f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
dari bapak

Belajar dari Bapak

Bapak saya ini nyaris tak punya identitas yang paten; beliau petani aktif, pernah pula jadi Kepala Desa, acap sering jadi Penceramah. Waktu jadi Mahasiswa, beliau tercatat sebagai kader (pasif) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) IAIN Alauddin Makassar, sayang tak menyelesaikan kaderisasi, malah beliau lebih berminat mendalami bela diri di Margaluyu. Perawakannya yang sedikit tampan itu membuat beliau bisa memikat banyak perempuan, mari kita sebut itu playboy.

Tentang bidang akademiknya, beliau sebenarnya mendaftar di jurusan Syariah, tapi justru lulus di program studi Bahasa Arab, ini sebab nilai bahasa Arabnya di madrasah cukup tinggi. Kata om saya, sewaktu kuliah, beliau tidak saja menghabiskan waktu demi banting otak mencari nilai, tapi juga menyusuri banyak tempat wisata dengan motor Gl-Pro andalannya itu.

Waktu jadi Kepala Desa, beliau rajin mengunjungi masyarakat, kadang-kadang saya pula diajak. Misal subuh hari, selepas sholat beliau sudah berkeliaran ke rumah masyarakat, mengetuk pintu, membangunkan buat sholat, lepas itu ngopi hingga matahari terbit.  Demikian bila malam tiba, acap pula masih kongkow-kongkow di rumah masyarakat.

***

Di rumah, beliau sering bercengkerama dengan keluarga. Dulu kita punya kegiatan rutin per minggu, beliau sebut “Rapat Evaluasi”. Isinya adalah evaluasi kegiatan anak-anaknya di satu minggu terakhir, tentang apa saja prestasi yang sudah dicapai dan program yang belum diselesaikan oleh kami.

Beliau jua ajarkan bagaimana seharusnya kita bersikap di kehidupan publik, dari hal-hal besar hingga hal teknis semacam rendahkan suara ketika berbicara, jangan berjalan dengan pongah, etika makan, hingga metode mencangkul yang baik. Ia juga nasihatkan ihwal pentingnya sebuah kesabaran bahkan kalau kita punya kekuatan untuk melawan.

Baca Juga  Al-Qur’an adalah Jawaban dari Segala Permasalahan Hidup

Beliau hapal teknik bela diri dengan baik, tetapi baginya puncak tertinggi dari bela diri adalah sikap tenang dan sabar, pula jangan mengundang keriuhan. Menyikapi kemarahan orang jangan pula dilawan dengan kemarahan, beliau sering bergumam “jangan berteriak ‘allahu akbar’ jika ada kerbau yang mengamuk”, maknanya jangan gegabah bila menanggapi suatu masalah, pula jangan menghindar darinya.

Bapak adalah “filsuf” yang kontemplatif. Segala yang ada di hadapannya selalu menjadi bahan refleksi pemikiran. Beliau memahami betul bahwa kehidupan ini adalah sekolah tempat belajar apa saja demi menjadi bijaksana. Acap sering kami diajak jalan-jalan dan menoleh ke kanan dan kiri, melihat keadaan lingkungan sekitar dari perspektif sosiologis. Setidaknya untuk melihat makna dari segala yang ada di hadapan mata dan bagaimana suatu perubahan sosial bisa terjadi.

Beliau, sebagaimana Bapak lainnya sangat menyayangi keluarga. Karena itu, beliau sangat senang bila anggota keluarganya berkumpul, sebaliknya sangat teriris batinnya kalau kami berpisah. Misal tiba waktu saya pulang ke Jogja, beliau rutin mengantarkan saya ke bandara, rutin pula menangis kalau pesawat sudah waktunya mengudara.

***

Belakangan ini beliau senang menuliskan pemikirannya di Facebook. Bukan main senangnya jika banyak orang yang komentar dan like. Pernah satu pagi beliau menelepon saya untuk mengabarkan perkembangan tulisannya di Facebook. Saking girangnya, beliau malah ingin merambah twitter dan blogger. Sebuah niat yang bagus meski tidak seharusnya diniatkan. Heuheu.

Rasa sayang beliau yang dalam pada anak-anaknya sering berwujud pemanjaan, meski sebetulnya lebih banyak beliau mengajarkan ihwal pentingnya memilah dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Ia sangat perhatian pada perkembangan pengetahuan anak-anaknya, kepada saya misal, beliau tetap berharap untuk saya menunda banyak pikiran yang lain demi fokus studi. Beliau ingin saya lanjut studi doktoral, bagaimanapun kondisinya. Jika saya menikah sekalipun, beliau masih rela membiayai sekolah hingga menoreh gelar Professor.

Baca Juga  Diabaikannya Sighat Ta’liq Menyebabkan Goyahnya Kehidupan Berumah Tangga
Bapakku Inspirasiku

Bapakku inspirasiku. Saya pikir itu tidak berlebihan. Beliau adalah guru hidup yang baik, saya pernah dengar “puncak tertinggi dari keahlian seorang guru adalah menjadi inspirator”. Bapak saya itu, pada apa yang saya amati telah menjadi guru paling baik hingga kini saya menginjak usia 23 tahun. Saya sering berinteraksi dengan guru dan dosen, tapi tiada dosen yang paling nyata di hadapan mata saya, selain Bapak.

Saya selalu berjanji pada diri saya sendiri untuk hidup bijaksana sebagaimana Bapak. Sebuah hidup yang diisi dengan kerja keras, tapi bukan demi menguras hidup. Kerja keras tetap harus dinikmati dengan santai. Bapak mengajarkan laku hidup yang moderat, tak berlebih-lebihan dalam segala hal. Menyikapi segala hal dengan kepala tenang tanpa kehilangan fokus pada sebuah tujuan.

Melihat saya yang kian menua usianya ini, Bapak sering melirik-lirik anak gadis orang. Bukan untuk menjadikannya istri kedua tentu; tapi barangkali suatu kelak anak gadis yang diamatinya bisa menjadi istri saya. Itu aktivitas yang baik, meski saya selalu bilang dalam jangka waktu yang lama saya masih ingin sendiri, tidak mau menikah.

***

Andai kata suatu waktu menikah, beliau berpesan kepada saya untuk memperlakukan istri dengan penuh kasih, jangan menindas tapi jangan pula menyerahkan diri sepenuh-penuhnya. Cari istri yang tidak egois, demikian pesannya. Bapak juga selalu berpesan untuk kelak saya menyanyangi mertua sebagaimana menyanginya, pula santun padanya. “jangan naikkan kakimu di atas meja bila di hadapan mertuamu”, pesan beliau dengan santai.

Maka saya berdoa, beliau dan Ibu tentunya, selalu sehat walafiaat. Menjalani hari hari tua dengan suka cita, berkunjung ke kebun dan seperti biasanya: berdialog langsung dengan tanaman cengkeh kesukaannya, sambil membawa cucu-cucu kesayangan untuk menikmati hasil jerih payahnya. Lebih-lebih belajar bahwa apa yang ditorehkan saat ini semata-mata perjuangan di masa lampau.

Bagikan
Post a Comment