f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
new media gender isntagram

Teori New Media sebagai Narasi Gender dalam Instagram

Sebuah alarm pengingat, budaya patriarki di Indonesia telah mengakar kuat masuk dalam ranah rumah tangga, tentu akan memunculkan ketimpangan bukan? Posisi suami lebih tinggi ketimbang istri. Suami bebas mengatur sementara istri harus patuh. Keadaan tersebut bukan tanpa alasan sebab ini bersifat klausalitas. Sejak kecil masyarakat di Indonesia telah diajarkan bagaimana berperilaku sesuai dengan jenis kelamin. Maksudnya seperti perempuan identik dengan sifat penyayang, lembut, senang melayani orang, sabar dan segala macam.

Masuk dalam budaya masayarakat Jawa, sebagaimana pernyataan Sullivan dalam penelitian Alimatul Qibtiyah dengan judul Feminisme Muslim di Indonesia, bahwa perempuan hanya memiliki kekuatan informal yang terkait erat pada penempatan perempuan di ranah domestik, seperti kasur, sumur, dan dapur. Sehingga sejak kecil pun anak perempuan selalu didandani dan diberikan mainan, serta diingatkan ketika perilakunya dianggap tak sesuai sebagaimana posisi perempuan pada umumnya.

Namun hal itu juga berlaku terhadap anak laki-laki yang sejak dini harus kuat dalam artian tidak menangis walaupun dalam kondisi kesedihan mendalam. Apabila laki-laki yang mudah menangis justri dapat cap sebagai anak yang cengeng, bahkan banci dan menyerupai perempuan.

Konstruksi gender yang telah tejadi kemudian turun-menurun ini, tentu menciptakan perbedaan peran sosal antara laki-laki dan perempuan. Dalam hal ini perempuan selalu menempati posisi second burden. Sebagaimana pepatah Jawa yang disebutkan oleh Siti Solihati, 1986 bahwa perempuan adalah kanca wingking yang berarti pendamping yang berada di belakang.

Istilah belakang ini merujuk pada dapur yang biasanya berada di belakang dan tidak terlihat serta beban pekerjaan domestik untuk perempuan. Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan juga meluas pada pembagian peran dalam keluarga, baik sebagai orang tua maupun sebagai suami istri.

Baca Juga  Romantisme Literasi : Lebih Memilih Buku Cetak atau Digital

Dalam masyarakat patriarki seperti itu, seringkali mengarah pada munculnya hubungan semu-suami-istri. Dominasi suami berasal dari anggapan bahwa suami adalah satu-satunya dalam keluarga yang dapat menghasilkan uang. Sehingga istri menjadi tanggungan secara ekonomis. Padahal sekarang sudah banyak perempuan yang bisa bekerja dan mendapatkan uang sebanyak laki-laki. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ada 48,75 juta perempuan bekerja pada 2019. Dibandingkan dengan laki-laki, perempuan ini merupakan 58,04% dari angkatan kerja di sektor jasa. Tapi fakta ini tidak segera tempatkan istri sejajar dengan suami.

Letak Kesetaraan Gender

Seperti yang terjadi pada beberapa rumah tangga public figure, dalam hal ini selebriti di Indonesia. Kasus-kasus tersebut mempertegas bahwa perempuan karie\r yang memiliki power dalam rumah tangga pun masih terkalahkan oleh pola pikir sebagian besar masyarakat termasuk pasangan mereka yang masih patriarkis. Keberadaan perempuan karir bahkan justru memunculkan beban ganda pada perempuan. Yakni sebagai sosok pencari uang yang juga harus bertanggungjawab penuh atas pekerjaan domestik rumah tangga. Selain itu seorang ayah biasanya juga memiliki kuasa berlebih terhadap anak perempuan, misalnya dalam hal perjodohan.

Sementara itu persoalan mendidik anak pun menjadi tugas dan kewajiban seorang ibu alih-alih tugas bersama antara suami dan istri. Saat terjadi hal buruk pada anak, tak jarang hanya ibu yang mendapat diskriminasi dan menjadi pihak yang dipersalahkan. Relasi kuasa ini juga terjadi pada hubungan suami kepada istri di mana suami berada di posisi lebih kuat sebagai pemimpin yang mengatur dan mendidik.

