f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
memberi makan

Benarkah Tuhan yang Memberi Kita Makan?

“Saya nggak mau makan, kalau bukan Allah yang menyuapi saya dengan tangan-Nya sendiri!” tegas seorang anak kepada ibunya.
Awalnya, si anak hanya penasaran dengan ucapan guru ngajinya. Hitung-hitung mau membuktikan kebenaran ucapan guru ngajinya tersebut, maka ia pun bertanya kepada sang ibu.

“Mak, apa bener Allah yang memberi kita makan?” tanya sang anak sepulang dari surau.

Allah Memberi Makan Mahluk-Nya

Sang ibu paham, pasti anaknya ini salah tangkap dengan maksud guru ngajinya. Maklum anaknya masih kelas 5 SD, dan sudah mendapatkan pelajaran tauhid yang sulit diterima akal. Untuk menghindari hal-hal yang lebih buruk, ibu itu pun menjelaskan kepada anaknya.

“Maksud pak guru, Allah memberi makan kita lewat tangan-tangan makhluk ciptaan-Nya di muka bumi, Le!” jawab sang ibu dengan hati-hati, “Contohnya Emak nyuapin kamu ketika masih bayi, maka Emak sebagai tangan Allah, maksudnya begitu, Le!”

Mendengar jawaban sang ibu, anak itu pun kecewa. Ia masih tidak bisa menerima, masa Allah seperti itu? Masa Allah membutuhkan pertolongan makhluk-Nya dalam memberi makan?

“Ya sudah, Mak. Saya mau membuktikan bahwa Allah itu beneran ada atau tidak, beneran memberi makan kepada setiap makhluk-Nya atau tidak, tanpa campur tangan manusia.” Ucap anak itu sebelum pergi meninggalkan ibunya.

“Jangan begitu, Le! Istighfar, Le..” Pinta sang ibu sambil mencoba meraih anaknya yang pergi ke kamar.

**

Hingga tibalah waktunya makan siang. Perut anak itu mulai keroncongan, ia pasti sangat lapar. Tadi pagi juga ia hanya sarapan bakwan yang dibelinya di tetangga. Mengetahui hal itu, sang ibu pun berinisiatif menawari makan.

“Le, makanannya sduah siap di meja, ya! Jangan lupa makan loh!” ucap sang ibu. Namun karena tidak mendapatkan jawaban, sang ibu pun bergegas menemui anaknya yang sedang membaca kitab di ruang tengah.

“Le, mogok makannya jadi ta?” tanya sang ibu heran. Beliau tidak pernah kepikiran saja, bahwa kini anaknya sudah mulai mencoba mengenali Tuhannya.

Baca Juga  Menjaga Lisan dan Tangan: Amalan Paling Utama dalam Islam

Di dalam hati, sang ibu memohon kepada Tuhan untuk memberikan keluasan ilmu kepada anak satu-satunya itu.

Membuktikan Kekuasaan Tuhan

Menurut saya, sang ibu tak perlu khawatir dengan sikap kritis yang dimiliki sang anak. Saya malah cenderung suka gayanya, tidak seperti pemeluk agama pada umumnya yang hanya percaya begitu saja.

Bahkan sampai menjelang maghrib, makanan di meja pun masih utuh. Ternyata tekad sang anak memang sudah bulat, ia ingin membuktikan kekuasaan Tuhan. Sang anak mulai terlihat memegangi perutnya sambil menatap matahari terbenam di ufuk barat. Sementara sang ibu semakin khwatir kepada kondisi anaknya.

“Le, membuktikan kekuasaan Allah tidak harus hari ini juga, seiring bertambahnya usiamu nanti kamu pasti akan mengerti makna kekuasaan Allah. Sudahlah, makan yuk!” Bujuk sang ibu dengan berlinang air mata.

***

Beliau tidak tahu yang telah diucapkannya itu benar atau tidak. Masa mengenal Tuhan disuruh nanti-nanti? Padahal siapa yang tahu usia seseorang? Lah kalau ajal yang lebih dulu menghampiri? Yang beliau tahu hanyalah anaknya sedang menahan rasa laparnya. Sebagai seorang ibu, beliau tidak ingin anaknya jatuh sakit.

“Ya sudah, Emak bikinin makanan kesukaanmu ya, Le, biar kamu mau makan!” Sang ibu pun segera bergegas ke dapur. Beliau hendak membuat nasi goreng kesukaan anaknya tersebut.

Aroma wangi nasi goreng yang enak pun tercium dari teras rumah. Hal itu membuat sang anak semakin lapar dan tersiksa. Namun, ia segera menepis hawa nafsunya itu. Ia menganggap nasi goreng itu hanya godaan untuknya.

“Ini Le, nasi goreng spesial bikinan Emak, biasanya kamu suka sekali!” ucap sang ibu dengan harapan sang anak sudah menemukan jawaban. Ayo lah sadar!

