f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ibu rumah tangga

Peran Ibu Rumah Tangga sebagai Pahlawan Lingkungan (1)

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengasuhan dan kemudahan akses akan hal tersebut membuat para perempuan selepas menikah lebih memilih untuk menjadi ibu rumah tangga (IRT). Tak hanya itu, maraknya kasus kekerasan yang dilakukan oleh asisten rumah tangga atau pengasuh anak pun turut menjadi penyebab para perempuan melirik profesi itu.

Di sisi lain, peran ibu rumah tangga tak lantas menjadikan perempuan lebih bebas dari pekerjaan. Sebaliknya justru peran ibu rumah tangga memiliki pekerjaan yang lebih kompleks dan sering dituntut bisa dalam berbagai bidang.

Keseharian ibu rumah tangga kadangkala tidak jauh dari urusan rumah. Seperti pengasuhan anak, kemudian urusan rumah sendiri yang juga penuh dengan segudang PR. Memasak, membersihkan ruangan, mencuci barang dan perabotan rumah, dan segala macam kegiatan lainnya seringkali menjadi rutinitas kesehariannya.

Maka tak dapat dipungkiri, banyak orang menyampaikan bahwa menjadi IRT membuat dirinya tak sempat meng-upgrade kemampuan dirinya apalagi memberikan sebuah apresiasi. Yang ada, sebagian di antara para ibu rumah tangga hampir 24 jam di rumah tanpa bertemu dan bersosialisasi dengan orang-orang baru.

Di lain sisi, rumah merupakan salah satu penyumbang sampah yang paling tinggi. Merujuk data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, aktivitas rumah tangga menyumbang 37,3 % dari total sampah yang dihasilkan di Indonesia di tahun 2020. Disusul jumlah sampah dari pasar tradisional sebesar 16,4 %.

Berdasarkan jenis sampahnya, 39,8 % merupakan sampah sisa makanan kemudian disusul 17% dari sampah plastik. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan rumah tangga merupakan penyumbang sampah terbesar dengan sampah sisa makanan serta sampah plastik sebagai jenis terbesarnya.

Melihat dampak dari kedua sampah tersebut, sampah sisa makanan memiliki bahaya yang cukup serius. Akibat lindi yang dihasilkannya, sampah organik dapat mencemari tanah bahkan air di lingkungan sekitar sampah tersebut.

Baca Juga  Menghentikan Perjalanan

Sedangkan sampah plastik, tak hanya telah mencemari banyak tempat. Selain banyak berkontribusi dalam pencemaran laut, spah plastik ketika dikelola dengan salah seperti pembakaran dapat menyebabkan banyak penyakit serius.

Kembali pada peran ibu rumah tangga, maka aktivitas mereka merupakan aktivitas penghasil sampah terbesar di Indonesia hari ini. Selain itu, limbah sisa makanan dan plastik yang menjadi jenis sampah dengan persentase paling tinggi juga tak jauh dari aktivitas seorang ibu rumah tangga.

Maka berperan sebagai ibu rumah tangga hari ini tak sekadar perannya mengasuh anak dan memanage rumah, namun lebih dari itu bagaimana ibu rumah tangga mampu berperan dalam perbaikan lingkungan di sekitarnya. Ibu rumah tangga merupakan salah satu kunci gerbang menuju bumi yang lebih baik lagi.

Upgrade Skill

Di era digital seperti saat ini, bukan perkara sulit mengakses berbagai situs terkait self improvement. Media digital yang ada dalam genggaman kita menjadi perantara hangat untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Seperti halnya belajar perkembangan dan ilmu dalam mengasuh anak, kemampuan lain bagi para ibu rumah tangga juga bisa dipelajari melalui media digital. Tanpa terkecuali terkait pengelolaan sampah dan limbah yang dihasilkan dari kegiatan dan aktivitas rumah tangga.

Terlebih, sesuai UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 12 ayat 1  setiap orang di rumah tangga diwajibkan melakukan upaya mengurangi dan menangani sampahnya dengan cara yang berwawasan lingkungan. Melihat aturan ini, ibu rumah tangga adalah garda terdepan dalam pelaksanaannya.

Merujuk peraturan tersebut, maka menjadi kewajiban pula sebenarnya seorang ibu memiliki skill dalam mengolah sampah. Bahkan kewajiban pula bagi seluruh kepala di dalam rumah. Maka sebagai pembuka, ibu rumah tangga perlu mengembangkan potensinya.