Perempuan bergantung pada perlindungan laki-laki karena secara fisik laki-laki lebih mampu sehingga menjadi partner yang mendominasi hubungan. Hal ini kemudian disalahgunakan ketika terjadi kekerasan terhadap perempuan. Masyarakat pada umumnya akan mentolerir kekerasan terhadap istri dan menganggapnya biasa saja.

Baca Juga  Esensi Body Positivity terhadap Self Love

Kesadaran akan keadilan gender ini sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat agar tidak terjadi ketimpangan dan perbedaan peran antara perempuan dan laki-laki. Dalam mewujudkannya perlu kerjasama, dukungan, dan kontribusi aktif dari masyarakat karena prinsip keadilan gender dalam keluarga sudah menjadi kebutuhan setiap rumah tangga. Maka dari itu pendidikan keluarga berwawasan gender bisa menjadi cara untuk meminimalisir ketidaksetaraan gender. Salah satunya yakni melakukan edukasi melalui media sosial. Karena penggambaran media terhadap perempuan akan mempengaruhi opini publik sebagaimana fungsi media dalam masyarakat.

Peran New Media dalam Gender

Media dalam bahasa Latin berarti perantara atau pengantar. Flew mengatakan bahwa new media atau media baru adalah bentuk penggabungan antara komputasi, teknologi informasi, jaringan komunikasi media digital dan konten informasi. Denis McQuail mengklasifikasikan media baru ke dalam empat jenis fungsi. Yaitu sebagai media komunikasi interpersonal, media pencari informasi, media permainan interaktif, dan media partisipasi sosial. Media baru dianggap memiliki kebaruan yang berbeda dengan media konvensional. Di mana kebaruan tersebut disingkat menjadi 4C (computing and information technology, communication networks, digitalised media and information, and convergence).

Media baru terdiri ini atas tiga jenis media utama, yakni internet, games, dan handphone. Media baru dalam bentuk internet muncul sebagai bentuk interaksi antara manusia dan yang saat ini penggunaannya begitu masif yakni media sosial Twitter, Facebook, Instagram, TikTok, dan sebagainya. Dan media sosial merupakan salah satu bentuk media baru yang memiliki pengertian sebagai media berbasis internet yang mendukung hubungan antar individu sehingga terjadi dialog.

Salah satu media sosial yang memiliki banyak pengguna adalah Instagram, yakni sebuah aplikasi untuk berbagai foto dan berjejaring sosial. Tidak hanya untuk berbagi foto dan berjajaring sosial. Ada banyak manfaat dari Instagram yang bisa seseorang peroleh di antaranya adalah untuk kepedulian, berjualan, dan sebagai media edukasi.

Baca Juga  Meneropong Islam Berkemajuan di Muhammadiyah

Instagram menjadi salah satu pilihan keluarga dalam mencari pengetahuan baru di era serba digital ini. Oleh karena itu Instagram berupaya memberikan edukasi parenting dan relationship berwawasan gender melalui konten-kontennya seperti ilustrasi gambar maupun video. Berdasarkan konten-konten unggahan yang berkaitan dengan edukasi keluarga berwawasan gender, terdapat 5 kategori yang muncul yakni: (1) kesetaraan peran suami dan istri, (2) kerjasama antara suami dan istri, (3) peran serta suami dalam ranah domestik dan pengasuhan, (4) memposisikan pasangan sebagai partner tanpa ada hierarki, dan (5) dukungan istri terhadap peran suami dalam rumah tangga.

Unggahan yang menunjukkan peran serta suami dalam ranah domestik dan pengasuhan. Kategori ini termasuk ke dalam konsep saling memahami dan mendukung peran, fungsi, dan kedudukan suami istri di dalam rumah tangga. Saling memahami dan mendukung peran dalam hal ini bisa berarti suami dan istri berbagi peran tradisional domestik secara fleksibel.

Dengan begitu maka tak ada ketimpangan dan beban ganda pada salah satu pihak. Karena adanya pengertian dan pemahaman tanpa membedakan gender. Bisa juga dilakukan dalam pengaturan peran yang berlandaskan kesamaan visi, adanya komitmen, saling rela, dan fleksibel sehingga dapat berubah sesuai kondisi. Komunikasi dan kerjasama antara suami dan istri merupakan hal penting yang harus menjadi perhatian untuk menerapkan konsep ini dalam rumah tangga.

Bagikan
Post a Comment