f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
filosofi kehidupan

Dari Tata Bahasa Indonesia hingga Mengulik Filosofi Kehidupan

Selalu ada yang baru dalam proses belajar-mengajar. Tidak hanya bagi siswa tapi juga saya sebagai guru Bahasa Indonesia untuk Johan, seorang expatriate asal Belanda. Pria 60 tahun ini baru sebulan tinggal di sini. Dengan alasan ingin menikmati hidup dan melakukan apa yang disukai, ia memutuskan tinggal di Indonesia, tepatnya di Depok, Jawa Barat.

Yang menarik dari proses belajar kali ini adalah Johan sempat berbagi pengalaman hidupnya saat kami belajar. Tentu saja hal ini sangat berharga bagi saya. Kelas kami tidak melulu membahas tata bahasa tapi juga filosofi kehidupan. Saya belajar banyak dari Johan yang jauh lebih matang dari segi usia dan asam garam kehidupan.

Bagi saya, mengajar adalah belajar. Terutama dari mereka yang sudah mengarungi bahtera kehidupan lebih lama dari saya, termasuk Johan. Kelas kami jauh dari kesan guru-murid melainkan lebih kepada dua orang sahabat yang saling berdiskusi tentang kehidupan ini.

Ada beberapa hal penting yang sayang sekali untuk dilewatkan. Selama kami belajar, saya mencatat kisahnya, semoga bermanfaat bagi kalian.

1. Jangan menggunakan uang yang belum ada di tanganmu.

Ini artinya, kamu jangan sampai berhutang untuk memaksa beli apa yang kamu mau. Lebih baik kamu menabung terlebih dulu lalu membeli barang yang kamu inginkan. Dalam hal ini, penting untuk membedakan antara butuh dan ingin.

2. Bersyukur.

Apapun yang terjadi, syukurilah. Terimalah. Dalam hidup ini, tidak selalu kamu mendapat apa yang kamu inginkan, bahkan sering juga terjadi hal yang tidak sesuai harapan. Terimalah. Beri tempat kejadian itu dalam hatimu lalu bergeraklah maju. Tutuplah buku lama sebelum kamu membaca buku baru. Kebanyakan kita sering membuka buku baru namun pikiran masih berada di buku lama.

Baca Juga  Kebohongan Pertama
3. Tetaplah sehat.

Jaga tubuh dan pikiranmu agar tetap bugar. Kamu tidak bisa menikmati hidup bila kamu sakit. Sehat itu sangat berharga.

4. Jangan stres.

Hindari strss. Kamu tidak bisa beraktifitas bahkan hal-hal indah menjadi tidak terlihat karena kamu hanya fokus terhadap masalahmu saja. Akibatnya, kamu stres.

5. Hidup adalah seperti balon besar.

Kamu hidup di dalamnya, dan kamu tidak sendirian, ada orang lain yang juga hidup bersamamu. Bila hal buruk terjadi, lakukan yang terbaik dan lanjutkan hidupmu.

6. It is okay not to be okay.

Tidak apa-apa kenapa-napa. Hidup tidak selalu mulus kayak jalan tol. Terima, lanjutkan hidupmu jangan lihat ke belakang. Motto pria berkacamata ini adalah belajarlah dari kemarin, bermimpilah untuk esok dan hiduplah di masa kini.

7. Hukum tabur tuai.

Apa yang kamu lakukan akan kembali kepadamu. Misal kamu berbuat baik maka kebaikan itu akan menghampiri dirimu juga. Hal ini penting dilakukan untuk membuat ruang dalam hatimu menjadi lebih baik sepanjang waktu.

8. Butuh waktu.

Diri, pikiran dan perasaan ini perlu waktu untuk healing. Pada setiap kejadian, pasti ada hal yang baik sebagai tambahan kebijaksanaan dalam diri. Lihatlah hikmahnya. Kemudian, yang lalu biarlah berlalu. Yakinlah bahwa bila satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka. Selalu ada jalan keluar dari setiap masalahmu.

9. Belajar.

Johan mengakui tidak mudah menerima setiap kejadian apalagi yang tidak baik. Belajar adalah kuncinya. Tiap orang memiliki daya serap yang beda-beda terhadap pendewasaan diri.

