. Pancasila sebagai manifestasi pengamalan dalam kehidupan sehari-hari secara nyata dan sebuah keharusan baik secara moral maupun hukum.

***

Keanekaragaman merupakan sebuah keniscayaan serta anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa;  warna dalam membangun bangsa. Allah SWT dengan tegas dalam Al Qur’an Surah Al Hujurat, Ayat 13:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ 

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu”

Sungguh indah ayat di atas, memberikan informasi untuk saling mengenal dalam perbedaan. Bagaimanapun juga keragaman ini merupakan sebuah  sunnatullah. Makna lita’arafu dalam ayat di atas tentunya bukan hanya sebatas saling kenal mengenal, namun ada nilai yang tarmaktub di dalamnya, bagaimana manusia saling mengahargai, memiliki sikap yang luhur untuk menjunjung nilai-nilai kemanusiaan universal tanpa membedakan latar belakang etnis, agama, dan unsur primordial lainnya.

Inilah pemberian Allah Swt, keragaman ini merupakan desain Tuhan,  keindahan dalam kebhinekaan yang harus kita rawat bersama agar tercipta rasa persatuan dan kesatuan sebagaimana cita-cita luhur bangsa ini. Pertanyaan sederhana, bisakah kita berdamai dengan keragaman tanpa ada intoleransi ataupun kekerasan di antara masyarakat? Mengapa tidak? Bangsa Indonesia yang memiliki ragam budaya, etnis, bahasa, agama serta adat istiadat, keragaman ini hendaknya menjadi kekuatan dalam mepersatukan perbedaan, bukan sebagai gangguan apalagi sebuah ancaman.

Baca Juga  Bersahabat dengan Orang Tua
***

Bhineka Tunggal Ika yang memiliki arti berbeda-beda tetapi satu jua, jangan hanya dipandang sebagai sebuah simbol kesatuan bangsa, namun semboyan ini harus terpatri dalam setiap warga negara dalam menjaga toleransi demi mewujudkan cita-cita dan impian Indonesia emas untuk tahun 2045 yakni berdaulat, maju, adil dan makmur

Degradasi nilai-nilai multikultural dari perspektif agama maupun ras, etnik dan suku menjadi sebuah masalah bersama bangsa Indonesia dan masalah kemanusiaan pada umumnya. Upaya untuk meminimalisir degradasi tersebut dapat terlaksana dengan mengembangkan nilai-nilai multikultural.(Rohmat, 2014, 2).

Salah satu program yang saya ikuti selama satu semester yaitu program BEKAL (Bersama Kelola Alam Adil Lestari) Pemimpin yang diluncurkan oleh United in Diversity dengan dukungan The David and Lucile Packard Foundation, sekarang memasuki angkatan kedua.

Program ini bertujuan menumbuhkan jejaring pemimpin muda di bidang lingkungan yang mampu menggerakkan transformasi sosial menuju pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang berkeadilan, berkelanjutan, dan berkearifan lokal. Para peserta berasal dari berbagai daerah mulai dari ujung Aceh sampai ujung Papua, serta memiliki latar belakang agama yang berbeda-beda,

***

Peserta program BEKAL ini terddiri dari perwakilan semua unsur masyarakat baik dari pemerintahan nasional dan lokal, pelaku usaha dan industri, LSM/NGO, maupun akademisi dan media. Kegiatan BEKAL ini bagi saya merupakan salah satu bentuk merawat kebhinekaan. Para trainer mengajak kami untuk menumbuhkan sikap welas asih, mengekspresikan kepedulian, saling menghargai, merajut asah dan kasih kepada sesama peserta tanpa melihat dari suku maupun agamanya, mereka menjadi bagian dari perjalanan kami sebanyak 56 peserta.

Kami larut dalam canda dan tawa, berbagi kisah bagaimana keragaman di tempat kami berada. Keanekaragaman itu membuat diskusi kami hidup, dan kami menikmatinya sebagai satu keluarga. Untuk masyarakat Indonesia di manapun berada, mari bersma memaknai pancasila sebagai keharmonisan dalam kehidupan bergama, karena kita semua bersaudara, salam Pancasila!.

*) Hasmiatimia El Bugis

Bagikan
Post a Comment