f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
dunia

Dunia Hanyalah Permainan untuk Menguji Keimanan

Ketika hidupmu terasa sangat susah dan serba sulit, di situlah hari-hari terasa menyebalkan seakan  tanpa gairah. Kita  sering mengeluh, putus asa, perasaan frustrasi seakan menyalahkan nasib yang telah terjadi. Hutang di mana-mana, pendapatan kecil, tidak memiliki fasilitas, belum berkeluarga, memiliki hidup yang belum mandiri karena masih tergantung pada orang lain, hidup pada lingkungan toxic, hidup sebatang kara, atau contoh hal lain yang terasa sangat sulit untuk dijalani.

Rahmania yang dirahmati Allah, Menjalani hidup memiliki arti yang bermakna. Sering kali telinga ini mendengar steorotype kata “kita harus menjalani hidup dengan sebaik-baiknya karena hidup hanya sekali.” Memang quote tersebut sangat tepat diungkapkan namun belum tentu mudah untuk dijalankan. Berbicara menjalani hidup sebaik-baiknya, terbayang dalam benak saya kepada Rahmania semua apakah sudah menjalani hidup dengan baik?

Tanyakan pada hati Rahmania.  Arti kata “sebaik-baiknya” seolah mengacu pada perbuatan baik yang berarti apa pun yang terjadi pada hidupmu entah derita atau bahagia kamu harus tetap berperilaku baik dan optimis sehingga bisa dikatakan kamu menjalani hidup dengan baik. Jujur saja sangat susah untuk menjalani hidup dengan baik. Mengapa? Akan ada banyak masalah atau ujian yang akan menunggumu ke depannya entah hari ini, esok atau lusa atau  hari-hari berikutnya karena sejatinya masalah tidak akan pernah berhenti namun yang harus dilakukan hanyalah melewati.

Rahmania, berbicara masalah atau musibah sesungguhnya mereka hanyalah ujian dan cobaan karena dunia beserta isinya hanyalah permainan. Permainan yang menguji kita apakah kita bisa menjadi lebih bertaqwa dan bersabar atau justru terjerumus dan mengufuri nikmat Tuhan.  Percayalah hidup ini memang sangat sulit dan menguji kesabaran karena akan ada berbagai masalah dan cobaan yang menghadang. Memang Allah Swt.sudah mengatur dunia ini. Lebih jauh, Allah azza wa jalla, sudah memperingatkan kita bahwa kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau.

Baca Juga  IKAN ASAP SAMBAL TERASI
Peringatan tentang Kenikmatan Dunia

Peringatan ini bukan hanya disebutkan sekali, melainkan sampai tiga kali di dalam al Quran. Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat ke 32, artinya :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.”. (Al-Ankabut : 64)

“Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu.”. (QS Muhammad : 36)

Tentunya peringatan di atas bukan hal kecil, karena disebutkan sampai tiga kali di pedoman hidup kita. Apakah kita masih (berani) melalaikan akhirat kita?

Sungguh…….Kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurauan…

Kesimpulannya, sesedih apa pun kamu, atau bahkan kamu merasa sangat menderita dan frustrasi, ingat apa pun yang terjadi hanyalah permainan untuk menguji tingkat keimanan. Jika Rahmania berpikir bahwa dunia adalah tempat untuk bahagia dan senang-senang selamat kamu berada pada pemikiran yang salah.

Kisah Abu Dujannah

Sahabat Rahmania, di sini saya akan sedikit bercerita tentang kisah  pedih Abu Dujanah yang membuat Rasulullah menangis. Semoga kisah ini mampu memberi inspirasi Rahmania agar tetap semangat menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.

Di dalam kitab I’anatuth-Thalibin Bab Luqatah karya Abu Bakar bin Muhammad Syatha Ad-Dimyati, diceritakan sebuah kisah sahabat yang membuat Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam meneteskan air mata. Adalah Abu Dujanah Radhiallahu’anhu sahabat Nabi dari kabilah Khazraj yang membuat Rasulullah menangis. Selain pemberani di dalam medan tempur, keluarga Abu Dujanah sangat menjaga diri dari hal-hal yang bersifat haram.

