f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pendidikan

Pendidikan Kesetaraan Gender pada Anak dalam Keluarga

Pelajaran dan pendidikan anak semasa kecil dari dalam keluarga akan sangat berdampak dan berpengaruh. Tidak hanya untuk masa depannya, tetapi juga masa depan kehidupan sosial masyarakatnya. Sehingga sangat penting untuk menanamkan dan memberikan tauladan serta contoh yang baik dan benar kepada anak-anak.

Keluarga atau khususnya orang tua adalah tempat pertama dan utama bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Menurut Wahyudi (2005), ketika dalam keluarga, orang tualah yang berperan sebagai guru untuk anaknya. Anak menyerap banyak hal dengan melihat, mengamati dan mendengar apa yang orang tua lakukan. Mereka belajar dari orang tua dengan cara meniru. Anak merupakan peniru yang ulung. Apa yang dikerjakan atau dilakukan orang tua juga tak luput dari pengamatan si anak. Anak akan mengamati lalu meniru yang dilakukan orang tua.

Orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang baik dan tidak meniru hal-hal yang kurang pantas dari sifat orang tua. Dalam  proses ini, orang tua dan anak juga sama-sama belajar, belajar menjadi yang lebih baik. Orang tua belajar untuk berperilaku baik sehingga nantinya anak dapat melihat dan meniru. Pembelajaran mengenai kesetaraan gender menjadi perhatian tanggung jawab orang tua ketika di rumah.

***

Orang tua memiliki peran yang besar dalam memberikan pendidikan kepada anak-anak. Hal ini karena tanggung jawab dalam mendidik anak-anak bukan hanya berada di tangan ibu atau ayah. Melainkan menjadi tanggung jawab dari ayah dan ibu secara bersama-sama. Namun, ketika salah satu pihak tidak memungkinkan, maka salah satu pihak hendaknya bersedia merangkap kehadiran dari pihak lain.

Melalui pendidikan dalam keluarga anak mulai mengenal berbagai macam gejala. Baik yang didengar, dilihat, maupun yang dirasakan. Melalui pendidikan keluarga pula watak, akhlak, budi pekerti, kemampuan kognitif, sikap, dan berbagai aspek lain mulai terbentuk. Oleh karena itu pendidikan keluarga merupakan landasan bagi pendidikan anak selanjutnya, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Baca Juga  Metode Hukuman bagi Anak Menurut Islam

Semua anak harus mendapat perlakuan secara setara dan adil sesuai dengan haknya masing-masing, baik antara anak laki-laki maupun perempuan, serta relasi anak dengan orangtuanya. Maka dari itu, perlunya untuk mengajarkan nilai-nilai kesetaraan gender sejak usia dini (kurang dari 6 tahun) melalui pengasuhan dan pendidikan di dalam keluarga. Karena pada saat itu merupakan masa usia emas anak. Pengasuhan yang menerapkan kesetaraan akan mampu membangun ketahanan keluarga yang menghindarkan anak dari diskriminasi dan kekerasan.\

***

Christia Spears Brown, Ph.D, profesor developmental psychology di University of Kentucky mengatakan bahwa sering kali orang tua tidak menyadari bahwa mereka sendirilah yang mengajarkan anak untuk membedakan gender berdasarkan dari pemilihan atribut warna, jenis permainan, profesi dan lain-lain. Orang tua bahkan sering melabelkan gender dengan sifat atau kemampuan tertentu.

Misalnya saja, merah muda untuk perempuan, biru untuk laki-laki, boneka untuk perempuan, mobil-mobilan untuk laki-laki. Dan seringkali juga muncul kalimat, “anak laki-laki harus kuat,” “jangan nangis”, atau “anak perempuan harus lembut.”

Beberapa informasi yang diperoleh dari Believe.earth, ada beberapa langkah pengasuhan dan tindakan yang bisa diterapkan orang tua untuk mengajarkan anak tentang pentingnya menerapkan keseteraan gender yang berawal dari keluarga.

***

Sebelum semuanya terlambat, akan lebih baik jika dalam lingkup keluarga segera memperbaiki pola asuhnya dan mengajarkan prinsip-prinsip kesetaraan gender pada anak sejak dini.

Membiarkan anak bermain sesuai dengan keinginannya

Semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki hak untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri mereka. Membatasi dengan jenis mainan tertentu pada anak dapat menghambat perkembangan anak. Karena keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama mengajarkan seorang anak laki-laki untuk menganut sifat maskulin, dan seorang anak perempuan menganut sifat feminim. Contohnya, berikan anak kebebasan untuk memilih warna pakaiannya, tas, cat dinding kamarnya, serta mainannya. Semua anak berhak memilih warna apapun. Karena pemilihan warna itu tidak menentukan jenis kelamin.

Baca Juga  Berpendidikan di Negara yang Krisis Pendidikan
Memberi contoh dalam bertindak dan bertingkah laku

Dalam hal pengasuhan anak di lingkup keluarga, baik anak laki-laki maupun anak perempuan mendapat pengajaran tentang pembiasan-pembiasan yang baik sesuai dengan ajaran agama. Demikian juga dalam hal mendapatkan pendidikan formal, baik anak laki-laki maupun anak perempuan mendapatkan kesempatan yang sama, sehingga dalam hal pola asuh dalam pendidikan terdapat kesetaraan gender.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak adanya diskriminasi gender dalam memperoleh pendidikan.  Anak-anak akan cepat menyerap dan menirukan dari apa yang mereka lihat dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Maka, jadilah tauladan dan contoh untuk anak dan tunjukkan bahwa sebagai orang tua tidak membedakan antara anak laki-laki maupun perempuan.

Berikan pemahaman tentang kesetaraan gender serta menghormati adanya perbedaan

Pengetahuan dan pemahaman anak terhadap identitas kesetaraan gender yang menyangkut perilaku serta peran sesuai jenis kelaminnya ini penting. Mengingat identitas adalah hak bagi setiap anak yang perlu terpenuhi. Memperkenalkan kesetaraan gender kepada anak tidak hanya menumbuhkan kepercayaan diri, melainkan juga akan membangun pola pikir anak untuk tidak membedakan laki-laki dan perempuan. Semua peran sama dan semua anak mendapatkan hak yang sama untuk memerankan sesiai denga napa yang dia inginkan.

Mengenalkan gender pada anak memang penting, karena pada masa golden age kecerdasan mengalami peningkatan sampai 50 persen. Pembentukan konsep diri pada anak akan berpengaruh pada pembentukan kepribadian dan perilaku anak ketika ia dewasa. Pengenalan perbedaan peran gender harus dilakukan secara tepat, sebab akan tersimpan dalam memori jangka panjang anak.

Bagikan
Post a Comment