f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
untuk

Surat untuk yang Dicinta

Kau tahu, bulan-bulan ini Ibu sedang berjuang menyusun skripsi. Rasanya menyenangkan, karena dengan itu dapat membuka cakrawala pengetahuan Ibu terkait manusia, perempuan khususnya, dan tentu saja Allah Swt.

Apa kehadiranmu tidak Ibu rindukan, hingga seolah-olah Ibu berlama-lama di jalan ini? Apakah kau berasumsi bahwasanya Ibu egois, menganggap bahwa kehadiranmu adalah suatu hal yang merepotkan, menyusahkan, membatasi gerak-gerik Ibu? Tidak. Kau sangat berarti, maka keberartian itu harus kita sambut kedatangannya dengan cara terbaik, bukan?

Apa yang Harus Dipersiapkan?

Pertama, Ibu harus selesai dengan diri sendiri terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan selesai adalah teguh di atas prinsip-prinsip hidup yang didasarkan pada syari’at Islam. Entah kenapa, baru Ibu insyafi bahwasanya segala keterampilan dan pengetahuan yang Ibu miliki, harus dibingkai dengan sabar dan syukur.

Sabar itu tidak hanya sekadar ketika temanmu menjailimu lantas kau tidak membalas. Sabar lebih dari pada itu, ketika kau berusaha untuk tetap sadar, untuk tetap belajar walau lelah dan jengah, itu juga adalah wujud dari rasa sabar.

Seperti halnya kau bersyukur atas hidup dan kehidupan ini, maka kau harusnya tidak bermalas-malasan, berjuang sekuat tenaga untuk menyelesaikan perjalanan. Itulah manifestasi dari rasa syukur terbaik. Kau harus tahu ini, petuah dari ulama yang sangat Ibu segani, Buya Hamka, kata beliau sabar dan syukur itu bagaikan dua sayap burung. Sekali salah satu di antara keduanya patah, burung tersebut tak dapat mengangkasa.

***

Kedua, Ibu akan berusaha mencari ayah terbaik. Alasan kedua ini pun berkelindan dengan alasan pertama. Tersebab di dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwasanya jodoh itu cerminan. Perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, begitu pula sebaliknya. Ini bukan hanya sekadar ketakutan Ibu tentang perempuan yang potensial terzalimi laki-laki, melainkan juga tentangmu.

Baca Juga  Mama : Malaikat Dunia

Sebagai anak kau berhak mendapatkan lingkungan yang sehat dan baik. Kau tahu, pengelolaan emosi anak yang dekat dengan ayahnya dengan yang tidak itu berbeda. Ibu tidak ingin, hatimu patah teralalu keras. Bukan berarti, Ibu menginginkan engkau tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, hey, yang benar saja, lantas di mana seninya hidup ini jika demikian?

Hanya saja, Ibu ingin kau pandai menempatkan diri. Adil terhadap diri sendiri dan alam semesta. Tentu saja, lebih banyak perspektif dalam hal ini adalah persepktif dari Ayah sebagai laki-laki dan Ibu sebagai perempuan, kau akan lebih bisa mengarahkan setiap emosi.

Sedangkan yang ketiga dan yang lainnya Ibu harus terus memungut hikmah, dari membaca buku dan membaca realitas. Agar esok sebelum kau tidur dapat Ibu ceritakan dengan beragam cerita dari negeri-negeri jauh di ujung sana. Semua itu agar Ibu tidak bersikap zalim kepadamu, kepada seseorang yang Ibu cintai karena Allah Swt.

Pesan Ibu pada Putrinya

Nak, boleh jadi jargon ini akan sampai jua pada masamu kelak suatu saat nanti bahwasanya al-umm madrasatul, ibu adalah madrasah bagi putra-putrinya. Kau bagaikan kertas putih yang tiada garis atau noda apapun, kosong. Maka dalam hal ini, Ayah dan Ibu yang paling berperan dalam mengisinya. Entah itu akan Ayah dan Ibu gambari dengan pemandangan, anime, bangunan-bangunan atau garis-garis abstrak, rasanya di usia itu kau tidak punya pilihan, pasrah.

