f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
good looking

Ada Hal yang Lebih Penting dari Good Looking

Dewasa ini, penggunaan internet semakin hari semakin tak terkendalikan. Masyarakat (khususnya milenial) mulai terikat dalam jeratan riwehnya media sosial. Sebelum makan tidak afdhol rasanya bila belum dibagikan lewat cerita di instagram, kumpul bareng teman serasa belum sah bila belum bikin boomerang, bahkan belum lega rasanya bila ke mall belum selfie di depan kaca kamar mandi.

Bagi saya, hal tersebut tidak menjadi sebuah masalah yang serius jika tidak berlebihan saat melakukannya. Karena, berbagai media sosial yang muncul saat ini juga memunculkan sebuah profesi baru; content creator. Di samping itu, penggunaan media social yang berlebihan juga dapat memicu sebuah penyakit baru yaitu narsisme.

Narsisme adalah sebuah penyakit mental yang anehnya jarang disadari oleh penderitanya. Narsisme mengajak penderitanya untuk menjadi pusat perhatian. Sayangnya, yang banyak menjadi pusat perhatian di era ini adalah mereka yang berparas rupawan atau yang biasa dikenal dengan istilah good looking. Tidak heran rasanya jika banyak millenial yang saat ini berlomba-lomba mendapat predikat good looking, tanpa menyadari bahwa ada banyak hal yang lebih penting dari itu yaitu good skill, good habits, good attitude, dan masih banyak good-good lainnya.

***

Fenomena “keadilan sosial bagi rakyat good looking” yang ramai diperbincangkan kaum milenial nampak benar adanya. Penyandang outer beauty atau mereka yang berpenampilan menarik cenderung menjadi pusat perhatian, mendapat perlakuan istimewa, atau bahkan acap kali mendapatkan pemakluman atas kesalahan yang mereka perbuat. Hal ini menyebabkan beberapa orang yang merasa dirinya tidak good looking menjadi kecewa, insecure, dan rendah diri.

Tapi jangan khawatir, sebab hidup bukan hanya tentang tampang luar atau penampilan saja. Sebab, good looking ibarat ‘lotre’ yang kita sendiri tidak bisa memilihnya. Dan jika kita ingin merubahnya, itu merupakan sebuah hal yang sia-sia. Oleh karena itu, kita harus bijaksana dalam berusaha termasuk menentukan mana hal yang bisa kita ubah dan mana yang mesti dibiarkan saja. Seorang teolog-filosof bernama Reinhold Neibuhr pernah berdoa seperti ini; “Ya Tuhan, berikanlah kami ketabahan untuk menerima apa yang tidak bisa diubah, berikanlah kami keberanian untuk merubah apa yang harus diubah, dan berikanlah kami kebijaksanaan untuk membedakan salah satu dari keduanya”.

Baca Juga  Isolasi Mandiri dan Ihsan Kepada Sesama Manusia

Melihat doa Neibuhr tersebut mengingatkan kita bahwa hidup ini terdiri dari dua hal yaitu hal yang tidak bisa kita ubah dan hal yang bisa kita ubah karena masih dalam jangkauan kita. Dan good looking merupakan hal di luar kendali kita. Oleh karena itu, jangan sampai kita terjebak. Jangan sampai kita banyak membuang waktu, mengeluar biaya dan tenaga untuk hal-hal yang tidak ada efeknya buat kita.

Kita harus benar-benar menyadari bahwa ada hal yang jauh lebih penting untuk kita perhatikan dari pada good looking, yaitu good attitude. Anggapan kurang tepat di masyarakat perihal good looking harus kita luruskan dengan cara memfokuskan atensi kita untuk memperbaiki sikap atau akhlak dari pada penampilan luar saja.

**

Mengutip hadis Rasulullah saw, “Sessungguhnya, aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. Kita tahu bahwa tugas utama Rasulullah Saw dalam menyampaikan wahyu adalah untuk memperbaiki akhlak umatnya. Apalagi, saat itu Rasulullah diutus di tengah-tengah umat jahiliyah. Selain itu, hadis tersebut juga menunjukkan bahwa posisi akhlak lebih tinggi dari pengetahuan apalagi dengan penampilan. Tidak ada apa-apanya. Maka, penting bagi kita untuk senantiasa mempercantik akhlak kita jika ingin menjadi umat Muhammad Saw.

