f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
jejak karbon

Menurunkan Jejak Karbon Sebagai Ibadah Utama di Bulan Ramadan

Kemarin baru saja kita merayakan Hari Bumi 22 April 2022. Rasanyanya sampai saat ini kita belum kemana-mana, cuaca masih panas dan orderan online shop kian membludak.

Saya berselancar untuk mencari isu-isu terkait dengan pemanasan global. Saya jadi ingat meme yang sempat banyak beredar beberapa waktu lalu. Meme yang melintas pada lini masa twitter yang diunggah oleh akun @wordsonlife pada tanggal 30 September 2021. Gambar tersebut disusun secara kolase menggunakan tiga gambar: jejak kaki burung, jejak melata kura-kura, dan “jejak” manusia.

Apa yang kemudian menjadi satire pada meme tersebut adalah karena jejak manusia digambarkan dengan berbagai sampah anorganik. Pada gambar tersebut, terpotret botol minuman beraneka bentuk dan warna, dan beberapa sampah plastik yang sulit ku identifikasi satu persatu.

Hal di atas tentunya menyorot fakta yang ada di lapangan. Kita tentu bisa menghitung-hitung berapa jumlah sampah harian yang secara sadar atau tidak kita hasilkan. Yah, angkanya pasti lumayan. Coba deh sesekali kita koleksi sampah anorganik, wah pasti lumayan membuat terkejut.

Belum lagi emisi karbon dan metana yang tanpa sadar kita hasilkan dari pilihan makanan yang kita konsumsi, pakaian yang kita gunakan, kendaraan, sampai COD-an barang kita di market place. Jika kita hitung, tentulah angkanya tidak kecil. Apalagi bagi mereka yang hidup di kota-kota besar.

Sebagai informasi tambahan, pada situs earthday.org ternyata butuh air sebanyak 3.781 liter untuk menghasilkan satu buah celana jeans.

“Semakin banyak uang yang Anda miliki, semakin banyak yang Anda ingin konsumsi”. Begitulah kira-kira analisis dari Chris Morris pada kanal YouTube BBC Reality Check yang berjudul “Climate Change”.

Baca Juga  Pentingnya Sikap Positif Seorang Muslim
***

Saya ambil contoh betapa sampah merupakan artefak manusia modern. Seharian sudah menyeduh tiga sachet kopi. Kemasannya disebut gusset yang mengandung bahan alumunium foil, lanjut sarapan dua potong roti yang masing-masing memiliki kemasan gusset, saya menarik dua lembar tisu setiap kali bertandang ke toilet, yah mungkin paling sedikit 20 lembar tisu yang saya gunakan dalam sehari, kerupuk ikan dengan kemasan plastik, susu UHT yang kemasannya aseptik terdiri dari karton, alufoil, kertas berlaminasi plastik, kantong plastik, plus sedotannya yang bahan utamanya juga dari plastik.

Wah lumayan yah.. padahal jajan saya terhitung masih rata-rata dibandingkan (mungkin) anak ABG yang senangnya minum air gula; atau para pekerja yang dengan terpaksa harus makan dari kemasan berbahan karton berlaminating plastik untuk menyantap makan dua kali sehari karena alasan kesibukan, kemudahan,  dan kepraktisan.

Jadi, saat ini memang saat yang tepat mengedukasi orang-orang sekitar kita agar kembali berpikir sejenak untuk sekadar menumbuhkan kebijaksanaan untuk berempati kepada bumi kita.

***

November 2010, tepat dua bulan setelah diadopsi Protokol Nagoya (29 Oktober 2010) dirumuskan tiga tujuan Convention on Biological Diversity (CBD) yaitu pembagian manfaat yang adil dan merata yang timbul dari pemanfaatan sumber daya genetik. Pertama kali saya berkenalan dengan istilah-istilah yang berkenaan dengan jualan PBB yaitu Green New Deal.

