f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
malu

Malu: Mahkota ‘Izzah dan ‘Iffah

Menumbuhkan dan menanamkan rasa malu di era sekarang bukanlah hal yang mudah. Hadirnya media sosial semisal instagram, tik tok dan sejenisnya adalah sebab mudahnya eksistensi diri manusia secara bebas. Penggunaan gadget yang dulunya adalah alat kini bergeser fungsi memperalat penggunanya. Hal ini disebabkan tidak adanya bekal dan rem hawa nafsu pada tiap individu. Maka dari itu semestinya diri dibentengi dengan syariat sebagai timbangan utuh dalam bertindak, berperilaku dan bersikap terlebih sebagai Muslimin.

Malu Sebagian dari Iman

Malu adalah sebagian dari Iman. Demikianlah terjemah daripada hadis riwayat Muslim nomor 163 yang merupakan dalil penjagaan diri dan penempatan rasa malu sesuai tempatnya. Dalil tersebut juga mengisyaratkan bahwa salah satu tanda keimanan seseorang terletak pada mahkotanya yakni rasa malu. Malu dalam bahasa Arab adalah حَيَاء dengan akar kata حَيِيَ – يَحْيَى – حَيَاةً وَحَيَاءً yang artinya malu atau hidup. Apabila ditelusuri lebih jauh, kata حَيَاء semakna dengan kata حَيَاةً. Ini menandakan bahwa “malu” dan “hidup” erat kaitannya dengan sikap dan perilaku sebagai Muslimin. Artinya, setiap jiwa yang masih dikandung badan mestinya punya rasa malu sebagai benteng pertahanan diri dari kemudaratan dan salah satu sikap terbaik dalam rangka penjagaan ‘izzah dan ‘iffahnya baik di hadapan Allah Swt. maupun di hadapan sesama manusia. Adapun persoalan malu ini mesti dipahami dan dipandang dari kacamata universal sehingga penempatannya tepat dan tidak berat sebelah.

Hakikat Malu dan Perlindungan Seksualitas

Pada hakikatnya, rasa malu merupakan representasi bijak manusia terlebih kaum Muslimin. Kesadaran menumbuhkan rasa malu pada tiap individu berdampak luar biasa terhadap perilaku manusia, di mana setiap tindak tanduknya berlandaskan syariat dan tidak melampaui batas kewajaran. Tanpa kesadaran rasa malu manusia bebas bertingkah sewenang-wenang tanpa batas dan aturan norma yang berlaku di masyarakat juga syariat dalam agama Islam. Contoh nyata dan fakta adalah seseorang yang bebas mengumbar auratnya di khalayak ramai, yang tanpa disadari menjadi sebab terpelesetnya dalam kubangan dosa dan lumpur kemaksiatan.

Baca Juga  Laki-Laki Memiliki Andil Menekan Stunting

Berdialog perkara malu juga berkaitan erat dengan problematika seksualitas manusia. Seksualitas sendiri secara umum berkaitan dengan banyak dimensi secara luas, di antaranya dimensi biologis, sosial, psikologis dan kultural. Secara ringkas dipahami bahwa seksualitas adalah bagaimana empat dimensi tersebut saling mempengaruhi manusia dalam pertumbuhannya yang kemudian menimbulkan dorongan seksual dengan aktivitas seksual yang tepat dan sesuai fitrahnya. Masalahnya adalah banyak didapati fenomena pelecehan seksual di tempat umum, bahkan pencabulan daripada kerabat terdekat. Mayoritas penyebabnya adalah perkara sepele yakni kurangnya kesadaran menumbuhkan dan menanamkan rasa malu selain daripada hawa nafsu si pelaku.

Tarbiyah Jinsiyah dan Upaya Menjaga Fitrah Seksualitas

Setiap manusia pasti terlahir dengan fitrah seksualitas. Peran orang tualah yang kemudian mengarahkan agar tumbuh dan berkembang secara tepat sesuai dengan usianya. Menjaga fitrah seksualitas adalah salah satu upaya penyelamatan manusia daripada rusaknya pergaulan muda-mudi hari ini. Sebagai orang tua mestinya paham dan mampu mengawal buah hatinya melalui setiap fase pertumbuhan terlebih ketika menginjak usia remaja. Hal penting yang perlu ditanamkan sebagai awal pengenalan fitrah seksualitas pada anak adalah tarbiyah jinsiyah atau pendidikan jasmani. Bagaimana orang tua mampu mengenalkan nama anggota tubuh beserta fungsinya juga siapa saja yang berhak dan tidak berhak menyentuhnya. Proses ini tentu saja tidak mudah, sehingga perlu diajarkan sejak dini.

Adapun output yang diharapkan, anak paham dan mampu mengaplikasikannya ketika dewasa sehingga tidak timbul kebingungan terkait persoalan seksualitas. Perlu disadari juga bahwa konsep pendidikan dan pelatihan adalah tidak bosan mengingatkan. Oleh sebab itu sebagai ibu maupun calon ibu yang juga merupakan kader Nasyiatul Aisyiyah hendaknya mampu membekali diri dengan ilmu seputar fitrah best education dalam rangka menciptakan ekosistem keluarga berbasis ilmu, salah satunya persoalan fitrah seksualitas. Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa menumbuhkan rasa malu agar terhindar daripada maraknya pelecehan seksual adalah hal yang harus diperhatikan. Sementara menghadirkan rasa malu terhadap persoalan-persoalan yang berkaitan dengan fitrah seksualitas adalah hal yang mestinya dihilangkan. Demikianlah perlunya seorang Muslim menempatkan perasaan malu pada tempatnya.

Bagikan
Post a Comment