f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
masjid anak

Dicari Masjid Sayang Anak

Anak-anak dilarang berisik.

Tulisan itu saya baca di suatu masjid supermegah di dekat kampung saya, di daerah hampir Jakarta coret.

Sebagai seorang yang berkecimpung di dunia anak, saya terganggu, atau lebih tepatnya tersinggung. Tidak hanya mata saya jadi perih, pendengaran saya juga sakit. Melalui pengeras suara terdengar peringatan agar orang tua menjaga anaknya supaya tidak berlari-larian.

Duh, pengurus masjid lupa ya bahwa anak adalah kupu-kupu surga. Suatu saat mereka akan tua, anak-anaklah yang kelak akan mengurus masjid. Seharusnya anak-anak punya kenangan yang indah pada masjid sehingga kelak mereka akan menyayangi masjid. Ketika mereka mendapat kekerasan di masjid, kemungkinan besar mereka juga akan melakukan hal yang sama ketika dewasa.

Heran juga, kenapa sih yang jadi sasaran adalah anak? Kenapa tidak ada peringatan-peringatan untuk orang dewasa, yang jelas-jelas sudah tahu baik dan buruk, tapi masih juga melanggar. Misalnya, nih, buang gelas air mineral di halaman, meninggalkan tisu di wastafel, tidak melipat mukena atau sarung yang habis dipakai, dan yang paling parah menggosipkan artis yang putus cinta atau malah tetangga sebelah.

Anak ya anak. Mereka perlu melompat, lari dan bergerak. Bila ada sarana bermain, mereka akan belajar memahami aturan bahwa halaman adalah tempat bermain, sedangkan ruang shalat adalah tempat mereka harus berjalan pelan dan bersuara pelan. Saya yakin kalau ada aturan dasar, perilaku anak bisa terkontrol.

Kalau tidak ada lahan untuk arena bermain, bisa juga sudut untuk membaca cerita Nabi atau bermain pazel Islami. Sudut ini dibutuhkan untuk pengalihan bila anak gelisah ketika ikut orang tuanya mendengarkan ceramah yang panjang.

Ya, idealnya sih keduanya ada, sehingga anak bisa melepaskan energi geraknya dan belajar fokus dengan kegiatan bermain motorik halus atau membaca. 

Baca Juga  Meningkatkan Komunikasi Positif dalam Keluarga

Selain area bermain, masjid pun perlu membekali guru dengan kemahiran manajeman kelas dalam kegiatan belajar mengaji. Kemahiran ini akan mempermudah guru melakukan multitasks: mengajarkan iqra kepada anak yang duduk di depannya sambil mengawasi anak yang sedang bermain.

Saya pernah mendapatkan seorang guru mengajar mengaji sambil melirik seorang anak yang tidak bisa diam. “Daru, jangan lompat-lompat!” teriaknya. Bu Guru lupa bahwa di depannya ada anak yang sedang melafalkan bunyi huruf hijaiyah.

Sedikit bekal manajemen kelas dapat membuat bu guru merasakan berkah dari pekerjaannya: dia tidak perlu berteriak terhadap seorang anak yang butuh bergerak, dan bisa fokus serta menghargai anak yang ada di depannya. Manajemen kelas itu berupa pengaturan kegiatan. Untuk anak yang belum mendapat giliran diberi sarana kegiatan yang membuatnya lebih fokus mengerjakan sesuatu. Sarana kegiatan itu bisa buku, balok, atau alat gambar.

Sayangnya penghargaan terhadap anak kerap pupus, padahal Rasulullah berbicara dengan anak dengan suara lembut. Beliau merendahkan tubuh sehingga pandangan mata selevel. Di lapangan saya beberapa kali melihat ajaran Rasulullah terabaikan. Ada guru membentak anak untuk masuk dalam barisan, dalam kegiatan manasik haji. Ada guru yang memanggil murid dari jarak 10 meter dengan mata membelalak dan nada tinggi, di suatu lembaga pendidikan. Atau dalam acara halal bihalal, anak tidak diajak bersalaman padahal dia berdiri di samping orang tuanya.

Hanya kebetulan saja orang dewasa lahir terlebih dahulu. Kita merasa diri kita lebih tahu daripada anak, padahal justru dari mereka kita belajar. Artinya: kitalah yang harus peka membaca pesan yang mereka bawa dari perilaku mereka. Bukankah setiap anak lahir membawa misi hidup masing-masing? Siapa tahu anak yang dibentak bu guru mempunyai misi menjadi seseorang pemimpin di lingkungan atau negaranya. Kita tidak tahu, karena ini adalah misteri yang mesti kita hayati. Tugas kita adalah memberikan mereka lingkungan yang membuat mereka mencintai kehidupan di sekitar mereka, termasuk masjid.

Baca Juga  Hal Sederhana dalam Mendidik Anak, Parenting Ala Ibu Muda

Boleh juga ya ada lomba masjid sayang anak. Indikatornya mencakup sarana prasarana, supaya penilaian mudah. Misalnya, sarana bermain (sedikit area yang bisa membuat anak bergerak), sudut kegiatan (buku-buku dan peralatan motorik halus), peralatan shalat ukuran anak (mukena, sarung, sajadah), dan pastinya kebijakan mesjid yang menunjukkan bahwa mereka punya kepedulian terhadap pengurus masjid di masa depan. 

Bagikan
Post a Comment