f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
back to home

Membangun Peradaban Pancasila Back To Home

Histori Pancasila selayaknya menjadi sejarah bermulanya tatanan peradaban bangsa Indonesia. Begitu dramatikal di bulan Juni, di mana awal bulan Juni, Bung Karno menuturkan apa itu dasar negara Pancasila, yang menjadi tolak ukur dari usaha-usaha anak bangsa membangun peradaban.

Kita mengenal dengan ungkapannya nature building. Bagaimanakah maksud dengan peradaban (Ingris: Civilizing, Belanda: Beschaving), menurut esklopedia adalah segala perkembangan manusia dalam penguasaan pengetahuan dan kecakapan yang mendorong untuk mencapai prilaku yang luhur.

Pancasila sebagai hasil penggalian dari peradaban dan kebudayaan bangsa Indonesia

Maka Pancasila semestinya hadir sebagai tolak ukur daya pikir, mental, dan perilaku anak bangsa yang lahir di Indonesia. Karena budaya asing cenderung membuka ruang asimilasi kultur budaya, sehingga kondisi bangsa Indonesia sudah mulai menunjukkan pergeseran nilai pada hampir setiap bidang kebudayaan dan prilaku bangsa Indonesia.

Seperti yang terlihat, dampaknya, Pancasila semakin jauh dari nilai luhur bangsa Indonesia yang telah di sepakati bersama pada 18 Agustus 1945 sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia; sebagaimana yang terdapat dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan bahwa: “…..dengan berdasarkan pada Ketuhanan yang maha esa, kemanusian yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Nilai-nilai yang terkandung pancasila tersebut mesti tertanam dalam mental dan prilaku anak bangsa Indonesia.

Untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi bangsa Indonesia, maka perlu back to home. Lemahnya ketahanan mental, prilaku, dan karakter, kadangkala mengikutsertakan cara berinteraksinya pada saat berada di rumah atau saat back to home.

Menurut Cronbach, karakter sebagai salah satu aspek dan kepribadian terbentuk oleh kebiasaan (habits) dan gagasan atau ide yang keduanya tidak dapat dipisahkan. Adapun tiga unsur yang terkait dengan pembentukan karakter, yaitu keyakinan (beliefs), perasaan (feelings), dan tindakan (actions). Unsur-unsur tersebut ada saling keterkaitan satu dengan yang lainnya.

Baca Juga  Bahaya Stunting Mengintai Anak para Pekerja Tambang dan Masyarakat Sekitar
Membangun kerakter Pancasila sama dengan membangun peradaban bangsa Indonesia

Cermin dasar dan isi Pancasila adalah kekayaan dari nilai budi luhur bangsa Indonesia. Sehingga rumah sebagai sekolah pertama dalam menciptakan karekter berkepancasilaan perlu digerakkan.

Karekter yang mesti mecerminkan lima sila yang akan membangun manusia Indonesia dan masyarakat Indonesia (nation dan caracter building), yang dahulu selalu dikumandangkan oleh  Bung Karno tapi tidak pernah dilaksanakan secara masif dan serius.

Ibaratnya sebuah pohon besar bangsa Indonesia, rumah adalah akarnya. Jika akarnya (idiologi pancasila) kuat menghujam bumi, pohon itu akan kokoh; meski badai mengguncang, pohon tersebut tidak akan bisa tumbang.

Rumah adalah gerbang awal di mana kita membangun peradaban bangsa, karena dari rumahlah pendidikan karakter dan mental anak bangsa dibentuk. Karena dari rumahlah atau back to home peradaban bangsa di mulai.

Dari rumahlah seorang manusia dikenalkan dengan adanya Tuhan, tenggang rasa dan saling menghormati. Saling mendukung, gotong royong, musyawarah mufakat, serta pentingnya sebuah kepemimpinan. Karena seirama ajaran Islam sendiri yang menggambarkan keutamaan rumah tangga sebagai madrasatul ula atau tempat pembelajaran pertama.

Pemanfaatan rumah sebagai sekolah pertama bagi penanaman karakter manusia Pancasila perlu terus di aktivasi; sehingga manusia Indonesia sebelum tampil di masyarakat bisa memahami dan mengerti etika bermasyarakat.

Sehingga kasus kriminalisasi, pergaulan bebas, hingga anak yang tega membunuh orang tuanya karena hanya persolan sepele saja bisa di hindarkan. Karena sikap dan prilaku negatif yang di tunjukkan oleh seseorang anak bangsa; dipastikan di sana ada kekosongan dari peran keluarga atau rumah sebagai unit pendidikan pertama.

Maka perlu kerjasama yang baik antara istitusi rumah sebagai sekolah pertama dan negara, sehingga dari rumahlah terbangun karakter pancasila yang kuat yang konsisten dalam pengamalannya.

Bagikan
Post tags:
Post a Comment