f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
sedih

Kesedihan Ternyata Ada Gunanya

Saya pernah mengalami, bahkan terkadang hingga kini pun masih mengalami kesedihan dan kepahitan hidup. Terkadang saya menyalahkan diri sendiri, kenapa belum bisa lepas dari kesedihan, dan meraih kebahagiaan? Kenapa masih terus berbagi hidup dengan kesedihan? Kesedihan itu apakah ada gunanya?

Beberapa waktu lalu, seorang teman kuliah, perempuan, mengalami kesulitan hidup. Setelah menjalani pernikahan toksik selama beberapa tahun, ia memutuskan untuk bercerai dan pergi membawa serta ketiga orang anaknya. Jika masih ada yang bisa disyukuri, itu adalah proses sidang perceraiannya yang berjalan lancar, yang total hanya memakan waktu beberapa bulan saja.

Mengapa proses perceraiannya lancar? Karena si mantan suami sama sekali tidak mempersulit. Semua dokumen dan persyaratan yang diminta, ia sediakan tanpa banyak cing-cong. Kenapa si mantan suami tidak mempersulit? Karena ia sudah punya WIL alias Wanita Idaman Lain, dan ia sudah tidak sabar ingin menikahi wanita tersebut.

Satu hal lagi. Si mantan suami terang-terangan berkata kepada teman saya, “Aku tidak mau mengeluarkan uang sepeser pun untuk perceraian ini. I want to keep all my money for myself. Wicis, kalau kau ingin cerai, semua biaya harus kau bayar sendiri.

***

Teman saya, saking kepinginnya bebas dari pernikahan toksik itu, rela membayar sendiri semua biaya perceraian. Ia tidak bisa mengurus sendiri ke pengadilan karena setiap hari masih harus bekerja, supaya anak-anaknya bisa tetap makan. Karena itu, ia harus menyewa jasa pengacara dan lain sebagainya. Akhirnya, setelah menghabiskan beberapa puluh juta rupiah, surat cerai dan hak asuh ketiga anaknya ada dalam genggaman.

Resmi sudah. Lega, memang. Tapi tidak lama. Kontrakan rumah harus segera dibayar. Sedangkan uang yang tadinya ia siapkan untuk membayar kontrakan rumah, sebagian telah terpakai untuk membayar jasa pengacara.

Baca Juga  Si Jalak dan Si Kerbau

“Kurang berapa?” tanya saya via WhatsApp.

“Sekian juta rupiah,” jawabnya.

Untung kekurangannya tidak terlalu fantastis. Setelah saya hitung-hitung, jika ada 10 hingga 20 orang teman yang masing-masing bersedia merogoh kocek beberapa ratus ribu rupiah, kekurangan tersebut akan dapat ditambal.

***

Saya lantas bertanya kepada teman saya itu. Bolehkah saya melakukan penggalangan dana untuknya? Saya bukan bermaksud mengasihani dia. Penghasilan teman saya itu lumayan besar. Kalau diberi waktu satu-dua bulan lagi tentu ia sanggup membayar sendiri kontrakannya. Namun masalahnya, jatuh tempo untuk membayar kontrakan hanya tinggal seminggu lagi. Jadi situasinya agak mendesak. Maukah ia menerima bantuan?

Setelah ia menyatakan bersedia, barulah saya bergerak. Saya bersyukur, teman-teman kuliah saya memiliki empati yang besar. Semua yang saya hubungi, tanpa kecuali, bersedia memberikan bantuan. Jumlahnya bervariasi, tergantung kemampuan dan kerelaan masing-masing. Dalam waktu singkat, terkumpul sejumlah uang yang bahkan melampaui target semula. Hebatnya, para donatur ini tidak mau disebut namanya.

Setelah mentransfer dana yang terkumpul ke rekening teman saya, dan mengirimkan bukti transfernya via WhatsApp, saya hanya bilang, “Ini dari teman-teman kuliah. Mereka tidak mau disebutkan namanya. Tapi kamu tentu tahu, siapa-siapa saja yang mendukungmu selama ini.”