Perlu kau ketahui, di masa Ibu ada virus pandemi yang hampir dua tahun tak jua berlalu. Kegiatan belajar mengajar dari tingkat paud-kuliah terpaksa dirumahkan. Semua serba susah, baik guru, murid maupun orang tua. Apalagi jika guru, murid, atau orangtua tersebut gaptek.

Baca Juga  Pembunuhan Batal Terjadi

Kau bisa mengimajinasikan bagaimana repotnya orang tua, mengurusi anaknya yang tentu saja walau zaman serba canggih, masih sedikit yang bisa mengoperasionalkan gadget dengan baik. Belum lagi, ibu-ibu mendadak dituntut untuk jadi guru, menjelaskan materi yang diberikan oleh guru melalui media komunikasi tersebut. Bayangkan jika sang ibu tersebut bahkan baca tulispun tak bisa? What’s next?

Jadi walau bagaimanapun keadaan yang kau hadapi kelak suatu saat nanti, lagi-lagi kau harus bersabar. Barangkali kelak budaya patriarki semakin merajalela. Kau tahu budaya patriarki, bukan? Adat kebiasaan di mana hal itu ditentukan berdasarkan pikiran laki-laki, semua norma dibentuk berdasarkan sudut pandang laki-laki.

***

Jika suatu saat nanti kau bingung, merasa bersalah; mempertanyakan berulang kali benarkah keputusan yang kau ambil untuk tidak buru-buru menikah. Hanya karena orang-orang di sekitarmu menyangsikan hal itu, ingat ini baik-baik Nak, bahwa kata Allah orang yang berilmu dengan yang tidak itu berbeda (QS. 36: 9), Allah pun berfirman yang ditujukan untuk laki-laki dan perempuan dalam QS. At-Taubah: 122:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

Ketika kau telah benar-benar memahami iman, amal shalih dan takwa, kau akan menikmati setiap ketertatihan dalam belajar.

Jika kau masih ragu, karena mereka menyerangmu dengan dalih agama bahwasanya tak diakui umat mabi. Jika tidak menikah, kau harus ingat kau bukannya tak hendak untuk menikah akan tetapi menunggu waktu terbaiknya. Dan yang tahu waktu terbaik itu hanya Allah Swt. Ibu tak hendak mengulur-ngulur waktu pernikahanmu, Ibu pun tak hendak menuntut kau agar sama dengan Ibu dalam menyikapi tentang pernikahan ini, Ibu hanya ingin dalam mengambil keputusan apapun, keputusan itu ada dasarnya, ada argumentasi yang bisa kau paparkan.

Baca Juga  Saya OTG (2) : Maaf, Saya Tetap Percaya Dokter

Kau harus tahu ini bahwasanya para fuqaha—yang sering dikatakan kaku dalam menghadapi persoalan ummat—menggolongkan pernikahan pada lima hukum dan kedudukan. Pertama, wajib, bagi orang yang telah mampu melakukannya dan merasa khawatir terjerumus pada perbuatan zina. Kedua, sunnah, bagi orang yang mengharapkan keturunan namun ia tidak merasa khawatir akan terjerumus pada perbuatan zina dengan tidak menikah suka atau tidak suka.

***

Ketiga, makruh, bagi orang yang tidak tertarik untuk menikah dan tidak tertarik untuk memiliki  keturunan. Keempat, mubah, bagi orang yang tidak khawatir terjerumus perbuatan zina dan tidak mengharapkan keturunan. Kelima, haram, bagi orang yang mengancam kebahagiaan pasangan dengan tidak memenuhi kebutuhannya, atau punya usaha yang haram. Hal ini berlaku meski pada yang tertarik untuk segera menikah dan tidak merasa khawatir akan hidup sengsara.

Jadi pernikahan itu, bukan tujuan akhir dari seluruh perjalananmu, ia sama seperti pilihan-pilihan lain. Maka perhatikan syarat-syaratnya agar perjalananmu aman dan juga rutenya, pelajari petanya, ke mana tujuan perjalananmu itu. Maka saran Ibu, jangan menikah hanya karena cinta, menikahlah dengan orang yang bisa kau jadikan sebagai sahabat, enak untuk ngobrol. Karena cinta yang romantik itu durasinya bisa habis. Sedang orientasi pernikahan itu hendaknya untuk melahirkan super babies, generasi yang mampu melejitkan potensi manusia.

Bagikan
Post a Comment