Melihat nasi goreng yang baru saja matang itu, anak tersebut mengalami perang batin. Bagaimana caranya agar nasi goreng yang terlihat super enak itu tidak mengganggunya? Belum lagi aromanya, pasti membuat anak tersebut semakin lapar.

Baca Juga  Kisah Wajan dan Piring Plastik

Mencari Allah

“Sini Emak suapin!” Pinta sang ibu mulai tak tega.

“Saya nggak mau makan, kalau bukan Allah yang menyuapi saya dengan tangan-Nya sendiri!” Tegas sang anak kepada ibunya.

Kemudian anak itu berlari meninggalkan ibunya. Mungkin ia menyesal sudah bersuara kasar kepada ibunya. Ia pun bersembunyi di atas pohon jambu yang rindang di dekat rumah.

Terlihat dari atas pohon, sang ibu menenteng-nenteng sepiring nasi goreng mencari anaknya. Anak itu berharap, sang ibu tidak melihatnya di atas pohon. Namun, dengan mudah sang ibu pun melihat anak itu.

“Turun sini!”

“Emak pulang saja, nanti saya menyusul!”

Mendengar ucapan itu, sang ibu berpikir mungkin anaknya malu untuk memakan nasi goreng itu karena tadi pagi sudah bertekad tidak ingin makan jika bukan tangan Tuhan yang menyuapinya.

“Ya sudah, nasi gorengnya ibu tinggal di sini. Kalau kamu sudah menemukan jawaban, makan saja ya!” Ucap sang ibu lalu pulang ke rumah.

***

Sementara anak itu sedang menatap nasi goreng dari atas pohon, dari jauh datang lah sekelompok pencuri yang mendekati kampung. Mereka terlihat membawa senjata tajam dan pistol. Jumlah mereka sekitar lima orang.

Begitu sampai di dekat pohon jambu tempat anak itu bersembunyi, para pencuri itu pun menemukan sepiring nasi goreng tergeletak di atas batu besar. Dengan sigap mereka pun mendekati makanan itu, dan hendak memakannya.

“Tunggu dulu!” Salah seorang dari mereka mencurigai sesuatu, “Nasinya masih hangat, Bos! Jangan-jangan ini jebakan?

“Iya benar juga, memang siapa sih yang meninggalkan nasi di tempat seperti ini jika tidak ada maksud tertentu?” Sahut yang lainnya.

“Ini pasti beracun! Mungkin penduduk kampung sudah tahu, kita akan ke sini malam ini?” Mereka saling bersahutan.

“Pasti orangnya masih berada di sekitar sini untuk memastikan targetnya sudah mati atau belum. Ayo cari!” Pinta laki-laki yang paling gagah di antara mereka.

Baca Juga  Menjadi Orang Baik

Tuhan Maha Pemberi

Mendengar percakapan itu, anak yang bersembunyi di atas pohon pun sangat ketakutan. Ia berdoa di dalam hati, “Ya Allah ampuni hamba! Hamba bersikap demikian bukan karena ragu terhadap Mu, namun lebih ke arah betapa rindunya Hamba ingin melihat Mu.”

“Woy! Turun kamu!” Teriak para pencuri itu dari bawah sambil menodongkan pistol ke arah anak itu.

Tak menunggu lama, anak itu pun turun. Ia pun tertangkap oleh para pencuri. Ia dibekuk sambil tengkurap di atas tanah.

“Wahai anak kecil, nasi siapa ini?” Tanya salah satu dari pencuri itu.

“Itu nasi goreng buatan emak saya, makanlah! Saya tidak berniat untuk memakannya.” Jawab sang anak sambil kesakitan karena diinjak punggungnya terlalu keras.

“Mana mungkin? Ini pasti racun! Coba kamu makan kalau berani!” Tantang pencuri itu.

“Nggak, saya tidak akan memakannya. Tapi demi Allah, itu bukan racun!” Bukannya memercayai jawaban anak itu, para pencuri malah semakin yakin bahwa nasi itu racun.

“Seret anak itu! Kasih dia makan!” Pinta pimpinan mereka. “Biarkan dia mati dengan memakan racun buatannya sendiri!”

Anak itu pun dipaksa membuka mulut. Sekuat tenaga anak itu menolak, namun karena tubuhnya yang kecil dan depegangi oleh dua orang laki-laki dewasa maka ia pun akhirnya pasrah.

Begitu sesuap nasi goreng yang masih hangat itu masuk ke mulutnya, seketika anak itu pun meneteskan air mata. Tuhan memang ada, Tuhan memang memberi makan kepada setiap makhluk-Nya dengan tangan-tangan yang dimiliki-Nya.

**

Sementara para pencuri itu tertawa, lalu meninggalkan anak kecil itu yang dikiranya menangis hampir mati karena racun.

“Biarkan saja ia membusuk di kebun itu. Ia berpikir bisa membidohi kita apa? Hahaha!” ucap pimpinan kelompok pencuri itu sambil berlenggang menjauh.

*Ditulis ulang dari ceramah yang disampaikan oleh Ustadz Derry Sulaiman.

Bagikan
Post a Comment