f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
cinta

Cinta dan Bentuk Pendekatan Lainnya

Setiap dari kita pasti pernah merasakan cinta. Yup, cinta kepada lawan jenis merupakan fitrah bagi setiap manusia. Karena dengan cinta itulah kehidupan manusia akan mengalami keberlangsungan. Allah telah memberikan ruang untuk menyalurkan cinta kepada lawan jenis secara syariat yaitu melalui pernikahan.

Namun, bagaimana jika cinta itu mengalir kepada hal yang tidak sesuai dengan yang di syariatkan oleh Allah? Banyak kita lihat anak muda dengan bangganya pamer kemesraan dengan lawan jenis yang bukan mahram di media sosial, bergandengan tangan, berpelukan. bahkan berciuman. Nah, fenomena-fenomena tersebut termasuk ke dalam pacaran.

Mendekati Zina: Pacaran

Banyak anak muda zaman sekarang yang melakukan pacaran. Dengan kemajuan teknologi dan informasi ada remaja yang berpacaran virtual atau hanya lewat media sosial saja dan belum pernah bertemu secara langsung di kehidupan nyata. Namun, hal tersebut tentu menjadikan kita berpikir dan merenung. Memangnya pacaran itu apa ? Apakah salah satu bentuk cinta ?

Pacaran merupakan hal yang dapat menjerumuskan ke dalam perzinaan. Padahal Allah telah melarang seseorang untuk mendekati zina. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:

Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sesungguhnya suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk” (QS. Al Isra: 32).

Dalam Tafsir Jalalain menjelaskan bahwa larangan dalam ayat tersebut lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika sesorang mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, tentu lebih terlarang.

Pacaran juga dapat menjadikan pelakunya terjatuh pada perbuatan zina dan larangan-larangan syariat. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

Telah ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya yang tidak dapat dihindarinya: Zina kedua mata adalah dengan melihat, zina kedua telinga adalah mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah dengan meraba atau memegang (wanita yang bukan mahram, pen.), zina kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah menginginkan dan berangan-angan, lalu semua itu dibenarkan (direalisasikan) atau didustakan (tidak direalisasikan) oleh kemaluannya” (HR Bukhari-Muslim).

Baca Juga  Menjaga Iman yang Fluktuatif
Petualangan Panah Iblis

Allah juga telah memerintahkan manusia untuk menundukkan pandangan mereka dari hal-hal yang haram. Kita ketahui bahwa ada ungkapan yang mengatakan bahwa cinta berawal dari pandangan mata lalu turun ke hati. Pandangan mata merupakan cara termudah seseorang menyampaikan isi hatinya, termasuk perasaan suka hingga timbullah benih-benih cinta. Manusia harus waspada terhadap petualangan panah iblis, yaitu ketika syahwat cinta menggoda hati seseorang terhadap lawan jenis yang bukan mahramnya.

Panah iblis atau syahwat cinta tersebut muncul sebelum sepasang manusia menjadi halal untuk berduaan, hidup bersama, karena mereka belum terikat tali pernikahan yang sah secara agama. Seseorang dapat melakukan apa saja demi cinta akibat petualangan panah iblis tersebut. Karena sudah termaktub di dalam Al-Quran yang artinya, “Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.” (QS. Al-Furqan: 43). Hawa nafsu dan syahwat itu yang dia sebut sebagai cinta dan yang dia jadikan sebagai Tuhannya.

Pacaran: Tekanan Batin

Pacaran menyebabkan batin pelakunya menjadi tersiksa. Tersiksa dengan rasa rindu ketika jauh dan khawatir berpisah. Tersiksa dengan rasa cemburu hingga muncullah buruk sangka sehingga akan menyebabkan hati dan batinnya tersiksa kepada orang yang tidak berhak ia cintai akibat perbuatan pacaran tersebut.

Di kehidupan riil dapat kita jumpai hal yang demikian. Misalnya pelaku pacaran yang cemburu karena mengetahui kekasihnya mengobrol dengan teman perempuannya, kemudian ketika putus cinta maka seolah-olah kehilangan hidupnya. Itu semua termasuk beberapa bentuk dari siksa batin akibat pacaran.

Padahal cinta yang tidak menyebabkan batin tersiksa adalah mencintai Allah. Namun, terkadang manusia lalai akan hal tersebut, sehingga malah mendahulukan mencintai makluk-Nya yang bukan mahram daripada mencintai penciptanya. Orang yang berpacaran hanya mengedepankan hawa nafsunya dan lalai terhadap apa-apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Allah.

Baca Juga  Dari Islam Perspektif sampai Islam Inklusif

Ibnul Qayyim menjelaskan, “Jika orang yang sedang dilanda asmara itu diperintahkan untuk memilih antara kesukaan pujaannya itu dengan kesukaan Allah, pasti ia akan memilih yang pertama. Ia juga lebih merindukan perjumpaan dengan kekasihnya tersebut daripada pertemuan dengan Allah Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, angan-angannya untuk senantiasa dekat dengan kekasih, lebih dari keinginannya untuk dekat dengan Allah.”

Pacaran Islami, Mungkinkah Ada?

Dewasa ini, sudah menjamur dimasyarakat istilah pacaran islami. Namun, mungkinkah pacaran islami itu ada? Jika kita menilik dan mengacu pada dalil-dalil di atas tadi, maka tidak mungkin ada pacaran islami. Mustahil bila ada pacaran islami, yang ada hanyalah upaya menormalisasi hal buruk bagi Allah. Seolah-olah membuat suatu larangan menjadi boleh karena ada istilah ‘islami’.

Pacaran dengan label apapun yang menyertainya tetap tidak dibenarkan dalam Islam. Sama halnya dengan istilah yang dipaksakan misalnya minuman keras yang islami, zina yang islami, tentu hal tersebut tetap haram dan jelas-jelas bertentangan dengan syariat.

Penikahan: Solusi Terbaik untuk Dua Orang yang Saling Mencintai

Bagaimana Islam memberikan solusi kepada dua orang yang saling mencintai? Yupp, dengan pernikahan, bukan dengan pacaran yang cintanya hanyalah semu dan sesaat saja. Islam telah memberikan solusi kepada orang yang saling mencintai yaitu dengan malaksanakan pernikahan sesuai syariat. Namun, bagi yang belum mampu menikah, maka hendaklah berpuasa.

Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena hal tersebut akan lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menurut penulis, orang yang berpacaran merupakan orang yang tidak yakin dengan ketetapan Allah. Yakinlah bahwa jodoh sudah Allah tentukan. Namun demikian, kita harus tetap mengupayakan niat dan ikhtiar yang baik yang sesuai dengan syariat Islam dalam menjemput jodoh.

Baca Juga  Totalitas Cinta

Mari kita senantiasa bertakwa kepada Allah dan bagi yang masih menjalani pacaran apapun itu bentuknya, jauhilah dan tinggalkan pacaran! Karena cinta sejati hanya akan bertemu dalam pernikahan yang berlandaskan rasa cinta, iman, dan takwa kepada Allah bukan semata-mata desakan nafsu dan syahwat.

Editor; Iefone Shiflana Habiba

Bagikan
Post a Comment