***

Teman saya merasa sangat tersentuh. Ia meminta saya mewakilinya mengucapkan terima kasih kepada semua donatur.

“Terima kasih banyak juga buat kamu yang telah menginisiasi penggalangan dana ini. Kalau boleh tahu, apakah kamu pernah mengalami kesulitan hidup atau kesedihan yang besar? Sebab biasanya hanya orang yang sudah pernah mengalami kepedihan, yang bisa peka dan bersimpati pada orang lain.”

Saya sempat tertegun. Untung kami hanya berkomunikasi via WhatsApp. Jadi tidak ada suasana canggung.

Baca Juga  Tetap Menjadi Ibu Bahagia di Era Layar

“Pernah mengalami kesedihan? Ya jelaslah. Waktu Keanu Reeves resmi pacaran sama Alexandra Grant, hatiku hancur berkeping-keping. Hingga kini pun masih berdarah-darah.”

Teman saya menanggapi dengan emotikon ketawa.

“Kamu memang baik. Teman-teman lain juga baik. Aku beruntung sekali. Terima kasih ya.”

Usai percakapan itu, saya jadi banyak berpikir. Ingatan melayang jauh ke puluhan tahun silam, saat suatu peristiwa nyaris mengisap habis seluruh kebahagiaan. Saat saya harus berusaha mati-matian, sekedar agar bisa menjalani hidup dengan normal. Dan segera pindah ke kota lain begitu ada kesempatan.

Peristiwa itu bukan yang satu-satunya. Masih banyak lagi yang lainnya.

***

Benarkah semua kesedihan yang pernah melanda itu menempa saya menjadi lebih peka? Peka hingga dapat mendeteksi jika ada orang yang sedang mengalami kesulitan.

Bisa jadi. Lebih jauh lagi saya berpikir, barangkali berbagi hidup dengan kesedihan itu memang ada gunanya. Pertama, supaya saya tahu pasti betapa tidak enaknya merasa sedih. Dengan demikian, jika ada orang yang mengalami kesedihan, saya lebih mudah berempati.

Kedua, supaya saya terdorong untuk membantu sebisanya jika ada teman yang mengalami kesusahan. Dalam kisah di atas, lantaran tidak bisa membantu seorang diri, saya juga meminta bantuan teman-teman lain.

Ketiga, kesedihan memotivasi saya untuk terus berjuang meraih kebahagiaan. Dan dalam perjalanan meraih kebahagiaan, saya menemukan bahwa kebahagiaan itu ternyata menular. Teman yang dibantu membayar kontrakan rumah tadi merasa bahagia dikelilingi teman-teman yang peduli. Ketika ia mengucapkan terima kasih, kebahagiaannya menular kepada saya. Saya segera mewakilinya menyampaikan terima kasih kepada para donatur, agar kebahagiaan itu menjalar ke mereka juga.

Kesedihan adalah tempat yang ideal untuk berternak kebahagiaan. Dari kesedihan, lahirlah kebahagiaan. Dari gelap terbitlah terang, bukan? Kesedihan ternyata ada gunanya.

Bagikan
Comments
  • Butet

    Benarkah semua kesedihan yang pernah melanda itu menempa saya menjadi lebih peka? Peka hingga dapat mendeteksi jika ada orang yang sedang mengalami kesulitan.

    Iya Kak, dan saya sudah merasakannya lwt perhatianmu dlm komen2 yang slalu manis.

    April 28, 2021
  • Tati

    Keren Mbak…👍

    April 28, 2021
  • Dwi arba'ati

    Semoga kesedihanku kaki ini bisa membuatku lebih peka juga. 🙂

    April 28, 2021
  • antikecoa

    luar biasa 👏 #salut 🙏

    April 29, 2021
Post a Comment