f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
self healing

Self Healing Tak Sekadar Traveling

Beberapa waktu belakangan ini, istilah “self healing” tak asing lagi di telinga kita khususnya di kalangan anak muda. Banyak orang menggunakan diksi tersebut untuk menafsirkan jalan-jalan, holiday, traveling, atau piknik untuk menghilangkan rasa penat. Hal tersebut tidak salah namun tidak sepenuhnya benar juga. Membahas mengenai self healing, apa sih sebenarnya self healing itu? Apakah self healing sama dengan traveling?

Kata self healing dalam bahasa Inggris berarti penyembuhan, pemulihan, atau pengobatan yang konteksnya adalah terhadap luka batin diri sendiri. Istilah ini sering digunakan dalam pembahasan kesehatan mental. Sering orang salah kaprah dengan pemaknaan self healing ini sebagai kata pengganti liburan, jalan-jalan, dsb. Padahal self healing bukan sekedar itu. Self healing adalah tentang bagaimana seseorang dapat menuntaskan permasalahan, pergolakan batin, dan dinamika perasaan yang ia alami; serta akan bermuara pada rasa kesadaran yang pada akhirnya membuat seseorang menerima atas apapun yang terjadi dan dapat menjalani kehidupannya dengan aman, tenteram dan damai.

Self healing menitikberatkan pada penguatan kekuatan pikiran atau mindset di mana seseorang dapat menyembuhkan luka hati dan bisa mengatasi suatu masalah. Sudahkah liburan yang kita anggap sebagai self healing ini membuat kita menjadi lebih tenteram dan damai dalam menjalani hidup?

Membahas terkait self healing, setiap orang memiliki metodenya masing-masing untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Tidak bisa disamakan dan dipukul rata. Ada yang mengatakan bahwa self healing-nya bisa dengan jalan-jalan, naik gunung, atau sekedar pergi motoran sendirian. Ada juga yang cukup dengan berdiam diri di kamar dan merenung bisa dikatakan self healing. Namun, akan berbeda metodenya dengan mereka yang mengalami stres, trauma, depresi, dsb. Rasanya self healing dengan segala metodenya belum cukup. Jadi, kita tidak bisa mendikte metode kita terhadap orang lain karena belum tentu cocok dan bisa bekerja dengan baik di orang lain. Dan kita juga tidak bisa menyalahkan atau mencaci metode yang orang lain lakukan.

Baca Juga  Kepedulian Terhadap Kesehatan Jiwa : Upaya Menuju Kewajaran Baru

Healing atau self healing belum bisa dikatakan berhasil jika orang yang melakukan itu tidak ada perubahan antara sebelum healing dan sesudah healing. Jadi, ketika seseorang pulang dari traveling dan dia masih sama dengan dirinya sebelum traveling (dari segi perasaan, pikiran, sikap), ya sama aja. Justru mungkin saja akan bertambah parah dengan segala tagihan dan pekerjaan yang menumpuk karena ia tinggal traveling. Maka dari itu, hal tersebutlah yang perlu diluruskan. Self healing tidak semata-mata diartikan sebagai traveling saja namun dampak apa yang akan terjadi atau dirasakan setelah metode itu dilakukan.

Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk self healing selain jalan-jalan.

Pertama adalah meditasi. Meditasi ini memiliki beberapa fungsi khususnya untuk kontrol diri dan emosi. Meditasi pun banyak macamnya, kita bisa memilih teknik meditasi yang menurut kita nyaman.

Kedua adalah terapi dzikir. Fungsi dari terapi dzikir ini hampir sama dengan meditasi yaitu ketenangan diri. Hanya saja untuk terapi zikir ini terfokus pada hubungan transendental hamba dengan Rabb-Nya. Dalam Al-Qur’an Surah Ar-Ra’d ayat 28 pun dijelaskan bahwa seseorang akan tentram dengan mengingat Allah. Sebenarnya tidak hanya dzikir saja, bisa dengan ibadah ritual yang lain. Dan tentunya masih banyak metode lain untuk self healing.

Adanya istilah populer yang digunakan dalam isu kesehatan mental ini menjadi pertanda bahwa semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya kesehatan mental. Kesadaran tentang kesehatan mental ini tentu disambut baik khususnya bagi ahli kesehatan jiwa (psikiater & psikolog) dan penggiat kesehatan mental. Merebaknya istilah mental health, healing, burnout, dan istilah psikologi lainnya menjadi indikasi bahwa banyak orang yang mulai melek dan sadar akan pentingnya kesehatan mental. Dalam definisi sehat menurut WHO saja, tidak hanya aspek sehat fisik saja namun ada aspek mental dan sosial juga.

Baca Juga  Pentingnya Kesehatan Mental bagi Setiap Orang

Bahwasannya aspek psikologis ini erat kaitannya dengan kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Akan tetapi, kesadaran akan kesehatan mental ini bagai pisau bermata dua. Di satu sisi masyarakat mulai sadar betapa pentingnya kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari yang pada akhirnya akan berdampak juga terhadap kehidupan sosial mereka. Tentang bagaimana menghargai karakter orang yang berbeda dengan kita; bagaimana menjaga diri kita sendiri agar tidak terbawa arus pergaulan yang ada; kemudian bagaimana kita tahan ketika dikritik, tidak mudah tersinggung, dll. Masyarakat menjadi paham, peka, dan toleransi dengan segala perbedaan yang ada dalam masyarakat yang pada akhirnya masyarakat bisa lebih inklusif. Namun disisi lain, dengan trending-nya isu kesehatan mental hari ini dapat diasumsikan bahwa semakin banyak orang yang ternyata rentan bersinggungan, terkena, atau sedang mengalami gangguan mental.

Boomingnya isu kesehatan ini akan menimbulkan beberapa fenomena. Di antaranya :

Pertama, fenomena ini akan menimbulkan golongan orang yang pada akhirnya benar-benar sadar bahwa kesehatan mental itu penting, tahu esensi dari kesehatan mental itu sendiri.

Kedua, fenomena ini akan melahirkan kultur baru bahwasannya segala sesuatu itu harus meninjau dari aspek psikologis seseorang. Contoh yang sudah diterapkan adalah psikotes, wawancara kerja, adanya ilmuwan psikologi yang mengisi formasi HRD atau bagian SDM, psikolog sudah mulai masuk ranah pelayanan kesehatan paling bawah yaitu Puskesmas, dsb.

Ketiga, seiring dengan berkembangnya zaman, ilmu, dan teknologi informasi, fenomena ini tanpa sadar akan melahirkan orang-orang yang bahayanya adalah melakukan self diagnose untuk dirinya sendiri karena dirasa sudah paling tahu tentang kesehatan mental dengan segala literatur yang tersedia. Tidak sepenuhnya salah karena terkadang kita perlu tahu sebagai antisipasi awal namun validitasnya masih diragukan. Diagnosa apapun harus dikeluarkan oleh mereka yang ahli, dalam konteks ini bisa dikatakan psikolog atau lembaga terkait.

Baca Juga  Pentingnya Hormon Rasa Senang

Akhir kata, perkembangan zaman tentu akan membawa banyak perubahan. Namun dalam perubahan ini tidak serta merta diterima mentah-mentah tanpa dipikir atau dicari tahu kebenarannya. Sebagai generasi muda, kita perlu paham esensi dari self healing itu sendiri. Tidak hanya berdasarkan asumsi dan ikut-ikutan trend yang sedang populer.

Bagikan
Post a Comment