f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pembunuhan

Pembunuhan Batal Terjadi

Kabar tentang hilangnya nyawa manusia akibat pembunuhan, mewarnai berita-berita setiap hari hampir di semua media massa. Begitu sering dan gampangnya nyawa melayang kadang membuat sebagian dari kita abai dan tidak menyangka ketika hal itu terjadi justru di dekat tempat kita berdiri hari ini. Apa motifnya tentu membutuhkan penyelidikan secara mendalam.

***

Peristiwa di Brebes tentang seorang ibu yang tega membunuh anaknya telah mengingatkan aku akan curhatan salah satu sahabatku beberapa tahun lalu sebelum covid-19 hadir.

“Mbak, beberapa hari ini setiap memandang suamiku tertidur nyenyak, ingin rasanya aku membunuh dia saat itu juga. Tak punya suami, aku masih bisa makan kok dan masih mampu menghidupi anak-anakku daripada aku menderita bertahun-tahun karenanya.” Aku sebenarnya terkejut bukan kepalang tapi sedapat mungkin aktingku biasa saja agar dia bebas meluapkan perasaannya.

“Tiap hari aku masih melayani segala keperluannya karena sebagai istri aku ingin berbakti kepadanya. Namun apa yang kudapat? Sudah berulang kali aku bicara baik-baik tapi dia seolah tak mau tahu bahwa ada beban berat yang menekan batinku. Aku hanya bisa menjerit dalam diam karena pernah spontan menjerit di rumah, dia menganggap aku sudah tidak waras,” tambahnya sambil kulihat matanya mulai berkaca-kaca.

“Menyembunyikan kepedihan di mata anak-anak membuat dadaku makin tertekan. Aku sudah tak kuat lagi, Mbak. Jika membunuh itu boleh dan tak banyak urusan, tentu saat ini aku sudah membunuhnya.” Tangisnya pecah ketika mengatakan itu.

***

Dia sahabatku, seorang PNS yang bersuamikan PNS pula. Dia tidak cerita sejak kapan persisnya prahara rumah tangga dimulai. Tapi dari pantauan teman-temannya termasuk aku, akhir-akhir ini dia jarang bicara dan tampak ada sesuatu yang dia rahasiakan. Kadang kurang fokus dengan pekerjaannya sampai pada suatu hari dia datang dan bercerita padaku.

Baca Juga  Sawang Sinawang

Sebagai orang yang tidak pernah menimba ilmu tentang kejiwaan dan nol pengetahuan tentang hal-hal yang menyangkut psikis seseorang, aku memilih sebagai pendengar seperti yang dia mau. Meski tujuan utamanya mencari solusi namun dia sadar, tak semua orang mampu memberi solusi. Bersedia mendengarkan keluh kesahnya, dia sudah merasa sedikit lega, katanya.

Awalnya dia tidak ingin ada orang lain tahu. Tapi semakin lama menyimpannya, dia merasa tak mampu lagi memendam gejolak rasa. Dia sadari akan lebih buruk akibatnya jika tidak dia utarakan minimal kepada sahabatnya. Kepada keluarga khususnya orang tua, tak sampai hati. Ada semacam perang batin antara bercerita kepada orang lain atau diam. Akhirnya meluncurlah cerita yang sungguh membuatku bergidik hampir tak percaya.

Tak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang lain terlalu dalam, aku pun masih diam sambil menyimak cerita dan curhatannya yang dia ungkapkan secara detail mengapa sampai berpikiran ingin membunuh. Mendengar semua keluhannya, pikiranku melayang. Andai aku yang mengalami, aku belum tentu mampu menjalani saking beratnya tekanan batin yang dia pikul.

***

Dari problem asmara perselingkuhan oleh sang pendamping, masalah finansial, hutang piutang di sana-sini yang merusak nama baiknya dan lain-lain. Hal ini telah membuatnya stress, letih, sakit hati, merasa tak dihargai dan berbagai perasaan negatif lainnya. Tak ada tempat baginya untuk ngelongi (mengurangi) beban batin yang mendera dan kalau toh ada, dia tidak bisa percaya yang dia tuju itu amanah atau tidak.

