f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perdamaian

Pemberdayaan Perempuan sebagai Agen Perdamaian

Perempuan sampai saat ini masih sering dianggap sebagai makhluk yang lemah, tak punya kuasa, dan mudah dilecehkan. Anggapan itu tidak lepas dari sejarah panjang umat manusia yang akhirnya menciptakan stigma di tengah masyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat manusia semakin terbuka dan terpelajar. Termasuk ketika menerima fakta bahwa sebenarnya perempuan tidak selemah yang mereka pahami selama ini.

Saat ini banyak tokoh perempuan yang berhasil mengubah pandangan manusia dari perempuan itu lemah menjadi perempuan itu kuat. Mereka menempuhnya dengan menjadi agen-agen perdamaian di berbagai belahan dunia. Tidak hanya dari kalangan orang asing. Perempuan Indonesia juga banyak yang menjadi agen perdamaian dengan cara mereka sendiri di tengah konflik yang mereka hadapi di dalam negeri tercinta kita ini.

Keterlibatan Perempuan dalam Memperjuangan Perdamaian

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sentiela, dkk (2014) kita bisa melihat contoh keterlibatan kaum perempuan sebagai agen perdamaian dalam konflik agraria yang terjadi antara Perseroan Terbatas Semen Andalas Indonesia (PT. SAI) dan masyarakat saat ada proyek pembangunan Embung Lambadeuk di Aceh pada tahun 2012. Proyek yang mereka kerjakan menyebabkan sumber air bersih warga menjadi tercemar. Akibatnya warga harus ke mata air dengan menempuh jarak yang lebih jauh daripada biasanya untuk memperoleh air bersih.

Walaupun para perangkat desa sudah berusaha melalui jalur formal. Tetapi masih saja gagal untuk mengatasi hal tersebut. Hingga akhirnya ada seorang perempuan bernama MA, ia merupakan seorang pemilik kedai makan dekat PT. SAI. Kedai makan miliknya biasa digunakan karyawan PT. SAI untuk makan siang. Atas kegelisahan ia sebagai perempuan yang terdampak langsung akibat tercemarnya air di rumahnya. Melalui kedai makan itu isu air tercemar terus ia sampaikan pada karyawan PT. SAI yang makan siang di kedainya.

Baca Juga  Ayah-Bunda Siapkan 5 Hal Berikut Saat Menyambut si Buah Hati

Sampailah kegelisahan MA tersebut didengar oleh pimpinan perusahaan. Akhirnya PT. SAI melalui CSR (Corporate Social Responsibility) melakukan pemasangan pipa-pipa yang menyalurkan air bersih dari mata air langsung ke rumah warga.  Walaupun cara formal gagal dilakukan. Tapi cara informal tersebut cukup memberikan bukti bahwa perempuan sangat bisa diandalkan untuk menjadi agen perdamaian melalui jalan-jalan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.

Motivasi Perempuan Menjadi Agen Perdamaian

Tindakan yang MA lakukan telah berhasil memengaruhi perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap akibat kerusakan lingkungan yang timbul dari kegiatan mereka. Sehingga kita perlu tahu beberapa hal yang membuat MA berubah dari korban konflik agraria. Bisa bangkit menjadi agen perdamaian bagi lingkunganya.

Perubahan perempuan dari korban menjadi agen perdamaian setidaknya karena tiga hal. Pertama, tanggung jawab peran sebagai ibu. Ini membuat perempuan harus sebisa mungkin menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anggota keluarganya. Kedua, adat-budaya. Hal ini mengakibatkan perempuan menjadi lebih sensitif dengan keadaan yang terjadi di kampung mereka. Ketiga, interaksi dengan orang/lembaga lain. Hal ini membuka pikiran perempuan bahwa mereka harus mampu berbuat demi keamanan lingkunganya sendiri (Pamuji dkk, 2007).

Keterlibatan perempuan sebagai agen perdamaian harus senantiasa mendapat dukungan dari berbagai pihak. Terutama negara yang memiliki berbagai perangkat yang bisa menjamin keamanan mereka ketika menjadi agen perdamaian. Jangan sampai justru negara yang menjadi lawan perempuan dalam sebuah konflik. Bila itu terjadi, maka sangat ironi. Karena perdamaian merupakan salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945.

