f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan pernikahan

Perempuan, Pernikahan, dan Idealisme

“Setelah menikah nanti aku mau lanjut Pascasarjana,” sebuah statement yang disampaikan seorang wanita kepada calon suaminya. Keputusan untuk kembali menimba ilmu ketika telah berumah tangga harus dibicarakan  matang-matang dengan pasangan. Pasalnya saat seorang perempuan telah memutuskan untuk menikah, tugasnya bukan lagi mengurusi dirinya sendiri. Melainkan bersama suami mengurusi rumah dan anak. Hal semacam itu harus disampaikan di awal sebelum memasuki jenjang pernikahan. Untuk mengantisipasi berbagai perbedaan pendapat antara pasangan.

Menikah adalah ibadah terlama yang dilakukan oleh dua insan manusia. Wali dan saksi turut menyaksikan ketika ikrar janji pernikahan terucap. Saat itu kehidupan baru dimulai, mengarungi bahtera rumah tangga bersama pasangan, mulai menata hidup bersama dan membangun keluarga sakinah, mawadah dan warahmah (samawa). Setiap pasangan memiliki tupoksinya masing-masing. Seorang suami yang mempunyai kewajiban memberikan nafkah, sandang, pangan dan papan yang layak bagi keluarganya.

Perempuan sebagai pendamping juga memiliki peran krusial dalam rumah tangga. Ia adalah madrasah pertama bagi buah hatinya. Ketika melihat seorang anak cerdas dan hebat, cobalah tengok ke belakang, pasti ada ibu hebat yang membesarkan dan mendidik putra-putrinya dengan berbagai hal. Tapi yang menjadi problematika, apakah ketika perempuan telah menikah ia harus menekan idealismenya demi keluarga? Apakah mimpi-mimpinya harus terkubur sementara, atau ia harus berjuang menyeimbangkannya.

Kehidupan Setelah Pernikahan

Beberapa kawan yang telah menjalani bahtera rumah tangga sering bercerita mengenai kehidupan setelah pernikahan. Berpacaran lama tidak menjamin kamu tahu karakter pasangan. Ketika tinggal dalam satu atap baru kalian akan memahami satu sama lain, jadi untuk kamu yang memilih untuk tidak berpacaran jangan pernah khawatir tidak mengenali pasangan secara utuh. Nyatanya mereka yang pacaran juga harus beradaptasi dengan pasangan dan berbagai kebiasaannya.

Baca Juga  Menikah dengan Anak Mami, Buy One Get One

Seorang gadis setelah bangun tidur hanya memiliki tugas mengurusi badannya sendiri, beberapa gadis ada yang membantu ibunya membereskan rumah. Namun ketika menjadi seorang istri kebiasaan itu harus bergeser, makanan harus sudah terhidang sebelum anak-anak berangkat sekolah, seragam sekolah sudah harus tertata rapi, rumah sudah bersih sebelum ibu melanjutkan pekerjaan lainnya.

Supaya kehidupan rumah tangga tetap adem ayem tanpa konflik setiap pasangan suami istri harus paham hak dan kewajiban. Pola pembagian tugas antara suami istri harus melibatkan keluwesan antara pembagian menyelesaikan pekerjaan rumah tangga  dan pencarian nafkah. (Lestari, 2012) Mengingat bahwa di zaman ini perempuan bukan hanya menjadi ibu rumah tangga, melainkan menjadi wanita karir yang ikut menapaki berbagai sektor.

Menurut Supratiknya (1995) mengemukakan bahwa pola dasar perkawinan adalah perpaduan antara equity atau keadilan dan equality yakni kesetaraan antara suami istri. Islam pun menghapuskan diskriminasi antara pria dan wanita dalam proses pemenuhan hak sipilnya. dalam QS. Al Hujurat 49:13 yang artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Menurut Syaltut (2009) mengungkapkan bahwa makna dari QS. Al Hujurat 49:13 memberikan isyarat yang jelas bahwa kelebihan laki-laki dalam fisiknya dan anggota tubuhnya. Bukan sebuah aib jika dikatakan bahwa tangan kanan lebih kuat dari tangan kiri, dan akal lebih utama dibanding akal. Suami istri adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Mereka berjalan berdampingan bagaikan sepasang sepatu. Kehidupan yang mereka jalani setelah pernikahan tidak dibatasi oleh ruang, waktu dan tahun.

Baca Juga  People Pleaser; Menetralisir Rasa Nggak Enak-an

Setiap pasangan menginginkan hubungan yang langgeng dalam pernikahannya. Hanya maut yang memisahkan dan selalu berjuang bersama meskipun dengan berbagai tantangan dan hambatan. Ketika sebuah masalah dihadapi sendiri mungkin akan terasa berat, namun ketika masalah tersebut dihadapi berdua akan terasa ringan. Setelah menikah semua akan mengalami problematika yang kompleks. Dan tugas setiap pasangan adalah saling menguatkan, memberikan dukungan satu sama lain.

Idealisme Wanita Setelah Pernikahan

Sebuah pertanyaan besar bagi para lajang yang hendak menikah mengenai sebuah idealisme. Menurut KBBI idealisme yakni sebuah aliran filsafat yang menganggap pikiran atau cita-cita yang menjadi satu-satunya hal yang benar yang dapat dicamkan dan dipahami, makna kedua idealisme merupakan hidup atau usaha untuk hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang dianggap sempurna. (KBBI Daring, 2022) Merujuk pada KBBI makna idealisme berarti sebuah cita-cita.

Perempuan yang telah menikah harus bisa fleksibel dan menekan idealismenya. Seperti idealisme dalam beberapa pandangan termasuk untuk mengenyam pendidikan, bekerja, berlibur, dan beberapa aktivitas lainnya. Bukan berarti perempuan ketika telah menikah harus membatasi kebahagiaan dan idealismenya. Melainkan harus mengetahui skala prioritas dan dapat menyeimbangkan antara keluarga dan idealisme.

Perempuan harus memahami kondisi keluarga dan menurunkan egonya, mencari jalan lain supaya mimpi dan cita-citanya bisa terwujud. Namun keluarga tetap menjadi prioritas utama. Adanya dukungan dari pasangan juga merupakan faktor terpenting dalam pemenuhan idealisme seorang perempuan. Memiliki partner yang selalu memberikan dukungan akan membantu menjaga kewarasan. Ia adalah seorang yang bisa menempatkan diri. Tidak membombardir perempuan dengan berbagai pekerjaan rumah tangga saja. Melainkan juga mendukung pilihan dan selalu support istrinya untuk bertumbuh.

Tipe pasangan seperti ini ideal bagi seorang perempuan dengan idealis tinggi. Bahwa keluarga tetap nomor satu, tapi pernikahan bukanlah sebuah halangan untuk perempuan dapat menggapai mimpinya. Saling bahu membahu dalam segala hal, mulai dari pekerjaan rumah tangga, mengurus anak, dan mencari sumber income untuk memenuhi kebutuhan. Untuk para gadis yang memiliki mimpi tinggi untuk berkembang dan bertumbuh, jangan takut untuk menikah. Karena ketika menemukan partner yang tepat mimpi-mimpimu tetap bisa terlaksana, terwujud dan kamu juga akan memiliki keluarga kecil yang samawa dan bahagia.

Bagikan
Post a Comment