f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
kosan

Kosan Gratis Dibayar dengan Pekerjaan Rumah dan Tahu Diri

Awal semester masa di mana mahasiswa mulai kembali melanjutkan perkuliahan setelah beberapa semester melalui perkuliahan online. Mahasiswa dari luar kota mulai berdatangan dan sibuk mencari tempat tinggal.

Beberapa di antaranya memilih untuk tinggal bersama dengan saudaranya karena untuk menghemat sedikit uang sewa kos agar kehidupan keluarga di rumah terus berlanjut.

“Tinggal di sini aja, mbak. Nggak usah sewa kos. Biayanya mahal, mending ditabung untuk bayar uang semester kuliah atau kebutuhan lainnya.” Celetuk suami budeku.

Dengan pertimbangan yang cukup panjang dan waktu yang sangat lama, akhirnya Cristi memilih untuk tinggal bersama dengan keluarganya.

“Yasudah. Aku tinggal di sana saja, biar uang untuk bayar kosnya bisa ditabung untuk biaya adik sekolah atau untuk hal lain di rumah.”  Ucap gadis yang remaja akhir berusia 18 tahun itu.

Sebenarnya, kata-kata itu cukup sulit terucap dari mulutnya. Namun, ia tidak boleh egois karena ada kehidupan keluarga yang harus terus berlanjut. Cristi adalah gadis desa yang sangat mandiri, meskipun berasal dari desa ia memiliki beberapa pekerjaan paruh waktu.

Ayahnya bekerja serabutan dengan penghasilan yang tidak tentu berapa yang ia dapatkan dalam satu hari. Sedangkan ibunya adalah seorang guru TK swasta yang bayarannya sesuai dengan jumlah murid yang ada di sekolahnya, tentu saja tidak menentu pendapatan ibunya. Terkadang 1 bulan hanya mendapatkan gaji Rp. 250.000,- kadang juga mendapat Rp. 350.000,-

Rasa rindu terhadap orang tuanya kerap kali membuat ia menangis tersedu-sedu hingga merasa sesak napas karena menahan air mata yang jatuh bercucuran. Dua bulan pertama saat ia tinggal bersama dengan keluarganya, ia selalu menangis di kala sendiri di rumah, bahkan terkadang suhu tubuhnya mendadak naik entah karena apa sebabnya.

Tentunya tak banyak orang yang tahu akan kondisi yang ia alami selama di perantauan. Cristi menyimpan sendiri apa yang ia rasakah. Rasa rindu kepada orang tua, hewan piaraan, dan rumah di mana Cristi dibesarkan terkadang juga menjadi penyebab tangisnya.

Baca Juga  Ukuran Kesuksesan Seorang Muslim

“Kalau tinggal di rumah orang harus rajin, harus bantu-bantu, masak, nyapu, pel lantai, cuci piring, semua kerjaan harus dikerjain jangan sampai diam aja kalau lihat kerjaan.” Ucap neneknya saat sedang video call di suatu malam yang sangat sejuk hingga tiupan angina terasa menusuk tulangnya.

Cristi berusaha mengatur pernapasannya agar isak tangisnya tidak kembali pecah dan ia berusaha menjawab pertanyaan dari neneknya. Namun, karena rasa sakit hati mendalam yang telah Cristi alami, ia tak kuasa membendung air mata, hingga ia menangis tersedu-sedu seraya berkata, “Aku rajin aja masih jadi bahan omongan, gimana lagi kalau aku nggak rajin.”

Cristi sangat sensitif ketika banyak orang menanyakan kondisi tempat tinggalnya. Bahkan ia selalu menghindar dari kerumunan keluarga ketika ada acara besar. Cristi selalu menghindar agar tidak mendapatkan pertanyaan “gimana? Enak nggak tinggal di sana, gimana orangnya di sana?”

Mau menghindar sejauh apa pun, Cristi tetap saja mendapatkan pertanyaan itu.

“Kan enak tinggal di sini. Mau makan apa aja bisa, kamu capek pulang kuliah udah ada yang masak, uang orang tuamu nggak berkurang. Lihatlah ayahmu kalau kerja selalu pulang malam cuma untuk kamu dan biaya kamu kuliah. Bayangin aja kalau kamu kos, gimana ayahmu lebih susah lagi kerjanya, bakal nggak pulang ke rumah karena lebih susah cari uang biaya kuliahmu.” Ucap neneknya.

