f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
budaya

Pemertahanan Budaya di Tengah Gempuran Modernisasi

Budaya merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” berupa cipta, karsa, dan rasa. (Koentjaraningrat, 2009).

Dewasa ini, persebaran arus modernisasi dan globalisasi menjadi suatu hal yang tidak dapat terelakkan. Perkembangan arus modernisasi dan globalisasi tentu dapat memberikan dampak positif dan negatif. Menilik hal tersebut, berbudaya dapat menjadi landasan utama untuk membentuk tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara. Selain itu, dalam budaya juga terkandung nilai-nilai luhur dan falsafah hidup yang dapat diwariskan secara turun temurun.

Indonesia sebagai negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke memiliki kekayaan dan keberagaman budaya nusantara yang tentunya menjadi daya tarik tersendiri di kancah dunia. Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menetapkan sebanyak 1.728 Warisan Budaya Takbenda (WKTb) Indonesia sejak tahun 2013 hingga tahun 2022 yang terbagi menjadi 5 domain. Demikian pula, nilai-nilai luhur yang telah mengakar di masyarakat menjadi landasan dibentuknya ideologi negara Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam lima sila Pancasila tercermin nilai-nilai kehidupan masyarakat Indonesia, yakni kesatuan dari keanekaragaman agama, keyakinan, budaya, etnis, kearifan lokal, pulau, wilayah geografis dan hayati.

Krisis Karakter di Kalangan Kawula Muda

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, krisis karakter dan keteladanan pada generasi muda masih terjadi. Fenomena krisis karakter dapat tercermin melalui berbagai tindakan seperti kurang menghargai perbedaan antar sesama, lunturnya etika kesopanan, kurangnya sikap toleransi antar sesama, interaksi yang buruk, penyimpangan perilaku maupun minimnya kesadaran akan kepedulian lingkungan. Salah satu bentuk gambaran lunturnya etika kesopanan yang masih terjadi saat ini disebabkan oleh masifnya penggunaan gawai yang tidak “empan nggo papan”. Dampak dari hal tersebut dapat membuat seseorang lebih cenderung abai terhadap lingkungan sekitar bahkan tak acuh, cenderung kurang menghargai orang lain bahkan orang yang lebih tua, serta kurangnya interaksi sosial dengan lingkungan. Selain itu, berkaitan dengan kesadaran lingkungan mengutip penelitian (Islamiyah dkk, 2022) menegaskan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kondisi lingkungan masih kurang. Hal tersebut terlihat dari tindakan membuang bahkan membakar sampah sembarangan.

Di sisi lain, kurangnya kepedulian dan sikap bangga dalam melestarikan budaya masih tampak di generasi muda saat ini. Dengan adanya modernisasi dan masuknya berbagai kebudayaan Barat juga Asia turut andil mempengarui pola pikir generasi muda. Tidak hanya dalam segi pola pikir semata, modernisasi juga memberikan pengaruh dalam segi kehidupan sehari-hari. Seperti cara berpakaian, gaya rambut, gaya berbahasa, dan sebagainya. Dengan adanya pengaruh tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa gaya yang ditunjukkan oleh generasi muda kini terkadang bertolak belakang dengan budaya ketimuran bangsa Indonesia.

Baca Juga  Calling Visa untuk Israel, Akankah Perang Dunia ke 3 ?
Cara Melestarikan Budaya di Era Modern

Menyikapi beberapa keadaan di atas, diperlukan upaya untuk melestarikan budaya di era modern. Merujuk dari Widjaja dalam Jacobus (2016) dijelaskan bahwa budaya merupakan warisan leluhur yang perlu dilestarikan dengan cara berkelanjutan, terarah, dan terpadu. Oleh karena itu, ada  beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh generasi muda untuk turut berkontribusi dalam melestarikan budaya.

Pertama, mengenal dan mempelajari budaya daerah. Bagian paling mendasar untuk melindungi dan melestarikan budaya adalah dengan mempelajari dan memahami tradisi, adat istiadat, dan nilai-nilai kearifan lokal yang ada di suatu daerah. Bentuk nyata dalam tindakan tersebut dapat dilakukan dengan membaca buku atau jurnal-jurnal budaya yang ada di Indonesia. Selain itu, melalui kunjungan ke museum dan tempat-tempat bersejarah juga dapat memperkaya wawasan tentang budaya. Tindakan lain dapat dilakukan dengan cara melihat pertunjukan seni budaya daerah sendiri dan daerah lain, seperti pertunjukan wayang wong, wayang kulit, kuda lumping, reog, dan sebagainya. Dengan melihat pertunjukan tersebut secara perlahan dapat menumbuhkan rasa senang dan bangga akan warisan budaya yang diwariskan oleh leluhur. Keberlanjutan dari sikap mempelajari dapat diperdalam dengan cara memahami makna-makna yang terkandung di dalam setiap tradisi maupun budaya yang disuguhkan.

