f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
gotong royong

Gotong Royong dan Warm-Glow-Effect

Pada tahun 2020, bisa dibilang negara Indonesia sedang tertimpa berbagai rentetan musibah atau bencana. Termasuk bahaya Covid-19 yang saat ini masih terus menyebar secara masif. Data terakhir yang dikemukakan oleh Satgas Penanganan Covid-19 per-September 2020 angka positif mencapai 203.342, sembuh 145.200 dan meninggal 8.336 orang. Hal ini jelas bukan kabar baik buat negara Indonesia, karena Indonesia sendiri menempati posisi ke-2 terbanyak kasus positif setelah Filipina dilingkup Asia Tenggara.

Kilas balik pada 02 Maret 2020, saat itu Presiden Joko Widodo bersama Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengumumkan kasus Covid-19 pertama kali di Indonesia. Terhitung enam bulan berlalu, kasus positif Covid-19 masih menunjukkan peningkatan. Selama periode enam bulan tersebut, banyak sekali sektor yang menerima imbas dari penyebaran Covid-19. Termasuk sektor usaha yang dicatat oleh Kamar Dagang Industri (Kadin) Indonesia terdapat 6,4 juta tenaga kerja yang dirumahkan atau terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Di luar dari data tersebut, penulis meyakini masih banyak kalangan masyarakat yang merasakan dampak pandemi Covid-19.

Berdasar data yang terurai di atas, tentu kita sebagai manusia yang mempunyai hati nurani harus tergerak untuk saling menolong/berbagi. Terutama pada masa-masa sulit seperti sekarang. Oleh karena itu pada masa-masa seperti ini diperlukan inisiatif untuk memulai aksi berbagi. Harus saling mengulurkan tangan kepada sesama, karena terkadang sesuatu yang menurut kita useless tapi menurut orang lain sangat berarti atau bermakna.

Teringat penggalan dari Nabi Muhammad saw “sedekah tidaklah mengurangi harta” (HR Muslim No.2558 dari Abu Hurairah). Dibalik kutipan Nabi saw tersebut, sesungguhnya mengandung makna tersirat yang memiliki korelasi kepada diri kita. Izinkan makna tersirat tersebut penulis paparkan dalam keseluruhan tulisan ini.

Baca Juga  Di mana Peran Ulama dalam Setiap Gejolak Sosial?
Konsep Gotong Royong

Sebelum mengulik makna tersirat tersebut, penulis hendak memaparkan pengertian gotong royong. Istilah gotong royong berasal dari bahasa Jawa, gotong artinya pikul/angkat dan royong artinya bersama-sama. Secara harfiah gotong royong berarti memikul/mengangkat/mengerjakan sesuatu dengan bersama-sama.

Partisipasi masyarakat secara keseluruhan dituntut aktif dalam proses gotong royong. Sebagaimana pandangan yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, konsep gotong royong terbagi menjadi dua yaitu gotong royong tolong menolong dan gotong royong kerja bakti. Sehingga budaya gotong royong ini tidak bisa terlepas dari kehidupan bermasyarakat, terutama masyarakat Indonesia.

Menilik dari aspek sejarah, istilah gotong royong telah ada di Indonesia sejak tahun 1800-an. Semangat mengerjakan segala sesuatu secara bersama-sama telah hadir di tengah-tengah masyarakat sejak dahulu. Dengan berkembangnya nilai gotong royong di masyarakat Indonesia, istilah gotong royong berkembang menurut daerahnya masing-masing.

Kita ambil contoh di Bali gotong royong dikenal dengan sebutan ‘ngayah’ yang berarti kerjasama. Di Nusa Tenggara Timur dikenal dengan sebutan ‘gemohing’ yang berarti membantu dengan sukarela. Di Sulawesi Selatan dikenal dengan ‘mappalette bola’ yang berarti membantu secara bersama-sama. Meskipun istilah gotong royong memiliki penyebutan yang berbeda-beda tiap daerah, tetapi memiliki makna yang sama yaitu kerjasama atau tolong menolong.

Memantik Rasa Kepedulian

Berlandaskan nilai gotong royong yang telah ada sedari dulu, hal ini dapat kita gunakan sebagai pondasi dalam menghadapi situasi sulit di masa pandemi Covid-19. Tidak dipungkiri nilai gotong royong telah mendarah daging dalam masyarakat Indonesia. Atas dasar inilah dapat kita gunakan sebagai inisiasi peduli kepada sesama.

