f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ibu

The Light in Your Eyes (2019): Ibu yang Bahagia dan Psikologis Anak

Menjadi sebuah statemen umum dalam dunia parenting bahwa seorang anak harus mendapat pengasuhan oleh seorang ibu yang bahagia. Bahagia dalam hal ini tentu saja bukan hanya persoalan materil, tetapi lebih kepada kesiapan mental, serta kestabilan psikis. Sayangnya, banyak episode dalam kehidupan yang tak jarang mengeliminasi kebahagiaan-kebahagiaan seorang ibu. Jika kondisi mentalnya belum siap, ini akan menjadi masalah, dan anak seringkali terkena imbasnya.

Meski bukan merupakan drama korea baru, yakni tayang pada tahun 2019 lalu, The light in Your Eyes baru-baru ini muncul kembali di explore sosial media karena cuplikan review melalui Tik tok. Saya yang melihat cuplikan drama ini, awalnya menyangka bergenre fantasi romantik. Setelah membaca beberapa komentar, ternyata drama ini cukup memilukan dengan plot twist yang menarik.

***

Drama ini menceritakan tokoh Kim Hye Ja dengan sebuah arloji tuanya, yang bisa memutar waktu. Kim Hye Ja kerap menggunakan arloji ini untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu, seperti kesalahan saat menjawab ulangan dan lain sebagainya. Sampai puncak permasalahan terjadi saat ia memutar waktu untuk menyelamatkan sang ayah dari kecelakaan maut. Tiba-tiba saja ia yang awalnya berusia 25 tahun, menjadi seorang wanita lanjut yang berusia 70 tahun.

Awalnya Kim Hye Ja tak bisa menerima kenyataan ia menjadi tua. Di dalam keluarganya, dia begitu canggung, terhadap ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya. Sang ayah berada di kondisi ekonomi yang buruk, dan tiba-tiba juga menjadi figure pemurung dengan kaki cacat. Lebih parahnya, Hye Ja tak bisa melanjutkan hubungan asmaranya dengan sang kekasih, Lee Joon Ha karena perubahan usianya.

Drama ini terdiri dari dua belas episode. Pada episode-episode akhir, kita akan dibuat banjir air mata. Terutama saat mengetahui kenyataan bahwa segala fantasi arloji dan mesin waktu sungguh tidak pernah terjadi. Ini bukan soal mesin waktu, tetapi sebuah hayalan seorang Kim Hye Ja yang menderita penyakit alzheimer. Sungguh di luar dugaan, bukan? Ekspketasi penonton, Hye Ja bisa memutar waktu, lalu kembali muda dan bersatu dengan kekasih sungguh tinggal harapan, karena mesin waktu memang tak pernah ada.

Baca Juga  Menjadi Perempuan itu Berat, Mari Saling Menghargai

Di sinilah letak sisi menarik dari The Light in Your Eyes. Tak hanya persoalan cinta, tetapi justru air mata terkuras karena cerita bertemakan keluarga yang mengandung banyak sekali pelajaran berharga. Kita tahu bahwa apa lagi di dunia ini yang memicu rasa haru biru jika bukan hal-hal yang berkenaan dengan hubungan orang tua dan anak?

Mental Ibu dan Psikologis Anak

Kenyataan yang terjadi dalam drama ini, lebih pilu dari pada sekedar sebuah mesin waktu yang telah membuat gadis 25 tahun menjadi seorang lansia. Fakta yang terungkap adalah bahwa dua orang yang selama ini diceritakan sebagai orang tua Kim Hye Ja dalam bayangannya; ternyata adalah putra Kim Hye Ja dan menantunya. Mengapa dalam bayangan seorang Kim Hye Ja tua putranya adalah ayah yang selalu dihormati dan begitu dikasihinya? Ini bukan tanpa alasan.

Pada scene PoV sang putra inilah saya menangis sejadi-jadinya hingga mata dan hidung saya membengkak. Karena akan menjawab semua dari awal episode alasan bayangan-bayangan Kim Hye Ja, tumpukan deret penyesalan dan rasa bersalahnya sebagai ibu, serta kedukaan mendalamnya sebagai seorang istri.