Saat itu melalui Ibu Beverley Harvey, rekanan “Sister School” dari Bendigo Senior Secondary College Victoria, kami memperoleh “sedekah” buku teks sains berbahasa Inggris. Judul buku tersebut adalah Heinemann Biology 1 Student Workbook VCE Units I & 2.

Alhamdulillahnya saya sangat banyak terinspirasi dari keberadaan buku tersebut. Termasuk di dalamnya saya mengenal istilah asing pada waktu itu, ialah jejak karbon. Memang saat itu, internet belum seluas saat ini, sehingga informasi belum terlalu deras sampai ke Makassar, wilayah Indonesia Tengah.

Baca Juga  Ramadan: Momentum Melatih Regulasi Emosi
***

Nah, Apakah sebenarnya jejak karbon itu?

Jejak karbon adalah jumlah total gas rumah kaca, termasuk di antaranya: karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen dioksida (N2O), freon (SF6, HFC dan PFC) yang dihasilkan oleh tindakan kita.

Merujuk pada situs nature.org jejak karbon rata-rata untuk seseorang di Amerika Serikat adalah 16 ton, salah satu yang tertinggi di dunia. Secara global, jejak karbon rata-rata mendekati 4 ton. Untuk mendapatkan peluang terbaik menghindari kenaikan suhu global sebesar 2℃, jejak karbon global rata-rata per tahun harus turun hingga di bawah 2 ton pada tahun 2050.

Menurunkan jejak karbon individu dari 16 ton menjadi 2 ton tidak terjadi dalam semalam! Dengan membuat perubahan kecil pada tindakan kita, seperti makan lebih sedikit daging, mengurangi penerbangan lanjutan, dan mengeringkan pakaian kita, kita dapat mulai membuat perbedaan besar.

***

Adanya kesadaran memahami jejak karbon ini sejalan dengan isi Al-Qur’an yang artinya: “Ingatlah saat Tuhanmu mengatakan kepada malaikat bahwa `Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi. Mereka (malaikat) berkata : `Akankah Engkau ingin menjadikan perusak lingkungan dan sering bertumpah darah? padahal kami selalu memujimu serta mensucikan-Mu. Tuhan berkata : Sesungguhnya Aku lebih tahu apa yang tidak kalian ketahui.” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 30)

Ayat di atas kita maknai sebagai kepercayaan Allah ﷻ  yang sudah meng-endorse kita di hadapan malaikat, hamba yang suci. Betapa Allah ﷻ  memiliki harapan terhadap ras kita untuk menjadi pemuka dan penjaga di muka bumi.

Dengan ilmu berupa logika ekosistem yang merupakan rumah kita dan segala sumber daya yang ada di dalamnya, itikad balas budi pada alam, amanah yang kita emban sebagai khalifah tampaknya sudah cukup untuk menciptakan sebuah “kebutuhan” untuk menjaga alam semesta.

Baca Juga  Wa Classroom Adalah Kunci!
***

Bahwa meminimalkan konsumsi itu adalah ibadah. Menjaga kelestarian hayati adalah ibadah. Pada akhirnya bijaksana memanfaatkan sumber daya adalah ibadah. Mengedukasi orang-orang sekitar kita adalah ibadah. Dengan hakikat ilmu inilah, kita bisa menjadi harapan Tuhan sebagai pengawal kehidupan di muka bumi, sebagai khalifah.

Mumpung kita masih berada di bulan suci Ramadan, di mana setiap amal ibadah dilipat gandakan. Saya rasa ibadah sosial yang satu ini dimasukkan dalam bucket list ibadah kita. Mungkin dengan mengurangi konsumsi kita dapat membuat jejak jejak-jejak kebaikan di muka bumi sebagai ibadah utama di bulan Ramadan.

Salam Lestari!

Bagikan
Comments
  • Om jhody

    Kereenn

    April 30, 2022
Post a Comment