Baca Juga  57 Tahun IMM : Immawati sebagai Ujung Tombak Peradaban

Selain untuk meningkatkan kemampuan pribadi, upgrade skill ibu rumah tangga akan permasalahan sampah perlu dikolaborasikan dengan kemampuan pengasuhan mereka. Dengan demikian, ibu dapat menularkan jiwa peduli singkungannya pada sang buah hati.

Pemilahan Sampah

Pemilahan sampah yang banyak diterapkan dalam lingkup rumah tangga di antaranya adalah sampah kering dan sampah basah. Sampah kering identik dengan plastik, kertas, logam dan sejenisnya. Sedangkan sampah basah berisi sisa makanan dan sisa kegiatan kebun.

Pemilahan sampah merupakan partisipasi paling sederhana yang dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga. Selain itu, dengan adanya pemilahan sampah pun akan mempermudah pengolahan yang dilakukan.

Mengelola Sampah Sisa Makanan dan Kebun

Sebagai jenis sampah dengan persentase paling besar, sampah makanan menjadi poin yang cukup penting untuk direduksi. Dalam perannya sebagai ibu rumah tangga, reduksi dapat dilakukan dengan memasak secukupnya dan memastikan tiap makanan dapat dihabiskan.

Namun dalam praktiknya, sampah sisa makanan tak mudah dihilangkan. Seberapa pun jumlahnya, setidaknya ada upaya kita dalam mengurangi. Namun yang nantinya menjadi lebih penting adalah bagaimana upaya kita dalam mengelola sampah itu sendiri. Ibu rumah tangga tak boleh abai akan potensi dampak yang ditimbulkannya.

Upaya pengelolaan sampah sisa makanan dan kebun yang umum dilakukan dalam sekala rumah tangga adalah dengan pengomposan sampah. Metode pengomposan yang paling tepat diterapkan di rumah adalah metode Takakura.

Takakura tepat diaplikasikan karena tidak memakan lahan yang luas, portable, proses dekomposisi yang cepat, dan tidak berbau. Di Indonesia, metode pengomposan Takakura telah banyak disosialisasikan dan diterapkan di Kota Surabaya.

Dengan kemudahan dan praktisnya metode ini untuk diterapkan di rumah, ibu rumah tangga dapat mengadopsi dan mempraktikkannya. Tak sebatas itu, sebagai ibu rumah tangga juga perlu mengedukasi anaknya di rumah untuk turut belajar dan mempraktikkan metode ini.

Baca Juga  Ketika Kartini-Kartini Lansia Terabaikan

Selain pengomposan sampah, metode yang mulai banyak dikembangkan oleh masyarakat adalah larva lalat BSF (Black Soldier Fly) atau yang kerap disebut magot. Metode ini merupakan upaya biokonversi sampah dengan menggunakan serangga.

Metode ini dapat dimanfaatkan untuk mengonversi materi organik sehingga memiliki potensi ekonomi. BSF dinilai aman bagi kesehatan karena lalat ini bukan termasuk binatang perantara atau vektor penyakit.

Dengan metode ini, yang dapat dimanfaatkan diantaranya telur BSF, larva BSF, serta kasgot (bekas magot) dan cairan magot yang dapat dimanfaatkan sebagai media tanam dan pupuk.

Bagi ibu rumah tangga yang turut mengaplikasikan sistem tanam sayur di rumah atau bahkan beternak sendiri di rumah, hasil dari konversi sampah dengan BSF ini dapat dimanfaatkan sendiri untuk kebun di rumah. Bila tidak, hasilnya pun dapat dijual dan memiliki nilai ekonomi.

Sebagai ibu rumah tangga, metode ini memang cukup rumit dibandingkan pengomposan. Namun kegiatan dengan BSF ini dapat menjadi kegiatan yang cukup menarik untuk diajarkan dan diterapkan bersama anak di rumah.

Referensi

Efek Negatif Sampah Plastik. (2022, Oktober 15). Diambil kembali dari DLHK Provinsi Banten: https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/2019/EFEK_NEGATIF_SAMPAH_PLASTIK.pdf

Kusnadi, I. H. (2018). Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Cigadung Kabupaten Subang. JIA Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) UNSUB, 51-70.

Sampah di Indonesia Paling Banyak Berasal dari Rumah Tangga. (2022, Oktober 10). Diambil kembali dari Liputan 6: https://www.liputan6.com/health/read/831503/sampah-di-indonesia-paling-banyak-berasal-dari-rumah-tangga

Bagikan
Comments
  • Muhammad Zuhdi

    Masya Allah

    Oktober 25, 2022
Post a Comment