Semisal dengan melakukan penggalangan dana, berpartisipasi dalam lembaga sosial, menyuarakan aspirasi terkait penanganan covid-19, perhatian terhadap hak-hak masyarakat yang di PHK, membagikan sembako, mendukung kinerja dari tenaga medis, turut menyuarakan terkait pola hidup new normal, dan lain sebagainya. Apapun kegiatannya, hal tersebut bisa berjalan dengan lancar karena dikerjakan secara bersama-sama. Seperti kata peribahasa “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”.

Baca Juga  Ternyata Stop Menyusui Bisa Membuat Sang Ibu Depresi

Dengan kita berbagi atau tolong menolong dalam kondisi sulit ini, sama halnya kita menanamkan kembali rasa kepedulian kita. Rasa kepedulian inilah yang perlu kita jaga dalam menghadapi masa pandemi yang masih belum menunjukkan angka penurunan. Sekaligus hadirnya Covid-19 ini menegaskan kepada kita semua bahwa gotong royong menjadi simbol dari solidaritas sosial. Untuk itu gotong royong perlu terus di-push agar tidak tereliminasi oleh nilai-nilai individualis.

Gotong royong ini pun juga ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo pada bulan April lalu yang mengatakan “kita tunjukkan bahwa dalam kondisi di rumah saja, kita tidak menjadi semakin individualis, tetapi justru kita semakin peduli satu sama lain”.

Perasaan Positif (Warm glow effect)

Saat kita mempelajari matematika dasar sedari TK, 2 ditambah 2  sama dengan 4. Tidak mungkin dong 2 ditambah 2 tiba-tiba berubah menjadi 5. Karena matematika mengajarkan tentang  ilmu pasti, tidak bisa diubah dan diganggu gugat lagi. Berbeda lagi kalau kita melihat dari aspek sosial 2 ditambah 2 bisa saja hasilnya 5, 6, 7 ataupun 100. Bergantung pada situasi dan kondisi yang terjadi pada saat itu. Itu juga yang terjadi jika kita membicarakan tentang matematika versi Allah swt.

Sebagaimana pernah disinggung oleh Habib Husein Ja’far al-Hadar dalam kanal Youtube “Jeda Nulis”. Matematika Allah Swt itu berbeda dengan matematika manusia. Seperti contoh, dalam matematika manusia 2 dikurangi 1 pasti hasilnya 1 dan jelas hasilnya menunjukkan pengurangan. Beda lagi dengan matematika Allah swt, saat 2 dikurangi 1 hasilnya bukan 1 dan malah akan ditambah oleh Allah swt dengan berlipat-lipat. Sesuai janji Allah swt dalam salah satu surah-Nya yaitu Saba’ ayat 39 : “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah swt akan menggantinya dan dialah pemberi rezeki sebaik-baiknya”.

Baca Juga  Dilema Menstruasi dan Toleransi Suami

Lantas masihkah kita meragukan matematika Allah swt? Efek domino dari berbagi pernah diteliti oleh seorang profesor berkebangsaan Amerika, James Andreoni pada tahun 1989. Dia menamainya dengan istilah worm-glow-effect. Yang mana jika seseorang melakukan kegiatan berbagi/beramal/bersedekah cenderung akan merasakan sensasi perasaan positif dalam dirinya.

Perasaan positif itu diperoleh setelah berbagi dengan orang lain. Korelasi inilah yang dimaksud penulis, bahwasanya dengan kita berbagi/bersedekah tidak membuat harta kita berkurang. Malah sebaliknya memberikan manfaat kepada diri kita sendiri, salah satunya perasaan positif (warm glow effect) tersebut.

Oleh karena itu, sebagai bangsa yang memiliki dasar gotong royong kuat terhadap sesama sedari dulu. Sepatutnya kita jaga nilai-nilai tersebut agar lestari. Tidak lupa kita tanggalkan terlebih dahulu pernak-pernik individualis dalam diri kita.

Apalagi melihat kondisi pandemi ini, setidaknya dengan uluran tangan kita dapat membantu saudara, teman, tetangga, kerabat dan orang lain yang sedang kesusahan. Sekali lagi, berbagi itu tidak mengurangi (sedikitpun).

Bagikan
Comments
  • Bia

    Waah, benar-benar bermanfaat nih tulisannya,

    September 16, 2020
Post a Comment