f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
khutbah idulfitri

Momentum Idulfitri : Membentuk Pribadi Saleh, Keluarga Sakinah, Masyarakat Rahmah dan Baldah Thayyibah

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ

اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ اَمَّا بَعْدُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

للهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلًا

Alhamdulillah segala puji marilah senantiasa kita haturkan kepada Allah Swt. yang maha Rahman dan Rahim; yang telah memberikan kita kesempatan untuk bertemu dengan Idulfitri; setelah dua tahun terakhir kita masih dibayang-bayangi dengan pandemi Covid-19. Tak sedikit di antara saudara dan tetangga kita yang harus syahid terkena wabah, dan dengan Rahman dan RahimNya kita masih diizinkan untuk bertemu dengan Idulfitri tahun ini.

Salawat serta salam marilah kita lantunkan kepada uswah hasanah kita, Nabi Muhammad Saw. Nabi akhir zaman yang telah membawa perubahan yang sangat signifikan terhadap kebudayaan dan peradaban umat manusia. Yang mengajarkan kesetaraan antara laki-laki perempuan di hadapan Allah Swt. Nabi yang dengan spirit profetiknya membebaskan (liberasi) umat manusia dari segala macam penindasan, seperti perbudakan, kekerasan terhadap anak, eksploitasi perempuan, perusakan alam dan lain sebagainya, semata-mata dalam rangka hanya taat kepada Allah Swt.

Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, mempekuat keimanan, dan memperteguh keihsananan. Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar. Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, satu derajat lebih tinggi dari hari kemarin.

Jemaah Salat Idulfitri yang berbahagia

Alhamdulillah Idulfitri tahun ini rasa-rasanya cukup berbeda dari dua Idulfitri sebelumnya. Pemerintah telah memberikan kelonggaran kepada masyarakat untuk melaksanakan ibadah di Bulan Ramadan dan Idulfitri dengan bebas namun tetap menaati protokol kesehatan. Dengan adanya pelongaran ini, nampaknya disambut masyarakat dengan sangat antusias. Terlihat di akhir Ramadan kemarin, pusat-pusat perbelanjaan ramai dengan masyarakat yang ingin berbelanja; jalan-jalan penuh dengan kendaraan para pemudik yang pulang ke kampung halaman; takmir-takmir masjid mulai mempersiapkan masjid maupun tanah lapang guna pelaksanaan Salat Idulfitri.

Terlepas dari seluruh hiruk pikuk gempita menyambut Idulfitri, terdapat substansi lain yang seharusnya kita lakukan, apa itu? Yang harus kita lakukan adalah rejuvenasi diri seperti pesan Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si., “Kita jadikan puasa Ramadan dan seluruh rangkaiannya serta Idulfitri sebagai tanwiirul qulub wal fitrah, yakni proses pencerahan hati dan pikiran, yang membuahkan perilaku serba utama.”

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Baca Juga  Perjanjian Perkawinan : Tindakan Preventif Konflik Rumah Tangga
Jemaah Salat Idulfitri yang berbahagia

Puasa Ramadan sebagaimana telah kita lakukan sebulan kemarin, sejatinya memiliki muara yang sangat mulia yakni ketakwaan, sebagaimana yang termaktub dalam Surat Al-Baqarah ayat 183,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.”

Adapun takwa itu sendiri, dapat diraih baik oleh-laki-laki mapun perempuan, sebagaimana yang tertuang dalam Surat Al-Hujurat ayat 13,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Dari ayat di atas jelas dipahami bahwa kemuliaan seseorang tidak dilihat jenis kelaminnya, laki atau perempuan, apa bangsanya serta dari suku apa ia berasal karena semua itu semata-mata atas pemberian Allah. Bukan didapat melalui usaha yang dilakukan manusia. Kemuliaan manusia di hadapan Allah dilihat dari kualitas ketakwaannya kepada Allah yang itu dapat dicapai melalui usaha yang dilakukan manusia.

Jemaah Salat Idulfitri yang berbahagia

Dewasa ini, Bangsa Indonesia menghadapi berbagai tantangan yang sangat beragam, mulai dari maraknya korupsi, pandemi yang belum berakhir, kekerasan terhadap anak dan perempuan, disparitas sosial di masyarakat, kesenjangan ekonomi, dsb.

Bahkan belum lama, sebuah fenomena miris terjadi di Indonesia, yakni pemerkosaan yang dilakukan oleh oknum pengasuh sebuah sekolah berasrama, yang pelakunya ini mendapatkan ancaman hukuman mati. Ada juga permasalahan korupsi dana bantuan sosial, yang seharusnya bantuan sosial ini diberikan kepada yang masyarakat yang terhimpit perekonomiannya akibat pandemi. Belum lagi masalah begal di beberapa kota, yang sekakan-akan tidak menemukan jalan terang.

Masalah-masalah yang datang menerpa bangsa ini sejatinya muncul dan tumbuh karena terdegradasinya moral bangsa. Degradasi moral ini terjadi karena menurunnya kesadaran masyarakat akan pentingnya akhlak, etika, sopan santun, dan ketatakramaan yang selama ratusan tahun sudah dipegang teguh oleh bangsa kita.