Cristi selalu berusaha menerima kenyataan dan memaafkan hal-hal yang terjadi. Ia berusaha memahami bahwa pikiran setiap orang tentu saja berbeda. Setiap orang juga pasti memiliki rasa penasaran dan tidak memikirkan orang yang ditanyai.

Banyak waktu yang Cristi habiskan untuk bekerja paruh waktu di suatu kantor, selain itu juga ia tetap memfokuskan diri pada kuliahnya. Ia juga terkadang merenung di depan laptopnya dan berpikir apa pekerjaan yang bisa ia lakukan agar bisa memiliki banyak uang untuk segera pindah dari rumah itu.

Baca Juga  Implementasi Nilai Universal dalam Agama

Gadis yang cukup pendiam meskipun di balik diamnya itu banyak karya dan bakat yang dia miliki. Banyak orang yang sulit untuk mendapatkan hatinya. Limey terkadang berpura-pura tidak mendengarkan pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya agar terhindar dari rasa sedih dan marah yang berkepanjangan.

Hingga pada suatu saat ibunya merasa sangat penasaran tentang hal apa yang terjadi pada anaknya di tanah perantuan hingga menyebabkan anaknya yang sangat mandiri itu menjadi anak yang sangat cengeng akan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap wajar oleh orang-orang yang bertanya dan orang di sekitarnya.

Bahkan ibunya juga heran, mengapa anaknya yang selalu membagikan makanan kepada orang di sekitarnya, saat ini malah menjadi anak yang sangat sayang pada makanan, dan merasa enggan untuk membagi makanan itu kepada orang lain.

“Yaampun.. makan lagi? Apa belum kenyang makan mie rebus itu tadi? Tanya pemilik rumah di tempat  Cristi tinggal.

Cristi hanya bisa menjawab dengan senyum simpul kemudian masuk ke kamar dengan nasi yang sudah dicampur kecap dan satu buah kerupuk yang juga dibawanya dalam mangkuk kecil. Ia kembali menangis mengingat perkataan sang pemilik rumah yang seolah mengisyaratkan, “Kamu tadi udah makan lo, memangnya belum kenyang? Coba lah makan sedikit aja, kamu tinggal di sini gratis. Tau diri lah masak makan banyak-banyak.”

Tangisnya kembali pecah saat ia menyantap nasi kecap dan juga kerupuk di kamarnya. Sejak saat itu, Cristi  hanya  berani makan satu kali satu hari dan selalu menahan rasa laparnya. Satu liter air mineral selalu ia sediakan di kamar untuk berjaga-jaga  agar ketika lapar masih ada air yang dapat membuatnya kenyang.

Bahkan, ketika ia merasa lapar namun pemilik rumah tidak menawarkan makan ia tidak akan makan karena rasa takut. Bangun pagi, pukul 03.30 WIB menjadi rutinitasnya selama di perantauan agar ia bisa tetap membantu untuk menyiapkan bekal dan sarapan kerja si pemilik rumah.

Baca Juga  Memaknai Tahun Baru 1443 Hijriah di Masa Pandemi

Rasa capek tak dihiraukannya lagi, karena ada pekerjaan rumah yang lebih berarti dari segalanya bagi orang yang menumpang tinggal di rumah orang lain. Berbagai hal diabaikannya hanya untuk memenuhi kewajiban tak tertulis dan tak tercantum dalam aturan yang ada.

Terkadang Cristi  juga memuaskan hasrat orang lain dengan mengiyakan segala pertanyaan yang ada. Kerap kali ia mengesampingkan perasaannya hanya karena tidak mau untuk memperpanjang segala pertanyaan yang semakin membuatnya merasa sakit hati.

Cristi selalu berusaha dan terus berusaha memenuhi ekspektasi si pemilik rumah di mana ia tinggal. Ia juga selalu berusaha agar segala kewajiban dalam kuliah dan pekerjaannya terpenuhi. Ia selalu memikirkan perasaan dan kehidupan orang yang ada di sekitarnya sampai lupa untuk membahagiakan diri sendiri.

Bagikan
Post a Comment