Kim Hye Ja menikah muda dengan Lee Joon Ha kekasihnya, dan memiliki seorang anak lelaki. Arloji tua tersebut adalah hadiah yang diberikan Kim Hye Ja kepada Lee Joon Ha pada hari saat Joon Ha melamar Kim Hye Ja. Nahas, Lee Joon Ha meninggal di usia muda dengan tak wajar, menyisakan kedukaan mandalam dan trauma pada Kim Hye Ja yang kini harus membesarkan sang putra seorang diri.

Sejak saat itu, Kim Hye Ja yang dirundung pilu mulai berubah. Pola pengasuhannya terhadap sang buah hati tak lagi hangat, melainkan tegas, cenderung keras. Ditambah saat sang buah hati mengalami cacat kaki akibat kecelakaan, tak sedikitpun rasa belas kasih ditunjukkan kepada sang putra ketika sang putra terjatuh. Tak ada dispensasi yang diberikan kepada sang putra, bahkan sang putra cenderung diabaikan.

Baca Juga  Komunikasi Hati Pasangan, Untuk Kebahagiaan Sejati

Hal ini memicu pelampiasan rasa tak wajar pada psikologis sang putra. Dia menjadi pemurung, tak percaya diri, dan melakukan kekerasan saat dia mengalami perundungan oleh teman-teman sepermainannya. Dia tak bersemangat bersekolah karena rasa malu atas cacatnya, serta tak ada rasa kebanggaan yang ia dapat dari sang ibu. Akhirnya di usia remaja, dia memilih menjadi petugas kebersihan hingga hari tua.

***

Sang putra menyadari, sikap dan perasaannya ini bercampur aduk. Ia tidak bisa mengejakan ataupun menyangkal, bahwa sikapnya tersebut karena sebuah dendam dan kebencian atas sikap abai sang ibu. Kabar baiknya, sang putra tak pernah menunjukkan sikap tak baik, ia tetap menyayangi sang ibu. Satu hal yang ia sadari dan kemudian ketahui, sang ibu telah melalui hari-hari panjang yang teramat berat. Hingga di masa tuanya, saat ia menyandang alzheimer, ia hanya ingat masa-masa muda yang indah bersama kekasih dan dua sahabatnya, karena ingatan indah itulah yang ingin ibunya hadirkan.

Pada akhirnya, ia juga tahu, di balik kerasnya sikap sang ibu, ibunya selalu peduli atas hal-hal kecil yang tak boleh menimpanya, seperti membersihkan salju di jalan agar putranya mudah berjalan dan tak terpeleset. Di akhir episode, keduanya berdiri pada ingatan masing-masing, sementara Kim Hye Ja tak lagi mengingat seorang lelaki yang berdiri di hadapannya adalah putra semata wayangnya.

Kita mempelajari banyak hal, bahwa menjadi seorang ibu adalah pekerjaan yang tak mudah. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi di hari yang akan datang. Seberapa keras badai kehidupan menerpa, memutuskan menikah dan mempunyai anak harus berbekal kematangan psikologis, tentu saja dengan dukungan lingkungan yang bermakna.

Baca Juga  Harga yang Sepadan
***

Ada hal-hal yang terimbas saat seorang ibu terpuruk, yakni pertumbuhan dan perkembangan sang anak. Di sini kita tidak membahas tentang materi dan kondisi ekonomi, meski kedua hal tersebut juga mempengaruhi biduk sebuah rumah tangga. Tetapi sesederhana sebuah kalimat mutiara bahwa anak membutuhkan ibu yang bahagia. Pantas saja darama ini diakhiri dengan sebuah quote yang begitu indah.

“Bahkan jika Anda sedang berjuang sekarang, semua orang hidup berhak menikmati semua hari, bahkan ketika hari itu adalah hari yang biasa, hidup masih layak untuk tetap dijalani. Jangan buang waktu untuk menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan. Jalani hari ini dengan indah, Anda layak mendapatkannya, untuk Anda yang saat ini menjadi seorang ibu, seorang saudara perempuan, seorang anak perempuan, dan untuk diri Anda sendiri (The Light in Your Eyes, ep.12).”

Bagikan
Post a Comment