Perempuan Berdaya sebagai Agen Perdamaian

Menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian saat ini perlu menjadi perhatian berbagai pihak. Langkah mereka dalam menciptakan perdamaian harus mendapat legitimasi dari masyarakat. Hal tersebut guna meningkatkan kepercayaan diri perempuan sebagi agen perdamaian. Penguatan pada struktur pemerintah tentang keperempuanan juga perlu menjadi perhatian khusus.

Baca Juga  Menuntun Tuhan

Saat ini masih sangat sedikit pelatihan dan pemberdayaan yang diberikan kepada perempuan terkait dengan agen perdamaian. Perempuan-perempuan yang menjadi agen perdamaian saat ini masih banyak yang berangkat dari keinginan sendiri. Tidak berangkat dari sebuah sistem yang terorganisir, terstruktur, dan masif.

Padahal hal itu perlu diwujudkan dengan sebenar-benarnya. Sehingga gerakan perempuan sebagai agen perdamaian bisa menjadi sebuah bukti bahwa ketika sebuah gerakan dilakukan secara tersistem maka dampak yang diberikan juga akan semakin besar. Langkah melakukan pengorgansasian yang secara masif ini bisa mulai dari beberapa langkah kecil.

Pertama, memasukan agenda perempuan sebagai agen perdamaian pada materi ajar di kelas. Hal ini bisa dimulai di tingkat dasar. Sebab memasukan materi tentang perempuan sebagai agen perdamaian sejak dini mampu membentuk persepsi siswa bahwa perempuan itu bukan makhluk lemah. Tetapi makhluk yang memiliki kesempatan untuk menjadi agen perdamaian demi kemaslahatan umat. Sekaligus hal ini bisa menghilangkan ajaran patriarki kepada siswa dengan materi-materi yang ringan.

Kedua, perlu adanya kurikulum gerakan perempuan sebagai agen perdamaian. Seminar-seminar tentang perempuan sebagai agen perdamaian saat ini hanya berupa refleksi atas kejadian-kejadian yang sudah terjadi. Tetapi tidak berusaha membuat sistem yang bisa digunakan dalam jangka panjang untuk menciptakan agen perdamaian perempuan yang benar-benar mumpuni. Dengan adanya kurikulum ini bisa membuat gerakan perempuan sebagai agen perdamaian menjadi lebih terstruktur dan mudah dievaluasi.

*

Organisasi keperempuanan di Indonesia bisa membuat kurikulum masing-masing sesuai dengan semangat gerakanya. Tetapi kurikulum itu harus mengacu pada konvensi dan berbagai kesepakatan dunia yang sudah diratifikasi oleh negara. Sehingga walaupun masing-masing organisasi dengan berbagai latar belakang merumuskan kurikulumnya. Tetapi masih memiliki koridor yang harus ditaati.

Baca Juga  Perlukah Standar dalam Menentukan Pasangan?

Ketiga, pemberian penghargaan pada aksi yang kecil sekali pun. Memberikan penghargaan mampu membangkitkan semangat individu mau pun komunal. Sehingga perlu adanya ajang penghargaan yang memperhatikan peran-peran kecil perempuan dalam menciptakan perdamaian. Sehingga ajang penghargaan tidak hanya dipersembahkan kepada mereka yang terkenal saja. Sebut saja perempuan berinisial MA tadi. Sudah selayaknya dia mendapatkan penghargaan sebagai agen perdamaian atas jasanya.

Pembebasan perempuan dari korban menjadi agen perdamaian merupakan tugas besar kita bersama. Perempuan harus mampu diberdayakan untuk menciptakan kehidupan sosial yang seimbang. Tidak hanya menitik beratkanya kepada kaum laki-laki. Dengan hal tersebut dapat memberikan harapan  bahwa ke depan perempuan akan menjadi lebih terberdaya, maju, dan optimis dalam keikutsertaanya membangun bangsa dan negeri ini menjadi lebih baik di masa depan.

Penulis : Burhanuddin Robbany (Kader IMM UIN Walisongo Semarang)

Bagikan
Post a Comment