f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
jenazah

Memikul Keranda Jenazah ke Kuburan, Siapa Takut?

Matahari sudah condong ke barat, ketika aku masih menyemprot mobil jenazah dengan disinfektan usai mengantar jenazah ke sebuah pemakaman umum. Setelah yakin semprotannya merata, aku pun bergegas membersihkan diri.

Sebelum pemerintah desa berinisiatif membeli mobil khusus untuk mengantar jenazah ke kuburan, sudah bertahun-tahun aku memikul keranda setiap ada warga yang meninggal. Kenal atau tidak kenal dengan yang meninggal itu tidaklah penting. Semua kulakukan dengan hati rela demi kemanusiaan tanpa bayaran.

Bagi sebagian orang mungkin yang kukerjakan termasuk hal yang lumrah dan sepele. Tapi bagiku tidak. Kadang sampai kubela-belain agar kesempatan itu tidak lewat begitu saja dan aku berusaha untuk hadir di rumah duka selama tidak ada halangan yang berarti. Tak peduli siapa yang meninggal. Aku akan ambil bagian ikut memikul bersama warga yang lain.

***

Pernah ada tetangga jauh yang sudah puluhan tahun merantau, sakit, pulang kampung lalu meninggal. Aku sama sekali belum pernah mengenalnya karena belum pernah ketemu. Aku ikut memikul jenazahnya karena batinku selalu terpanggil setiap ada pengumuman kabar duka dari masjid atau mushola.

Di kesempatan lain, kebetulan yang meninggal adalah saudara temanku dan saat aku pulang kerja berpapasan dengan iring-iringan jenazah. Seketika itu aku langsung turun dari kendaraan dan ambil bagian ikut memikul setelah kendaraanku aku tinggal di pinggir jalan.

Masyarakat di sekitarku sudah hafal hingga ada seorang ibu yang terus terang meminta padaku, bahwa bila suatu hari Allah memanggilnya, dia berharap aku ikut memikul jenazahnya kelak. Katanya, setiap melihat iring-iringan jenazah dan para pengantarnya selalu ada aku sebagai salah satu pemikulnya.

Apa sih keistimewaan memikul keranda? Adakah sensasi tertentu? Suatu hari ada yang bertanya seperti itu dan bertanya apakah ada hal-hal khusus yang mendorongku selalu semangat memikul keranda.

Baca Juga  Cerita Seorang Perawat: Apakah Kita Harus Menyerah?
***

Ya, jawabanku selalu sama. Yakni ada kepuasan batin yang tidak bisa aku ungkapkan dan ada sensasi yang beragam dari setiap jenazah yang kupikul. Takziah belum lengkap rasanya kalau aku belum memikul dan akan sangat bahagia bila keluarga yang berduka memberiku kesempatan ikut turun ke liang lahat.

Pada suatu hari, aku sempat bercerita kepada istri, bahwa ada pengalaman pribadi yang aku yakin hanya aku yang merasakan karena teman-teman lain belum tentu merasakan hal yang sama. Selama bertahun-tahun kusimpan rapat cerita-cerita tersebut sampai dia mendesakku untuk menceritakannya secara panjang lebar. Namun masih banyak cerita lain yang kusimpan.

Ada yang sejak dari rumah duka menuju masjid sampai ke makam beratnya tak terkira, sampai bajuku basah kuyup oleh keringat. Tubuhku serasa mau tersedot ke bumi saking beratnya jenazah yang kupikul. Mulutku tak berhenti berdoa agar pundakku kuat. Sebaliknya, ada yang sangat ringan bak membawa kapas.

Kali lain ada jenazah yang diyakini amat berat, ketika ke masjid memang berat tapi syukurlah selesai dishalati menuju makam terasa sangat ringan.

Ada juga jenazah seorang ibu yang saat memikulnya terasa mengajak lari bagi para pemikulnya seolah penduduk kubur melambai-lambai minta agar temannya segera datang.

***

Semua kejadian ini membuatku semakin yakin bahwa fenomena-fenomena yang ada semata-mata sebagai petunjuk bagi orang-orang yang mau berfikir. Aku bisa belajar dan tak terhitung pelajaran yang kuperoleh di balik semua peristiwa yang kualami. Karena semua yang terjadi tidak luput dari campur tangan Illahi Robbi.

Di daerahku, dalam merawat jenazah, ada kelompok tertentu yang ketika mengafani jenazah perempuan selalu dirias, minimal dibedaki dan dilipstiki. Tapi ada juga yang tidak sepaham dan jenazah tidak perlu mendapat riasan. Seperti saat itu, ada seorang nenek meninggal dalam usia lanjut hampir seabad. Polos saja tanpa riasan dan apa yang terjadi?

Baca Juga  Perempuan yang Membaca dan Menulis

Kala itu aku berkesempatan ikut turun ke liang lahat dan membuka kafan bagian wajah. Masya Allah, dadaku berdegup kencang dan mataku silau karena tiba-tiba wajah nenek bersinar terang seolah ada lampu senter yang menerpa wajahku, padahal saat pemakaman berlangsung sudah pukul sepuluh malam. Semula kukira wajah nenek dibedaki, tapi ketika kukonfirmasi dengan para ibu yang memulasara katanya tak ada seorangpun yang mendandani wajah si nenek.       

Jujur, aku merinding dan tidak tahu apa arti di balik kejadian itu. Seperti kisah-kisah di sinetron tapi aku sendiri yang mengalami. Karena itu, tidak akan lelah aku berdoa, semoga Allah senantiasa memberi cahaya terang di alam kubur bagi orang-orang yang telah mendahuluiku siapapun mereka, pernah kupikul atau tidak. Tak lupa juga memohon kepada-Nya semoga dosa- dosa mereka terampuni dan mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya.

***

Mungkin karena terlalu sering memikul keranda jenazah hingga ada saudara yang menyebutku dengan julukan spesialis nggotong mayit. Aku merasa biasa-biasa saja, karena yang nggotong bukan aku sendiri tapi bersama beberapa orang lain.

Hadirnya pandemi di negeri kita telah membuat sejarah tersendiri. Dalam sebulan terakhir ini hampir tiap hari ada yang meninggal. Kebanyakan karena sakit, baik yang sempat masuk RS maupun yang sakit di rumah. Dengan adanya mobil jenazah, sangat membantu warga karena untuk membawa ke pemakaman tidak perlu dipikul lagi. Khusus yang wafat karena covid ada petugas yang menangani.

Aku merasa ada yang hilang ketika sadar sudah tidak memikul keranda lagi. Untunglah, meski tanpa memikul keranda aku masih bisa membawa jenazah dengan mobil yang ada. Tentu saja sensasinya tidak pernah sama. Targetku sederhana saja, semua ini kulakukan demi mempertebal keimananku yang selama ini kurasa masih tipis setipis kulit ari.

Baca Juga  New Normal Life dan Dilema Baru Bagi Guru

Seperti yang diceritakan seorang pemikul keranda kepada penulis.

Bagikan
Comments
  • Bu Guru wiendy

    Merinding membaca ceritanya

    Juli 23, 2021
    • Wurry Srie

      Merinding bulu romaku…🎶

      Juli 23, 2021
Post a Comment