f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
Pakaian

Mensyukuri Pakaian Seadanya itu Perlu

Kita seringkali berlebihan dalam menggunakan sesuatu seperti baju, sepatu dan yang lainnya, dan kita juga membeli sesuatu yang lama telah kita inginkan. Setelah berhasil terbeli, ternyata kita belum cukup puas. Kita selalu ingin dan ingin memilikinya yang lain. Misalnya membeli mobil atau rumah. Selagi penghasilan ada maka kita terus saja ingin yang seperti ini, lalu ingin membeli yang seperti itu. Padahal kita sebenarnya belum tentu membutuhkan yang bermacam-macam.

Cukup satu dan bisa kita gunakan sebagaimana fungsinya. Begitu pula dengan contoh kecil/ sederhana yang lain. Misalnya pakaian, makanan, perabotan rumah tangga, alat-alat elektronik. Jika dipertututkan, hawa nafsu selalu mengajak kita untuk berlebih-lebihan, terus mengumpulkan sesuatu yang selalu kita ingini, bukan sesuatu yang kita butuhkan lagi. Dan, kita tidak akan pernah merasa cukup terhadap apa-apa yang direzekikan Allah kepada kita.

Mengingat Hadis Aisyah r.a

Islam mengajarkan hidup sederhana, termasuk hal kecil/sepele berupa pakaian. Aisyah r.a menuturkan, Muhammad Rasulullah saw. Bersabda, “Seseorang yang memberi pakaian seharga satu dinar atau setengah dinar, lalu memakainya seraya mengucapkan syukur kepada Allah, maka begitu ia pakai hingga menutup kedua lututnya, Allah ampuni dosanya.” (HR. Hakim, Baihaqi, dan Ibnu Abi Dunya)

Hadis di atas menerangkan bahwa memakai pakaian seadanya, disertai dengan mengucapkan syukur kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya. Tidak lain, jika kita hidup sederhana, tidak berlebihan, maka Allah akan meluruhkan dosa-dosa yang melekat pada diri kita. Jadi, tidak perlu berlebihan dalam hal berpakaian, sesuaikan dengan kebutuhan kita. Asalkan itu bersih, masih sedap di pandang, tidak berbau, sopan, atau tidak mengganggu orang lain, meski itu hargannya tak seberapa, tapi Allah meridhai-Nya.

Baca Juga  Hei! Bekerjalah dengan Bahagia, Jangan Terpaksa

Jika kita telah bersyukur dengan pakaian kita yang sederhana dan seadanya tersebut, bukan hanya Allah mengampuni dosanya saja, namun hati kita juga menjadi tenteram. Tidak merasa was-was dengan sekitar, karena apa yang kita gunakan seadanya, tidak akan mengundang kejahatan. Jadi ada dua hal yang sangat berfaedah bagi ruhani kita. Ketentraman dalam hati, dan Allah mengampuni dosa-dosa kita. Sederhana, bukan?

Kebahagiaan Bersumber Dari Hati

Dr. Aidh bin Abdullah al-Qarni mengatakan, “Hidup yang berlebih-lebihan itu adalah sebuah ketenangan yang terenggut. Kebutuhan yang melampaui batas adalah beban yang memberatkan. Dan, menahan diri dalam kecukupan itu lebih baik dari pada foya-foya dan berlebih-lebihan”.

Hal itu menyiratkan bahwa kebahagiaan seseorang memang bersumber dari hati, bukan dari pakaian mewah yang kita gunakan bukan dari jumlah rumah yang telah berhasil kita kumpulkan, bukan dari jumlah koleksi mobil mewah kita. Belum tentu seorang pengusaha yang sangat kaya, bahkan terkenal kekayaanya hingga ke pelosok negeri adalah orang yang paling bahagia, atau merasa bahagia.

Bisa jadi, harta benda itulah yang menjadi sumber ketidaktentraman dalam hidup. Kemungkinan, hatinya masih kalah bahagia, kalah tenteram dengan seorang petani kecil yang tinggal di desa terpencil yang menempati sebuah rumah sederhana, makanan seadanya dari hasil bumi yang Allah rezekikan kepadanya, dengan pakaian yang sederhana, serta tidak terpengaruh keinginan ini dan itu.

Kisah Qorun yang Tamak

Al-Quran telah memberikan teladan melalui kisah Qarun yang tamak, menumpuk harta benda. Seolah-olah hidupnya hanya terpakai untuk kepentingan duniawi saja. Dengan kekayaan yang dimilikinya, ia enggan bersedekah, enggan menyisihkan sedikit hartanya untuk zakat, padahal Allah telah mengaruniakan rezeki kepadanya melebihi orang lain.

Baca Juga  Bahaya Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

Namun, apakah dengan harta benda tersebut dia merasakan ketenangan? Membawa kebahagiaan dalam hidupnya? Tidak! Allah tidak mengaruniakan ketentraman dalam hidupnya dengan harta benda yang melimpah tersebut, melainkan berakhir dengan azab yang menyengsarakan. Qarun celaka bersama harta bendanya, sebab dia tidak pernah merasa cukup, tidak mau berbagi, dan dia telah menutup hatinya dari Allah. Itulah salah satu contoh orang yang kaya raya. Hidup dalam kemewahan tetapi tidak menemukan kebahagiaan.

Merasa Cukup adalah Bekal Kehidupan

Jika kita merasa cukup dengan apa yang kita miliki, berarti kita telah memegang senjata ampuh sebagai bekal kehidupan yang bahagia karena merasa cukup adalah salah satu karunia bahwa kita adalah hamba Allah yang mendapatkan rahmat dan ridha-Nya, Merasa cukup dapat kita wujudkan dengan bersukur serta menggunakan apa yang kita miliki tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat, misalnya untuk membantu atau meringankan beban orang lain. Jika kita sudah merasa cukup maka sisakanlah untuk sesama. Ini salah satu cara mendatangkan kebahagiaan yang sederhana.

Merasa cukuplah dengan yang kita miliki. Tidak perlu menghambur-hamburkan harta meskipun kita memilikinya setinggi gunung. Allah tidak mengasihi seseorang karena jumlah hartanya , karena pakaianya yang selalu mengikuti mode, karena karena jumlah kelengkapan koleksi mobil atau rumahnya.

Mulailah hidup sederhana dari hal-hal yang kecil. Jika selama ini kita boros, berfoya-foya, memperturutkan barang-barang yang menjadi keinginan kita (sebenarnya tidak kita butuhkan), berlebih-lebihan dalam menggunakan harta benda, berhentilah sampai di sini. Allah swt. Masih memberi kita kesempatan untuk mengubahnya. Mari kita hidup yang sederhana, karena kesederhanaan adalah sumber kebahagiaan dalam hati. Insya Allah hidup akan terasa lebih membahagiakan dan melaluinya Allah akan meluruhkan dosa-dosa kita.

Baca Juga  Sabar, Sikap Utama di Zaman Digital

Editor : Amanat Solikah

Bagikan
Post a Comment