Baca Juga  Mendengar Rintihan Kartini Muda di Pelosok Desa

Suatu ketika, setelah usai melakukan salat subuh berjamaah yang diimami Rasulullah saw., Abu Dujanah selalu terburu-buru pulang tanpa mengikuti doa ba’da Shalat yang dipanjatkan Rasulullah Aaw. Rasulullah merasa sangat penasaran sehingga mencari tahu penyebab Abu Dujanah melakukan itu.
“Wahai engkau Abu Dujanah, kiranya apa yang membuatmu selalu terburu-buru meninggalkan masjid sebelum aku selesai berdoa, apakah engkau tidak mempunyai permintaan kepada ke hadirat Allah Swt.?” Tanya Rasulullah kepada Abu Dujanah

“Begini ya Rasul, ” sesaat kemudian Abu  Dujanah mengawali ceritanya kepada Rasulullah saw.

“Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang laki-laki. Di atas pekarangan rumahnya terdapat satu pohon kurma yang menjulang, dahannya  menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku itu  berjatuhan, mendarat di rumah kami.”

“Ya Rasul, kami keluarga orang yang tak berpunya. Anakku sering kelaparan. Saat anak-anak kami bangun, apa pun yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu, setelah selesai salat, kami bergegas segera pulang sebelum anak-anak kami terbangun dari tidurnya. Kami mengumpulkan  kurma-kurma milik tetangga kami yang berceceran di rumah, lalu kami kembalikan kepada pemiliknya sebelum anak-anak kami memakannya”

Abu Dujanah lantas menceritakan, pernah suatu ketika anaknya kedapatan memakan kurma yang jatuh dari pohon tetangganya itu. Maka, ia pun berupaya sekuat tenaga untuk mengeluarkan kurma yang terlanjur dimakan tadi dari mulut anaknya.

“Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak.” Anakku menangis, kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air mata karena sangat kelaparan.

Wahai Rasulullah, kami katakan kembali kepada anakku itu, “Hingga nyawamu lepas pun, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak.”

Baca Juga  Ramadhan Bagai Charger dan Refresher

Mendengar cerita tersebut, mata Rasulullah Saw. berkaca-kaca, butiran air mata mulianya berderai begitu deras. Rasulullah menangis haru karena mendengar kisah Abu Dujanah. Meski anak-anaknya sangat kelaparan dan keluarganya sangat kekurangan, nyatanya imannya tidak pernah pudar dan tidak pernah sekalipun memakan yang bukan haknya.

Ramania yang dimuliakan Allah Swt, mendengar kisah Abu Dujanah seolah menyadarkan hati betapa pentingnya mengembalikan sesuatu yang bukan hak kita entah itu berjumlah kecil ataupun besar. Betapa mulianya menjaga diri dari hal-hal yang bersifat haram. Bahkan Abu Dujanah lebih memilih kelaparan dan kekurangan dari pada mengambil sebutir kurma yang jatuh di pelatarannya. Tentunya hal ini membuktikan ujian kelaparan dan serba kekurangan yang dialami keluarga Abu Dujanah, tidak mengendurkan keimanan mereka kepada Tuhan.

Bahkan mereka tidak mengambil sebiji kurma pun yang berjatuhan dan lebih memilih menahan lapar dan kekurangan. Jujur saja, banyak pelajaran yang sangat berharga dari kisah Abu Dujanah. Sering kali diri ini mengeluh, murung, putus asa karena hal-hal yang bersifat duniawi. Akibatnya kita banyak melalaikan perintah-Nya. Semoga kisah Abu Dujanah bisa memberi inspirasi bagi Rahmania agar bisa menjalani hidup sebaik-baiknya sebagai manusia dan tetap mengingatkan kita bahwa dunia hanyalah permainan dan senda gurauan.















Bagikan
Comments
  • Zoan

    Sangat menginspirasi

    Agustus 29, 2022
Post a Comment