f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pelestarian alam

Peran Muslim dalam Pelestarian Alam

Di era modern ini, manusia dihadapkan pada isu terkait keberlanjutan lingkungan. Isu-isu seperti perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman, dan polusi telah menjadi perhatian global. Setiap harinya, manusia melakukan aktivitas yang tidak terkendali, seperti eksploitasi sumber daya alam, pencemaran udara dan air, serta produksi limbah plastik dapat memperburuk kondisi alam.  Dalam hal ini, manusia memiliki tanggung jawab dalam upaya pelestarian alam. Pelestarian alam tidak bisa dianggap sebelah mata. Pelestarian alam merupakan upaya mengabadikan, memelihara, dan melindungi alam dari adanya perubahan.

Dalam pandangan umat Islam, menjaga alam bukan sekadar tanggung jawab sosial, tetapi merupakan bagian dari ajaran agama. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah saja namun juga mengatur hubungan sesama manusia dan alam semesta. Islam sebagai agama yang komprehensif telah memberikan panduan yang jelas mengenai bagaimana manusia sepatutnya berinteraksi dengan alam. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw. menegaskan akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai tanda menghormati ciptaan Allah Swt.

Al-Quran telah memerintahkan umat muslim untuk memelihara alam. Pemeliharaan alam merupakan perwujudan dari keimanan seseorang. Pentingnya persoalan lingkungan digagas dengan hadirnya pandangan tentang fikih lingkungan (fiqh al-Bi’ah). Fikih tersebut adalah seperangkat aturan perilaku ekologis manusia yang ditetapkan oleh ulama. Tentunya fikih lingkungan bersumber pada Al-Qur’an. Allah Swt. dengan tegas berfirman dalam Q.S Al-A’raf ayat 56 tentang larangan melakukan kerusakan di bumi. Selain itu, Allah Swt juga berfirman dalam Q.S Al-Baqarah ayat 205 tentang seruan untuk menjaga keseimbangan alam dan larangan melakukan aktivitas yang dapat membuat kerusakan di bumi.

Menjaga dan melestarikan alam juga dijelaskan dalam hadis-hadis nabi. Nabi Muhammad Saw. menentang segala tindakan yang dapat mencemari atau merusak lingkungan seperti membuang sampah sembarangan, buang air di tempat umum dan lain sebagainya. Sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda:  Dari Mu’adz bin Jabal dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Takutilah tiga perkara yang menimbulkan laknat; buang air besar di saluran air (sumber air), di tengah jalan dan di tempat teduh”. (H.R. Abu Daud No. 24).

Baca Juga  Tak Ada yang Salah dengan Istilah Emak-emak

Allah SWT. menugaskan manusia sebagai khalifah di bumi. Tercantum pada Q.S Al-An’am ayat 165. Alam yang Allah Swt. ciptakan dengan sempurna ini digunakan untuk mengatur keberlangsungan makhluk sekaligus memberikan kepercayaan bagi manusia untuk mengelolanya agar mencapai kemakmuran serta menjaga lingkungan agar terhindar dari bencana akibat ulah manusia itu sendiri. Kehidupan manusia sangat bergantung pada kondisi abiotik serta biotik lingkungan sehingga secara moral manusia dituntut untuk bertanggung jawab pada kelangsungan, keseimbangan, dan kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupannya.

Keunggulan dan kekuatan manusia dalam mengontrol perilakunya pada alam dan makhluk lainnya merupakan sebuah amanah dari Allah Swt. Sehingga manusia harus mampu menunjukkan tanggung jawab pada alam dengan segala isinya. Tindakan pemeliharaan kebersihan dan kelestarian alam bukan hanya penting untuk kesehatan manusia dan makhluk hidup lain. Tetapi untuk menjaga ekosistem bumi tetap seimbang dan berkelanjutan. Ini mencakup tindakan seperti membuang sampah pada tempatnya, mengurangi polusi udara dan air, menjaga keanekaragaman hayati, dan mendukung praktik-praktik ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam Islam, konsep zuhud (kesederhanaan) dan tawadhu (merendahkan diri) mendorong muslim untuk mengurangi pemborosan dan konsumsi secara berlebihan. Konsumsi berlebihan dan pemborosan SDA memiliki dampak negatif karena merugikan keberlanjutan lingkungan. Dengan melakukan perubahan pada pola konsumsi kita, kita dapat memberikan kontribusi positif untuk mempertahankan SDA kepada generasi mendatang. Hal tersebut mencakup aktivitas seperti penggunaan SDA yang lebih efisien, mendaur ulang, memilih produk yang ramah lingkungan.

Konsep etika dalam penggunaan SDA didasarkan pada prinsip-prinsip moral yang tertanam pada ajaran agama. Prinsip-prinsip seperti keadilan, tanggung jawab, dan pemeliharaan lingkungan menjadi dasar dalam memanfaatkan SDA. Penggunaan SDA haruslah adil dan merata, tanpa merugikan orang lain atau memonopoli sumber daya untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Islam juga menekankan konsep warisan (hirz) dalam pengelolaan alam. Manusia diwajibkan untuk menjaga dan mewarisi lingkungan dengan baik kepada generasi berikutnya. Dengan menerapkan etika dalam penggunaan SDA, kita dapat menciptakan alam yang berkelanjutan dan adil bagi semua makhluk hidup.

Baca Juga  Perkuliahan Daring: Produktif atau Kontraproduktif?

Manusia mempunyai tanggung jawab besar dalam melestarikan alam. Al-Qur’an secara jelas menegaskan bahwa manusia diangkat menjadi khalifah di bumi, yang berarti manusia memiliki tanggung jawab untuk merawat serta menjaga alam di bumi. Hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. juga memberi petunjuk tentang keharusan menjaga alam, termasuk larangan merusak sumber air, larangan menebang hutan secara sembarangan, serta membuang sampah sembarangan. Manusia dihimbau untuk bertindak sebagai pengelola alam yang bijak dengan mengambil langlah-langkah konkret seperti menjaga keanekaragaman hayati dan menggunakan sumber daya secara berkelanjutan. Dengan mempraktikkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat memberikan kontribusi dalam melestarikan alam untuk generasi mendatang.

Bagikan
Post a Comment