Turunnya kesadaran masyarakat akibat dari minimnya kesadaran individu akan pentingnya menjaga nilai-nilai dan budi pekerti yang luhur; sehingga timbul penyepelean terhadap norma masyarakat, aturan hukum bahkan syariat agama.

Allah Swt. berfirman,

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Artinya : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. Ar-Rum : 41)

Baca Juga  Bucin, Mengapa Tidak?

Di dalam Kitab Zubdatul Tafsir Min Fathil Qadir karya Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, ayat ini menjelaskan tentang sebab dan akibat terjadinya kerusakan, baik fisik maupun moral, di muka bumi. Kerusakan dalam bentuk fisik di antaranya kekeringan, paceklik, bencana alam, bencana non alam, wabah, dsb. Kemudian kerusakan dalam bentuk moral di antaranya maraknya perampokan, kezaliman, runtuhnya akhlak pemuda, free sex, dsb.

Dalam ayat tersebut, penyebab terjadinya berbagai kerusakan adalah manusia itu sendiri (بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ). Kemudian Allah juga memperingatkan manusia sebagaimana termaktub di akhir ayat (لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ) bahwa Allah akan menimpakan kepada manusia sebagian atas perbuatan manusia agar kembali ke jalan yang benar dan bertaubat kepada Allah.

اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Jemaah Salat Idulfitri yang berbahagia

Idulfitri sebagaimana kita ketahui memiliki makna filosofis bahwa manusia diharapkan kembali kepada kesucian (fitrah) pasca menjalankan puasa selama sebulan penuh. Saat puasa Ramadan, kita semua disyariatkan untuk memanajemen segala macam syahwat dan hawa nafsu. Segala yang halal ketika hari-hari biasa, diharamkan saat Ramadan, mulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Fitri atau fitrah sebagaimana khatib sampaikan di atas, tidak hanya kembali suci karena kita telah selesai melaksanakan ibadah Ramadan degan segaka ritusnya. Lebih dari itu, seyogyanya kembali kepada fitrah/kesucian adalah kembali ke jalan yang benar yakni menuju kepada ketakwaan kepada Allah Swt.

Berbagai macam permasalah yang menimpa bangs aini seyogyanya mampu kita atasi dengan baik. Momentum Idulfitri bisa menjadi mercusuar agar kita benar-benar mampu menjadi pribadi yang bertakwa.

Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar, menjelaskan takwa dari kata wiqayah yang berarti memelihara. Yaitu memelihara hubungan baik dengan Allah Swt, jangan sampai terperosok kepada perbuatan yang tidak diridhoi dan memelihara segala perintah-Nya agar dapat dijalankan. Memelihara kaki jangan terperosok ke tempat yang penuh lumpur atau duri.

Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu berhati-hati menjaga setiap tutur kata dan laku perbuatannya dari setiap hal yang dilarang atau dimurkai Allah. Pada saat yang sama setiap perbuatan yang dilakukan menjadikan Allah rida kepadanya.

Jemaah Salat Idulfitri yang berbahagia

Allah Swt. berfirman dalam Surat Ali Imran ayat 133-134,

وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ – الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

Dari dua ayat ini, Allah Swt. telah memberikan rambu-rambu kepada kita agar kita mampu menjadi orang yang bertakwa. Adapun indikator orang-orang bertakwa, di antarnya :

  1. Memiliki jiwa sosial yang tinggi.
  2. Memiliki kemampuan untuk menahan diri.
  3. Mudah memaafkan orang lain dan bertoleransi.
  4. Melakukan kebaikan melebihi apa yang harus dilakukan.
Baca Juga  Bahasa Perempuan dalam Dunia Kerja: Agresif atau Kooperatif?

Dari keempat hal di atas, ketika dapat terinternalisasi ke dalam diri kita masing-masing, dan mampu kita laksanakan dengan baik, niscaya akan membentuk pribadi yang saleh, baik spiritual maupun sosial.

Kemudian dari kesalehan yang sudah terbentuk pada tiap-tiap diri kita, dan kemudian kita sebarkan kepada orang-orang di sekitar kita; insyaallah keluarga kita akan menjadi usrotun sakiinah, keluarga yang damai, tenang dan tentram.

Setelah terciptanya keluarga-keluarga sakinah pada simpul masyarakat, maka otomatis masyarakat tersebut akan menjadi masyarakat yang baik, masyarakat yang thayyib. Dan dari sekumpulan masyarakat yang baik itu, akan terbentuk negara dan bangsa yang baik pula, baldah thayyibah.

Lantas siapa yang dapat memulai seluru rangkaian ini? Jawabannya adalah kita semua, dimulai dari masing-masing individu, selanjutnya keluarga, dan terakhir adalah masyarakat dan lebih luas lagi seluruh elemen bangsa.

بَارَكَاللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَ الذِكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَا وَتَهُ إنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِه وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ … أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Bagikan
Post a Comment