Kedua, pelestarian budaya dalam ruang kehidupan sehari-hari. Pemberian ruang tersebut bertujuan untuk menumbuhkan sikap “bisa karena terbiasa” pada generasi muda. Dalam konteks berkomunikasi dan berbahasa, penggunaan bahasa Ibu merupakan cara efektif yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk merawat kebudayaan. Bahasa ibu memiliki peran sentral guna memperkuat identitas anak sebagai generasi muda Indonesia. Dalam segi berkomunikasi, anak dapat menerapkan laku suba-sita sebagai bentuk implementasi beretika dan sopan santun. Demikian juga melalui pembiasaan membaca dalam bahasa Ibu, anak maupun generasi muda akan mendapatkan wawasan kebudayaan, nilai-nilai, serta kearifan lokal yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui pembiasaan tersebut, generasi muda diharapkan dapat mengembangkan kepekaan dan keterhubungan akan tradisi yang diteruskan lintas generasi dengan nilai-nilai falsafah di dalamnya.

Baca Juga  Hilangnya Budaya Jalan Kaki

Bertalian dengan pelestarian budaya, makanan tradisional juga dapat menjadi cara untuk menjaga akar budaya. Dalam hal ini, makanan tradisional menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan. Berbagai jenis, bentuk, bahkan bumbu-bumbu kaya rempah khas Indonesia yang telah diwariskan dari generasi ke generasi merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya yang dimiliki dan perlu dilestarikan oleh masyarakat Indonesia juga generasi muda saat ini. Cita rasa kaya rempah merupakan salah satu ciri khas dan otentik yang dimiliki oleh tradisi budaya Indonesia. Makanan tradisional yang menggunakan banyak jenis rempah sebagai bumbu antara lain rendang, coto makasar, mi aceh, soto banjar, tengkleng, tabu moitomo, dan sebagainya. Salah satu contoh makanan tradisional yang memiliki posisi istimewa dalam budaya masyarakat Minangkabau yakni Rendang. Mengutip penelitian Fajarsari (2017), Rendang merupakan salah satu hidangan wajib yang disajikan dalam sebuah perayaan adat oleh masyarakat Minangkabau. Selain itu, bahan-bahan yang digunakan dalam membuat Rendang dipercaya mengandung simbol dan makna filosofis.

Ketiga, aktif dan mendukung tokoh dalam mengikuti kegiatan kebudayaan. Bentuk aktif untuk pelestarian budaya dapat dilakukan dengan cara terjun langsung kedalam sebuah pengalaman kultural. Jenis maupun bentuk budaya tersebut beraneka ragam, seperti tarian, tradisi, ritual, prosesi, dan sebagainya. Dalam bentuk tarian, generasi muda dapat turut serta untuk belajar dan berlatih menguasai tarian tersebut. Dalam bentuk tradisi, penerapan metode yang dilakukan dengan cara mengajak generasi muda untuk mengikuti atau turut andil dalam sebuah tradisi tersebut. Contoh dalam tradisi Nyadran atau Sadranan dilakukan oleh masyarakat Jawa di bulan Sya’ban atau Ruwah sebagai bentuk rasa syukur yang dilakukan secara kolektif dengan mengunjungi makam leluhur yang ada di suatu desa atau kelurahan. Tradisi Sadranan memiliki nilai-nilai luhur yang dapat diteladani seperti nilai sosial, nilai budaya, maupun nilai filosofis. Selain daripada itu, sesepuh atau tokoh budayawan yang memiliki pengetahuan dan pengalaman langsung tentang budaya dapat menjadi mentor pemeliharaan budaya bagi generasi muda.

Baca Juga  Budaya Membaca Ala Milenial

Keempat, pemanfaatan media sosial sebagai cara pelestarian budaya. Teknologi informasi maupun komunikasi dapat menjadi wadah untuk menyebarluaskan budaya bangsa Indonesia dalam bentuk apapun secara cepat dan mudah. Meskipun tidak dapat dipungkiri, teknologi ibarat pedang bermata dua. Di lihat dari segi positifnya teknologi dan budaya memiliki keterkaitan. Budaya sebagai wujud tangible tentu tidak dapat berdiri sendiri, perlu partisipasi generasi muda sebagai agen of change untuk menyebarluaskannya. Dalam hal ini, media sosial menjadi wadah bagi generasi muda untuk mendorong masyarakat melek teknologi dan berbudaya sehingga menumbuhkan kesadaran bahwa budaya merupakan aset bangsa yang perlu dijaga dan dilestarikan.

Secara keseluruhan, pemertahanan budaya di era kini sebenarnya menjadi tanggung jawab bersama. Generasi muda sebagai tonggak utama bangsa Indonesia dapat mengambil peran untuk menyebarluaskan dan memperteguh rasa bangga dan cinta pada budaya daerah dan nasional. Tokoh masyarakat maupun budayawan sebagai mentor dapat memberikan wawasan, ilmu, maupun pengetahuan secara mendalam tentang kebudayaan. Demikian pula, pendidikan dan pemerintahan dapat saling berkolaborasi dan bersinergi dalam mengaktualisasikan kebijakan yang mengarah pada pemertahanan dan pelestarian demi membangun masyarakat Indonesia berbudaya dan bernilai karakter kuat.

Referensi :

Fajarsari, D.D. (2017). Nilai Pendidikan dalam Kuliner Rendang. Buletin: Al-Turas Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama, XXIII (2).

Islamiyah, N.Q., Ni’amah, M., Susanto, M.A.D., & Fitriah, N.A. (2022). Tingkat Kesadaran Masyarakat dalam menjaga Lingkungan di era Pandemi Covid-19 di Kelurahan Warugunung Kota Surabaya. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, 19 (1).

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Ranjabar, Jacobus. (2016). Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta.

Bagikan
Post a Comment