Kerap Berkelahi

Penyuka warna biru ini juga mengisahkan bahwa ayahnya seorang pendeta. Ayahnya amat disiplin. Kendati demikian, penyuka musik blues ini tidak serta merta menjadi anak yang manis.

Baca Juga  Perempuan PKL, Bertahan Hidup di Tengah Himpitan

Semasa sekolah, ia banyak melakukan hal-hal yang tidak disukai guru dan teman-temannya. Ia kerap berkelahi dengan kawan-kawannya. Tapi Johan yang saat itu menginjak remaja merasa malah bisa mengeluarkan uneg-uneg yang ada dalam batinnya.

Sebenarnya, ia merasa kurang diperhatikan karena ayahnya sibuk dengan geraja juga ibunya yang keburu lelah oleh urusan rumah tangga dan lagi, anak mereka cukup banyak.

Sempat Oleng

Johan enam bersaudara. Ia memiliki dua saudara perempuan dan tiga orang saudara laki-laki. Penyuka nasi goreng ini mengaku dia tidak pernah menangis dalam hidupnya kecuali saat istrinya meninggal. Saat itu, ia baru merasakan apa artinya sebuah kehilangan. Selama hidup, ia hanya fokus kerja dan menjaga keluarga, ranah perasaan boleh dibilang tidak digubris sama sekali.

Kepergian sang istri membuatnya seperti perahu yang oleng. Selama tiga tahun ia berusaha mencari pelarian dari kesedihannya. Hingga pada suatu hari, ia merasa ia harus bangkit dan melanjutkan hidup ini dengan legowo. Ia sadar ia tidak mungkin mengubah keadaan dan memilih menerimanya.

Kejadian demi kejadian dalam hidupnya merupakan bingkai hikmah tempat ia menyimpan sekeping kehidupannya hingga kini. Termasuk ajaran dari sang ayah yang ia ingat sampai sekarang : datanglah saat kamu diperlukan. Ajaran membantu orang lain ini masih terpatri pada dirinya bahwa berbuat baik itu merupakan hal indah yang perlu dilakukan yang pada akhirnya kebaikan itu akan kembali kepada dirinya.

Meski mengakui ayahnya sangat keras dalam mendidiknya, Johan menyadari bahwa ayah dan ibunya merupakan pemeluk Kristiani yang taat. Mereka menjadi role model baginya dalam hal membangun relasi yang kuat dengan Tuhan. Hal inilah yang menjadi acuan bagi dirinya dalam menjalani kehidupan setelah di masa lampau ia banyak mencoba hal-hal yang dilarang.

Baca Juga  Harapan Tak Akan Pupus untuk Penyintas Lupus (2)
Tidak Suka Diperintah

Johan juga sempat menceritakan kisah saat dirinya mengikuti wajib militer di usia 18 tahun. Siapapun tahu kalau dunia militer adalah dunia yang penuh dengan kedisiplinan. Hal ini tidak terlepas dengan urusan ketaatan. Tentu saja sebagai prajurit junior, Johan harus taat akan perintah atasan.

Namun yang terjadi adalah Johan kerap menentang perintah dan melakukan hal yang menurutnya benar. Tentu saja tindakan ini merupakan pelanggaran di dunia milter. Ketika saya tanya mengapa ia melakukan hal demikian? Pria yang memiliki hobi gardening ini menjawab bahwa ia tidak suka diperintah meski orang tersebut memiliki pangkat yang lebih tinggi darinya. Ia lebih suka menuruti apa kata hatinya. Akibatnya, saat periode wamil usai, Johan harus tinggal di kamp wamil lebih lama dari teman-teman seperjuangannya.

Pencarian jati diri Johan usai ketika ia mengalami hal yang sangat buruk dalam hidupnya. Ia sempat masuk penjara selama sebulan. Kejadian ini merupakan titik balik dalam hidupnya. Ia menyadari apa yang selama ini ia lakukan tidak benar. Ia mulai berbenah.

Kemudian, di usia 20 tahun, Johan menikah dan menjadi ayah setahun kemudian. Disinilah, ia mencurahkan seluruh hidupnya hanya untuk kerja dan keluarga.

Demikianlah kisah Johan, semoga menjadi ibrah bagi kita semua dan menyalakan kembali semangat cahaya kehidupan kita yang kadang-kadang mulai meredup digilas berbagai macam persoalan dan ujian.

Bagikan
Post a Comment