f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
role play

Peran Orang Tua dalam Mengawasi Penggunaan Role Play di Media Sosial

Istilah role play, yang terkenal dengan RP kembali menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat. Hal ini terjadi setelah beredarnya sebuah video yang viral. Dalam video itu terlihat seorang ayah yang sedang memarahi anaknya yang berusia 11 tahun. Anak perempuan tersebut bermain role play di tiktok. Anak tersebut memainkan peran yang berbau dewasa. Dalam perannya, ia berperan sebagai seorang ibu yang dipanggil mama dan memiliki anak.

Kita semua tahu bahwa role play tidak hanya ada di Tik Took, role play juga ada di jejaring sosial lain seperti Twitter, Facebook, Instagram, Telegram, dan Line. Permainan role play di media sosial tersebut ternyata jauh lebih kompleks. Hal itu terjadi karena pelaku role play yang disebut role player bakal membuat profil karakter fiksi dan menggunakan penampilan artis atau tokoh publik yang mereka idolakan.

Pada dasarnya, seorang role player berusaha membangun latar belakang cerita pada akun role play mereka. Kemudian, para role player saling mengikuti dan berinteraksi tanpa mengenal identitas asli masing-masing. Saat ini, permasalahan yang sering terjadi di dunia role play, yakni banyak anak di bawah umur yang memainkan peran tidak pantas. Selain itu, mereka mengunggah konten tak senonoh. Rasa ingin tahu anak-anak usia remaja memang sangat besar. Mereka akan mencoba dan mencari tahu. Selain itu, akses internet yang mudah dan jangkauannya yang begitu luas membuat anak-anak bebas untuk berkelana di dunia maya tersebut.

Sebagai orang tua, kita harus tetap waspada terhadap aktivitas anak-anak kita di media sosial. Kemajuan teknologi memang membuat dampak seperti dua sisi mata pisau. Ketika menggunakannya dengan baik, maka akan membantu anak mendapatkan ilmu dan kreativitas yang bermanfaat. Namun, di sisi satunya, jika anak tidak bijak menggunakannya, maka ia akan terkena dampak negatif yang sangat merugikan bagi kehidupannya.

Baca Juga  Anak Adalah Anugerah

Seperti yang dikemukakan dari penelitian dari Surgeon General’s Advisory AS, ada dampak negatif dari penggunaan media sosial pada anak-anak dan remaja. Sebuah studi pada remaja AS berusia 12-15 tahun yang disesuaikan dengan status kesehatan mental dasar, menemukan bahwa remaja yang menghabiskan lebih dari 3 jam per hari di media sosial berisiko dua kali lipat mengalami kesehatan mental yang buruk, termasuk gejala depresi dan gangguan kecemasan.

Hakim dan Raj (2017) dalam penelitiannya mengemukakan tentang dampak kecanduan internet.  Judul risetnya adalah “Dampak Kecanduan Internet pada Remaja” terdapat pada  Proceeding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia.  Mereka menyebutkan bahwa seseorang yang terlalu candu pada internet akan akan lebih memilih mengabaikan hal di sekitarnya. Orang yang candu akan terus fokus mengakses internet meskipun ada seseorang yang sedang mengajaknya berbicara.

Orang yang kecanduan merasa setelah bermain role play menjadi acuh tak acuh di dunia nyata, tak bisa lepas dari ponselnya. Mereka membawa apa yang seharusnya tetap berada di dunia role play hingga ke dunia nyata. Misalnya ketika dia sedang merasa senang di role play, di dunia nyata pun ia akan menjadi senang. Bahkan, ketika sedang memiliki masalah dari dunia RP, di dunia nyata pun bisa merusak suasana hatinya sehari penuh. Dia yang putus dari kekasihnya sesama role player akan galau berhari-hari, merasa hampa, dan bahkan menangis tanpa henti.

Dari hasil penelitian para ahli dan kenyataan yang terjadi dari dampak negatif RP, maka sebagai orang tua harus mengambil tindakan. Kita harus melindungi anak dari dampak negatif role player di media sosial, baik itu di tik tok, atau medsos lainnya. Hal ini memerlukan pengawasan orang tua, komunikasi terbuka, dan pemahaman tentang potensi resiko di platform tersebut.

Baca Juga  Bagaimana Anak Disabilitas Saat Pandemi Covid-19?

Berikut beberapa cara sederhana yang bisa dilakukan:

  1. Berbicara dengan anak
    Penting untuk berbicara secara terbuka dengan anak tentang penggunaan media sosial. Jelaskan kepada mereka tentang potensi resiko yang mungkin terjadi, seperti intimidasi, konten yang tidak sesuai, atau orang yang bertindak negatif.
  2. Batasi waktu bermain medsos
    Tetapkan batasan waktu untuk penggunaan medsos dan perangkat lainnya. Menghabiskan terlalu banyak waktu di platform media sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kehidupan sosial anak.
  3. Periksa akun pribadi anak
    Pastikan anak memiliki akun pribadi dengan pengaturan privasi yang sesuai. Dengan pengaturan akun pribadi, ia dapat mengendalikan siapa yang dapat mengikuti dan berinteraksi dengan kontennya.
  4. Tinjau dan atur konten
    Ajari anak untuk selalu melihat ulang konten sebelum membagikannya atau menyukainya. Jika ada sesuatu yang tidak pantas, bantu mereka untuk tidak menyebarluaskan atau terlibat dengannya.
  5. Aktifkan fitur pengawasan orang tua
    Beberapa platform, termasuk tiktok, menyediakan fitur pengawasan orang tua. Hal itu untuk membatasi konten yang dapat diakses anak, mengatur batasan waktu penggunaan, dan memantau aktivitas mereka.
  6. Sosialisasi dalam dunia nyata
    Dorong anak untuk berinteraksi secara langsung dengan teman-teman di dunia nyata. Memiliki koneksi sosial yang kuat di luar media sosial dapat membantu mengurangi ketergantungan pada platform digital.
  7. Tunjukkan contoh yang baik
    Jadilah contoh positif dalam penggunaan media sosial. Anak-anak sering meniru perilaku orang tua, jadi penting untuk menunjukkan bagaimana menggunakan media sosial secara bijaksana dan bertanggung jawab.
  8. Buat kesepakatan bersama
    Diskusikan dan buat kesepakatan bersama tentang aturan penggunaan media sosial. Ini akan memberikan anak perasaan memiliki tanggung jawab atas perilaku mereka di platform tersebut.
  9. Minta anak untuk melaporkan perilaku negatif yang dijumpai
    Ajari anak tentang pentingnya melaporkan perilaku yang tidak pantas atau merugikan di medsos. Pastikan mereka tahu cara melaporkan konten atau pengguna yang tidak pantas kepada platform.
  10. Jaga komunikasi terbuka
    Jadikan komunikasi dengan anak sebagai prioritas. Berbicaralah tentang pengalaman mereka di medsos dan bantu mereka jika mereka menghadapi situasi yang tidak menyenangkan.
Baca Juga  Tips Parenting (3): Kendala Ekonomi dan Internet BdR

Oleh karena itu, orang tua harus menyadari bahwa keterlibatan mereka untuk melindungi anak dalam penggunaan media sosial sangat penting. Dengan pengawasan, komunikasi terbuka, dan mengetahui potensi resiko, dapat membantu anak untuk menggunakan platform media sosial secara aman.

Oleh: Fitri Kurnia Sari

Bagikan
Post a Comment