Dia menganggap aku sebagai sahabat yang bisa dia percaya dan mampu menggenggam sebagian rahasia hidupnya. Oleh karena itu aku hanya bisa memintanya untuk senantiasa bersabar dan mendoakan semoga dia mendapatkan petunjuk. Mendorong semangatnya untuk bangkit lebih mendekat kepada Sang Pencipta dan mengingatkan bahwa anak-anak masih membutuhkan bimbingan dan kasih sayang orang tuanya karena masa depan mereka harus dipikirkan pula.

Baca Juga  Mengais-Ngais Hal Kecil Untuk Disyukuri

Selain berdoa dengan segenap kerendahan hati mohon petunjuk kepada Illahi Robbi, dia sempat menemui seorang tokoh agama, Kyai, berharap mendapatkan nasehat dan solusi yang bisa menentramkan hati. Ketika sakit hati kian tak terperi dan muncul keinginan melenyapkan suami dari muka bumi yang masih meronta-ronta minta dituruti, ternyata hanya bisa diredam dengan satu kata “Sabar”. Pembunuhan bukan jalan keluar.

Sakit hati tetaplah sakit hati yang butuh waktu untuk menyembuhkannya yang antara manusia satu dan lainnya tidak sama waktu dan caranya. Tidak semua perbuatan buruk yang menimpa kita harus dibalas pula dengan keburukan. Bisa jadi hanya ujian yang masing-masing pribadi sudah ada takaran dan kadarnya dari Yang Maha Kuasa.

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS Al-Baqarah:286)

***

Ada saatnya batin tertekan karena satu dan lain hal, ini tak boleh dibiarkan makin tertekan. Prahara rumah tangga memang privasi yang bersangkutan. Tapi mengungkapkan apa yang dia rasakan, jauh lebih baik daripada memendam masalah yang berujung tekanan batin. Jika belum ketemu solusi, minimal berkurang penyebab sesak di dada dan membuat  perasaan lega.

Sahabatku melakukan itu. Saat niat jahat dan keji menguasai alam pikirannya, dia segera beristighfar, mohon ampunan-Nya. Setiap kali dorongan negatif itu muncul, muncul pula wajah-wajah polos anak-anaknya berkelebatan. Dia tak ingin mereka menjadi yatim karena perbuatannya. Dia juga tak ingin anaknya menjadi seorang anak narapidana.

Satu lagi yang dia khawatirkan adalah dia tidak ingin ketika menjalankan tugas negara sebagai pendidik di sebuah SMP tiba-tiba datang sejumlah polisi yang membekuknya lalu meringkusnya di depan anak didik karena sebuah kasus pembunuhan. Apa yang akan ia terangkan ke murid-muridnya nanti? Tentang polisi atau tentang bu guru pembunuh atau tentang sebuah peristiwa pembunuhan yang viral?.

Baca Juga  Belajar dari Syaban, Berbuat Baik dengan Hal Terbaik

Editor: Siti Robikah

Bagikan
Post tags:
Comments
  • Hotma DL Tobing

    Memang kalau masalah yang dihadapi insan sudah bertumpuk2, tentulah cobaan ini berat. Diperlukan kesabaran yang tinggi untuk lebih dekat dengan Tuhan. Agar tidak terpancing untuk melakukan hal-hal yang memukul, membunuh atau perbuatan lainnya. (Ayah dari 1 anak+ menantu, dua gadis, Tangerang)

    April 2, 2022
    • Wurry Srie

      Ya, benar Pak, karena tingkat kesabaran manusia yg satu dan lainnya tidak sama.

      April 2, 2022
  • Zuli Ariyani

    Ibu tempat yang hangat untuk anak2nya. Dan tempat tercurahnya kasih sayang dan bahasa kasih.
    Tapi
    Seorang ibu juga butuh kasih sayang dan bahasa kasih dari suami dan orang2 sekitar. Sebagai suport dan isi batrai kewarasannya

    April 20, 2022
    • Wurry Srie

      Benar, Mbk Zuli.

      April 21, 2022
Post a Comment