f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
komunikasi

Sakitnya Komunikasi Manusia

“Orang yang berbicara dengan pilihan Bahasa yang hanya dimauinya, sama saja dengan tidak pernah berkata apapun selain hanya menunjukkan siapa dirinya.” Ralp Waldho Emerson

Saat ini banyak sekali problem kehidupan yang bisa kita lihat setiap saat dan di manapun. Permasalahan yang ada saat ini seakan menuju pada pusaran konflik dan perpecahan yang tiada henti, baik skala besar maupun skala kecil, baik di ruang privat maupun publik. Konflik dengan variannya seperti perpecahan, pertikaian perbedaan hingga konfrontasi salah satunya merupakan akibat dari kekacauan komunikasi.

Umar bin Khattab radhiyallahu’anhu pernah berkata “Seseorang bisa jadi di dalam dirinya ada Sembilan akhlak baik dan akhlak buruk, tetapi yang satu ini mengalahkan yang Sembilan dalam dirinya. Maka, takutlah pada ketergelinciran lisan”. Dari perkataan ini dapat kita petik pelajaran bahwa manusia bisa kacau dan rusak hanya karena disebabkan lisan yang kotor dan tidak terkendali.

Sebenarnya, saat ini kita merupakan anggota dari tatanan sosial yang religius. Akan tetapi masih mempraktikkan komunikasi yang jauh dari syariat Islam dan semakin tidak berakar dari iman dalam hati yang luhur dan mulia.

Fenomena seperti ini sudah hadir ratusan tahun silam, sesaat setelah khalifah Utsman bin Affan, umat Islam terbelah menjadi beberapa golongan yang kemudian memicu perang Jamal antara pendukung Ali bin Abi Thalib dan pendukung Aisyah. Puncaknya terjadi setelah perang Shiffin, di mana setiap golongan semakin menyolidkan diri dan memproduksi hadis palsu, baik untuk membenarkan pilihan mereka maupun menyerang golongan yang lain.

Komunikasi yang Sakit

Sakitnya komunikasi manusia ini tentu sebagai dampak dari perubahan era informasi dan komunikasi yang serba bebas. Masyarakat seakan dibuat sangat mudah untuk menerima informasi dari mana saja, tanpa berpikir kebenaran dari informasi tersebut hingga membuat dirinya kelebihan muatan terhadap informasi itu sendiri yang menyebabkan ketiadaan komunikasi hakiki yang berlandaskan pada kepekaan rasa dan kesalehan lisan.

Baca Juga  Pendidikan Karakter ala Upin & Ipin

Asumsi dasar yang sering diamini oleh masyarakat kita adalah penguasaan teknologi komunikasi dan informasi jauh lebih penting daripada kecerdasan komunikasi antar manusia dan antara manusia dan Tuhan. Padahal kecerdasan komunikasi jauh lebih penting sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan dan merekatkan hubungan ke sesama manusia.

Gagalnya komunikasi dalam diri manusia, secara individu dapat menimbulkan frustasi, demoralisasi hingga alienasi. Sementara secara sosial bisa berdampak pada terhambatnya kerja sama, toleransi dan saling pengertian. Di sisi lain gagalnya komunikasi dengan Tuhan akan menjadikan manusia tidak akan selamat hidup di akhirat kelak.

Telah banyak orang yang tak berdaya, teraniaya, panik, dan menderita karena luka dari sakitnya komunikasi manusia. Hal ini disebabkan ada upaya untuk mendewakan rasio secara berlebihan yang berakibat pada kecenderungan untuk menyisihkan nilai dan norma berdasarkan agama dalam memandang kenyataan kehidupan.

Dalam masyarakat kita saat ini seakan abai terhadap pertimbangan nalar sehat dalam penyampaian pesan. Emosi dan nafsu keberpihakan mengambilkan alih kesadaran nalar, layaknya remaja kurang iman yang sedang dimabuk cinta. Dalih dan dalil baru terus dimunculkan untuk memanipulasi akal sehat yang kadang disadarkan oleh hati nuraninya sendiri.

Menghadirkan akhlak dalam komunikasi manusia layaknya menegakkan benang yang basah. Kecerdasan komunikasi yang berbasis emosional dan spiritual merupakan suatu proses yang berkembang di luar lembaga formal. Sakitnya komunikasi manusia saat ini bisa jadi pembelajaran untuk menampilkan diri manusia secara paripurna.

