f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
standar ketakwaan

Pendidikan Karakter untuk Pembangunan Bangsa

Indonesia adalah bangsa yang besar; selain terkenal kekayaan yang sangat melimpah bangsa ini juga mempunyai kebudayaan yang beragam. Cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945; di antaranya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanaan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Indonesia akan merayakan hari Kemerdekaan yang ke-75 pada tanggal 17 Agustus 2020. Melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini; sangat jelas bagaimana gambaran kenyataan keadaan negara Indonesia yang semakin terpuruk, tidak hanya mengalami keterpurukan dalam hal ekonomi tetapi juga dengan kemerosotan akhlak para generasi muda.

Pesatnya perkembangan teknologi, dan semakin besarnya dampak globalisasi terkadang membuat orang-orang atau masyarakat semakin melupakan hakekat kebhinekaan. Terbukti dengan semakin merajalelanya sikap maupun sifat intoleransi, hilangnya rasa kekeluargaan, dan semakin besarnya ambisi setiap orang untuk maju secara individu untuk bersaing mengikuti tren zaman tanpa kolektifitas. Tetapi berbeda ketika pandemi Covid-19 sudah mulai masuk ke Indonesia; rasa kekeluargaan dan tolong menolong untuk membantu sesama bisa dibilang naik drastis.

Pendidikan Karakter dalam Islam

Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan. Itu semua terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, budaya dan adat istiadat.

Dalam bahasa Arab karakter disebut dengan istilah akhlak, yang oleh Ibnu Maskawaih diartikan sebagai: hal linnafs da’iyah laha ila af’aliha min ghair fikrin wa laa ruwiyatin. Artinya sifat atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya lahir dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi (Nata 2013, 164).

Pendidikan Islam seharusnya merupakan pendidikan yang bergerak “dari dalam ke luar” yakni pendidikan yang bertumpu pada pembentukan karakter (character building) pada setiap individu. Yang akan secara dinamis bergerak membentuk karakter kelompok, jama’ah, dan umat. Pendidikan ini dalam Islam disebut sebagai pendidikan akhlak. ( Siti Farida. Jurnal Kabilah Vol 1 No 1 ).

Baca Juga  Pendidikan Menurut Plato

Pendidikan karakter dalam Islam juga dapat dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan kepada anak didik dalam berpikir, bersikap, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya. Diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya sebagai manifestasi hamba dan khalifah Allah, sebagaimana firman-Nya:

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.

Dari pengertian pendidikan karakter di atas; maka hanya orang yang bertaqwalah yang mampu menunjukkan sikap sebagai pribadi hamba dan khalifah Allah. Sehingga tujuan pendidikan karakter Islami adalah menjadikan anak didik sebagai hamba dan khalifah Allah yang berkualitas taqwa.

Model Pendidikan Karakter Indonesia

Pendidikan, sesuai dengan fungsinya adalah sebagai proses pembentukan pribadi. Sedangkan pengembangan kurikulum pendidikan karakter merupakan suatu kebutuhan. Sebuah keniscayaan untuk mewujudkan cita-cita terbentuknya suatu generasi berkarakter yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan karakter di Indonesia memang sudah berjalan seperti di beberapa negara lainnya. Seperti di Inggris, Amerika dan Finlandia. Namun bila melihat hasilnya dibandingkan dengan negara-negara yang telah disebutkan, Indonesia masih jauh tertinggal. Hal ini disebabkan karena pendidikan di Indonesia lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan, kecerdasan dan kurang memperhatikan atau mengabaikan pendidikan karakter.

Pengetahuan tentang kaidah moral yang didapatkan dalam pendidikan moral atau etika saat ini semakin ditinggalkan karena kurang perhatian pemerintah terhadap pendidikan karakter. Pendidikan karakter bukan hal baru dalam tradisi pendidikan di Indonesia. Beberapa pendidik Indonesia modern yang kita kenal seperti Soekarno telah mencoba menerapkan semangat pendidikan karakter. Hal itu sebagai pembentuk kepribadian dan identitas bangsa yang bertujuan menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkarakter.

Baca Juga  Kapitalisasi Pendidikan, Bagaimana Nasib Anak?