Glow up tentu saja bukan hanya soal wajah. Glow up hati juga merupakan upaya yang perlu dilakukan setiap millenial. Kebersihan hati dan jiwa akan terpancar pada kecantikan akhlak dan kebiasaan sehari-hari. Dan kecantikan akhlak inilah yang akan mendatangkan kedamaian dan maslahah dalam hidup.

Cara untuk glow up hati bisa dilakukan dengan mengaplikasikan konsep tazkiyatun nafs dalam kehidupan kita sehari-hari. Konsep tazkiyatun nafs yang dicetuskan oleh Imam Al-Ghazali termaktub dalam kitab Ihya’ ulumuddin ini bisa berarti sebuah usaha sadar untuk menciptakan perilaku lahir dan batin yang baik sehingga menjadikan manusia berbudi pekerti luhur. Pendeknya, konsep tazkiyatun nafs ini akan mengantarkan manusia pada kehidupan yang tenang dan damai.

Baca Juga  Mensyukuri Pakaian Seadanya itu Perlu
**

Menurut Imam Al-Ghazali, tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa memiliki tiga tahapan yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli. Saya ingin  menganalogikan ketiga tahapan tersebut dengan tahapan pemakaian skincare, karena bagi saya konsep dari keduanya hampir sama.

Takhalli, merupakan tahap awal dalam pembersihan hati. Ibarat pemakaian skincare pada wajah, takhalli ini adalah penggunaan milk cleanser dan facial soap yang berfungsi membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada wajah. Begitupun dengan hati, sebelum meriasnya dengan kebaikan-kebaikan, hati juga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Membersihkan hati dari akhlak tercela adalah hal yang paling fundamental. Dan salah satu penyebab dari banyaknya sifat tercela yang muncul dalam hati adalah kecintaan kita kepada dunia yang belebihan. Oleh sebab itu, sifat kecintaan yang berlebihan ini sedikit demi sedikit harus dihapuskan.

Tahalli, merupakan tahap keduanya. Ibarat menggunakan skincare pada wajah, tahalli ini adalah tahap penggunaan toner, moisturizer, sunscreen, dan lain-lain yang berfungsi untuk merias wajah agar tampak lebih glowing. Begitupun dengan hati yang telah dibersihkan dengan tahapan takhalli tadi. Setelah hati kosong dari sifat-sifat tercela, barulah diisi dengan sifat-sifat mahmudah.

Kita bisa mengisi hati dengan sifat-sifat mahmudah seperti senantiasa menghadirkan hati dalam setiap shalat, memberikan bantuan kepada siapapun yang membutuhkan bantuan, menahan amarah, dan memberikan maaf kepada siapapun yang menyakiti hati. Dengan perbuatan mahmudah inilah hati kita bisa menjadi tenang.

Tajalli, merupakan tahap ketiga setelah pengosongan dan pengisian. Tajalli merupakan munculnya eksistensi baru dalam pribadi sesorang, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Munculnya kebiasaan baru ini bukanlah hal yang ujug-ujug, melainkan lahir dari proses panjang yang bernama istiqomah.

Ibarat penggunaan skincare pada wajah, tajalli ini adalah fase glow up dari seseorang yang rutin menggunakan skincare secara teratur; disiplin mengatur pola makan dan tidurnya, serta rajin berolah raga.

Baca Juga  Belajar dari Kisah Nabi Nuh : Lebih Takut Corona atau Allah?
**

Konsistensi dalam melakukan kebaikan inilah yang mengantarkan pelakunya pada kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan, karena dari kebaikan tersebut ia mendapatkan ridha dari sang Khalik. Jadi, teruntuk kaum yang tidak masuk golongan good looking, tenang saja. Sebab ada hal yang jauh lebih istimewa dari good looking, yaitu good attitude.

Bagikan
Comments
  • Masya Allah 💕💕👍

    Juni 4, 2021
Post a Comment