Menghadirkan Akhlak dalam Komunikasi

Sebagai seorang komunikator, kita haruslah memiliki kriteria yang baik, kredibel dan dapat menjadi acuan akhlak orang-orang yang diajak berbicara. Ada tiga sumber untuk mencapai tahap kredibel sebagai seorang komunikator menurut Aristoteles. Ethos, seorang komunikator tidak cukup hanya bisa berbicara dengan argumen yang masuk akal. Lebih dari itu komunikator harus cerdas memilih Bahasa agar yang diajaknya berbicara dalam memahami apa yang di sampaikan.

Baca Juga  Ayah, Anakmu Butuh Berkomunikasi Denganmu

Perlu adanya kualitas kecerdasan komunikator yang dapat terlihat dari kata-kata dan sikap bijaknya dalam menyebarkan nilai-nilai pada sesama. Selain itu karakter komunikator bisa tercermin dari ketulusan, kejujuran dan citra positif dirinya. Kemudian perlu adanya niat baik yang dihadirkan agar penilaian positif komunikator bisa terpancar dari dalam dirinya.

Sumber lain yang harus dimiliki adalah Logos. Komunikator yang baik harus melalui pendekatan rasional dengan memberikan pesan yang tidak abstrak serta menyertakan bukti dan data yang akurat, aktual hingga faktual. Akal ini adalah permata rohani ciptaan Tuhan yang dilekatkan pada diri manusia, sehingga bisa mengetahui kebenaran dan kebatilan.

Terakhir yang perlu dimiliki seorang komunikator sebagai sumber adalah Phatos. Perlunya pendekatan emosional dalam setiap proses komunikasi sebab kita sebagai makhluk berperasaan. Maka dari itu diciptakannya hati sebagai tempat bersemayamnya perasaan atau emosi.

Prinsip Komunikasi

Sebagai seorang manusia, kita tidak bisa tanpa komunikasi. Hal ini disebabkan tidak ada satupun manusia yang tidak melakukan komunikasi dalam hidupnya. Maka dari itu untuk berkomunikasi yang baik setidaknya kita harus mempunyai beberapa prinsip dalam berkomunikasi. Di antara prinsip itu adalah :

1. Berbicara Benar

Dalam teori general semantics, salah satu penyakit jiwa baik di individu maupun sosial yang ada di masyarakat kita timbul karena menggunakan bahasa yang tidak benar. Biasanya ada beberapa cara untuk menutupi kebenaran dengan komunikasi. Yaitu dengan kata-kata abstrak, ambiguitas, menimbulkan penafsiran yang berlainan dan menciptakan istilah yang diberi makna lain.

2. Kata-kata Efektif

Sistematisasi berbicara mampu membuat kekuatan akal dan konsentrasi kita berkembang dengan baik dan membuat topik yang sedang dibahas menjadi satu kesatuan yang kokoh tanpa sedikitpun kalimat yang menyimpang dari tujuan awalnya.

Baca Juga  Hubungan Unik Anak Perempuan dan Ayah
3. Kata-kata yang Pantas

Berangkat dari kacamata politeness theory, setidaknya kata-kata pantas muncul dari sikap sopan yang terjadi dalam hubungan antar manusia dan dapat dikenali melalui tiga dari empat tipe wajah individu. Di antaranya : wajah menghargai, kompensasi dan netral. Meskipun wajah yang menjadi Batasan dalam teori ini, namun verballah yang menjadi unsur tindakannya. Kata-kata sopan yang meluncur dapat tampak dari wajah individu tersebut. Sebab jika individu  berwajah sopan akan meminimalisir kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut individu tersebut.

4. Berbicara Lemah Lembut

Seorang komunikator yang baik adalah yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dan mengarahkan orang lain dengan arahan yang baik serta lemah lembut.  Kelemah lembutan inilah yang dimaksud agar individu tersebut mampu untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga memiliki pengaruh yang besar kepada berbagai kalangan.

5. Komunikasi yang Baik

Komunikasi yang bagus belum tentu baik, begitupun komunikasi yang baik di mata manusia belum tentu baik secara ‘ilahi. Salah satu perisai agar kita mampu untuk selalu berkomunikasi dengan baik adalah dengan memperhatikan rasa malu, sebab rasa malu dan kontrol terhadap dirilah yang membuat kita terhindar terhadap perkataan keji, mencela, menghina hingga mencaci maki.

Bagikan
Post a Comment