Bila masih mengingat pesan Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia. Bung Karno yang menggelorakan tema besar “Nation and Character Building” pernah berpesan kepada kita bangsa Indonesia, bahwa tugas berat untuk mengisi kemerdekaan adalah membangun karakter bangsa. Apabila pembangunan karakter bangsa ini tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli (Soedarsono, 2009). Pernyataan Bung Karno ini menunjukkan pentingnya pendidikan dan pembangunan karakter demi tegak dan kokohnya jati diri bangsa agar mampu bersaing di era globalisasi sekarang ini.

Pembangunan dan Karakter Bangsa

Slogan Indonesia Maju sebagai tema besar dalam HUT ke-75 RI. Indonesia Maju mengajak Masyarakat menyatukan keberagaman melalui kolaborasi untuk menunjukkan jati diri bangsa. Harga diri bangsa Indonesia berada di atas jati diri kebhinekaan baik dari aspek etnis, budaya dan bahasa.

Keberagaman menjadi ciri Indonesia yang dipersatukan oleh kebangsaan Indonesia yang menjunjung tinggi nilai nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan kesejahteraan. Kekuatan dahsyat sumpah pemuda berubah menjadi tegaknya harga diri bangsa Indonesia dalam Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi bangsa yang tegak kokoh di atas jati dirinya.

Sebagai warga negara yang tangguh, manusia juga harus menemukan jati dirinya, dan manusia tidak pernah berhenti belajar agar dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan dan perubahan yang terjadi. Karakter yang diharapkan adalah menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU RI No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025.

Bimbingan keluarga atau peran orang tua sangat diperlukan untuk menciptakan dan membentuk karakter kepribadian seorang anak. Orang tua adalah kunci utama yang harus terlebih dahulu benar-benar memahami dan mampu menerapkan dan memiliki

Baca Juga  Ketika Pandemi, Benarkah Guru Memakan Gaji Buta?

kepribadian yang baik dan mantap dalam moralitasnya. Selain perang orang tua, peran seorang Guru/Dosen sangat memberikan andil yang cukup besar dalam proses pembentukan karakter seorang anak didik. 

Dalam membentuk karakter seorang anak didik adalah bisa memenuhi syarat-syarat kepribadian dengan ukuran-ukuran tertentu; sehingga bisa dikatakan guru/dosen itu mempunyai karakter hebat. Karakter kebangsaan akan tumbuh seiring dengan kesadarannya sebagai anak bangsa yang diikat dalam persatuan dan kesatuan bangsa sebagai wujud dan kokohnya NKRI. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya manusia selalu mengadakan berbagai usaha atau upaya untuk mengembangkan kehidupannya baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai warga negara.

Menghayati Nilai Moral dan Agama

Kelemahan generasi dalam memahami dan menghayati nilai-nilai moral dan ajaran agama menyebabkan mereka tidak memiliki filter yang baik ketika mengkonsumsi atau menyerap budaya asing. Sebagai akibatnya mereka lebih cenderung kepada pilihan yang buruk dari pada nilai-nilai kebaikannya. Mereka telah tercabut dari ajaran agama serta nilai-nilai moral dan nilai-nilai luhur yang sebenarnya telah lama dimiliki oleh bangsa sendiri.

Seorang mukmin yang memiliki ilmu, dan mampu memanfaatkan ilmunya dalam kehidupan, sebagai amalnya (motorik/skill) dengan akhlak mulia, sehingga berdampak rahmatan lil alamin. Individu yang berkarakter sesuai dengan ajaran Islam adalah pribadi yang integral, yaitu integrasi antara iman, ilmu dan amal. Oleh sebab itu, ke depan perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia yang lebih terpola dan terukur pada dunia pendidikan untuk menyukseskan program pendidikan karakter pada generasi milenial.

Bagikan
Comments
  • Rasraf

    Sangat setuju,
    Yang tertuang sangat mencerminkan budi pekerti yang baik serta menyindir generasi yang katanya millenial tapi pada reality-nya malah mengubah arah millenial kepada kolonial thinking

    Agustus 11, 2020
  • Laricco

    Gw rasa tidak sesimpel itu

    Mei 29, 2021
Post a Comment