f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
wonder woman pendidikan

Wonder Woman Pendidikan Indonesia

Tanggal 2 Mei di Indonesia diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tanggal tersebut sama dengan lahirnya Ki Hadjar Dewantara yang merupakan pahlawan nasional di Indonesia dalam bidang pendidikan. Tokoh yang memperjuangkan pendidikan di Indonesia dahulu sebenarnya tidak hanya Ki Hadjar saja, namun ada beberapa Wonder Woman yang juga memperjuangkannya.

Kata Wonder Woman sendiri tidak asing di telinga orang-orang karena merupakan karakter superhero perempuan yang sudah mendunia. Lantas siapakah yang pantas menyandang gelar Wonder Woman pendidikan di  Indonesia? Tentunya yang pantas menerima sebutan itu adalah perempuan-perempuan yang punya kontribusi besar dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Wonder Woman Pendidikan Indonesia yang pertama adalah Raden Ajeng (R.A) Kartini. Kartini lahir di Jepara pada 21 April 1879. Namanya terkenal sebagai tokoh yang menyuarakan serta memperjuangkan hak-hak perempuan pribumi di masa kolonial. Selain berjuang dalam hal emansipasi, Kartini juga punya kepedulian terhadap pendidikan di Indonesia.

Kartini menilai perempuan pribumi pada masa itu tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Perempuan di masa ini berstatus sosial rendah dan mendapatkan perlakuan dan hak yang berbeda dengan pria. Untuk mengubah hal ini, Kartini merasa pendidikan merupakan kunci untuk mengatasinya.

Kartini sangat antusias berusaha mendirikan sekolah khusus perempuan pribumi. Di akhir hayatnya, dia berhasil mendirikan Sekolah Perempuan di Rembang untuk pribumi. Atas perjuangannya baik dalam emansipasi wanita ataupun pendidikan, Kartini ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.  Hal itu sesuai dengan Keppres Nomor 108 Tahun 1964.

Wonder Woman Pendidikan Indonesia berikutnya adalah Nyi Hadjar Dewantara. Nama aslinya adalah R.A Sutartinah dan merupakan istri dari Ki Hadjar Dewantara (R.M. Suwardi Suryaningrat). Dia selalu mendukung setiap perjuangan yang dilakukan Ki Hadjar, bahkan termasuk menemaninya menjalani masa pengasingan di Belanda.

Baca Juga  Meneladani Nana Asma'u: Perempuan Bekerja dan Ibu Rumah Tangga

Di Belanda Sutartinah bekerja sebagai guru di taman kanak-kanak. Dia juga bersama Ki Hadjar mendirikan Indonesiche Pers Partiy yang bertujuan membuka pikiran orang Belanda tentang penderitaan orang Hindia-Belanda. Setelah masa pengasingan berakhir, keduanya kembali ke Indonesia dan mendirikan lembaga pendidikan Tamansiswa. Nyi Hadjar punya peran dalam gerakan Wanita Tamansiswa, Taman Indria (taman kanak-kanak), dan Taman Muda Sekolah Dasar.

Perjuangan Nyi Hadjar dalam dunia pendidikan mengalami ujian ketika pemerintah kolonial mengeluarkan UU tentang Ordonansi Sekolah Liar. UU tersebut merampas kemerdekaan rakyat untuk memperoleh pendidikan. Nyi Hadjar melawan kebijakan itu dengan melakukan gerakan gerilya pendidikan. Gerakan tersebut ialah mendatangi dari rumah ke rumah untuk tetap melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Banyak sukarelawan yang bergabung dalam kegiatan gerilya pendidikan milik Nyi Hadjar.  Gerakan tersebut akhirnya juga berhasil mendesak pihak kolonial untuk menghapus UU Ordonansi Sekolah Liar. Atas semua perjuangannya, Nyi Hadjar ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1971.

Wonder Woman pendidikan Indonesia yang ketiga adalah Dewi Sartika. Dia lahir di Cilengka Jawa Barat pada 4 Desember 1884. Nama Dewi Sartika masih asing bagi beberapa orang, namun jasa dan perjuangannya untuk kaum perempuan tak bisa dilupakan. Dia merupakan sosok yang gigih dalam membangun sekolah perempuan untuk kalangan bawah.

Perjuangan Dewi Sartika dalam membangun sekolah perempuan dilandasi pada kegelisahannya melihat pendidikan perempuan di masanya. Pada masanya, pendidikan perempuan terpaku pada peran gender yang mana hanya bertujuan untuk menyiapkan mereka sebagai istri dan ibu rumah tangga saja. Dari sinilah Dewi Sartika punya hasrat untuk memberdayakan kaum perempuan dengan mendirikan sekolah perempuan.

Rencana Dewi Sartika dalam mendirikan sekolah perempuan pada awalnya tidak mendapatkan dukungan. Namun dengan kegigihannya, sekolah perempuan bernama “Sekolah Istri” berhasil didirikan pada 16 Januari 1904.  Sekolah tersebut terletak di Paseban Kabupaten Bandung. Di tahun 1910, “Sekolah Istri” berganti nama menjadi “Sekolah Keutamaan isteri” yang mana terdapat penambahan mata pelajaran baru seperti membatik dan memasak.

Baca Juga  Maria Goeppert Mayer, Bukti  Bahwa Perempuan Tangguh dalam Bidang Sains

Beberapa tahun berikutnya Sekolah milik Dewi Sartika mengalami perkembangan dan juga hambatan. Hambatan demi hambatan terjadi karena efek dari Perang Dunia I yang menyebabkan naiknya harga-harga keperluan sekolah. Di sisi lain, terdapat tantangan dari kelompok priyayi yang tidak menyukai Dewi Sartika karena mengajarkan pendidikan untuk semua kalangan. Atas segala perjuangannya, Pemerintah Indonesia menjadikan Dewi Sartika sebagai salah satu Pahlawan Indonesia.

Wonder Woman terakhir adalah Rohana Kudus. Rohana adalah wartawati pertama di Indonesia dan telah dianugerahi gelar pahlawan juga. Ia lahir pada 20 September 1884 di Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dia lahir sezaman dengan Kartini di mana masa itu pendidikan perempuan aksesnya masih sangat terbatas. Hal inilah yang menjadi pemicu Rohana untuk memperjuangkan hak pendidikan kaum perempuan.

Untuk mengangkat derajat perempuan, Rohana mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia (KAS) pada 11 Februari 1911. Sekolah tersebut berfokus mengajarkan ketrampilan-ketrampilan kepada perempuan seperti membaca, menulis, berhitung, menjahit, dan menyulam. Selain itu dia juga berjuang agar perempuan punya ruang untuk menulis dalam surat kabar.

Selain memperjuangkan hak perempuan untuk menulis di surat kabar, Rohana juga menerbitkan tulisan mengenai isu-isu sosial mengenai perempuan. Dia juga ikut mengelola surat kabar dan menerbitkan surat kabar perempuan pertama bernama Poetri Hindia. Nama Rohana Kudus kini diabadikan dan dikenang oleh banyak orang dan di tahun 2019, ia telah ditetapkan sebagai pahlawan Indonesia oleh Presiden Jokowi.

Itulah beberapa Wonder Woman di Indonesia yang telah memperjuangkan hak-hak perempuan terutama dalam bidang pendidikan. Dari kisah para pahlawan ini dapat kita ambil banyak pelajaran berharga. Satu di antaranya adalah pentingnya kesetaraan gender dalam setiap bidang, termasuk di dalamnya kesempatan mendapatkan pendidikan yang sama.

Bagikan
Post a Comment