f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
sekolah

Nilai Profetik pada Virus Corona Varian Delta Plus

Sudah sekitar dua bulan ini saya dan isteri setiap pagi kalang kabut. Waktu di pagi hari rasanya begitu cepat melesat. Saya dan isteri harus berbagi peran. Isteri saya bertugas untuk konsentrasi memasak di dapur. Sementara saya harus menyiapkan diri untuk mengantar dua anak saya yang sudah mulai masuk sekolah.

Setiap pagi saya harus memastikan persiapan sekolah Najha, anak kedua saya yang masih duduk di bangku kelas tiga MI (setingkat SD). Saya harus membangunkannya dan mengantar ke kamar mandi. Di sela-sela Najha mandi saya harus menyiapkan pakaian yang terdiri seragam dan pakaian ganti. Juga memastikan isi tas sekolahnya. Mulai dari buku-buku yang harus dia bawa, air minum dan bekal.

Usai Najha mandi dan berganti pakaian, saya harus mengambilkan sarapan untuknya. Saat dia sarapan saya harus menaruh pakaian ganti, pakaian madrasah sore dan tas ke rumah mbahnya yang jaraknya hanya sepelemparan batu.

Saya juga harus mengeluarkan sepeda Najha untuk keperluan madrasah sorenya. Juga mengeluarkan kendaraan untuk isteri dan saya sendiri. Saya harus terus berpacu dengan waktu. Lengah semenit saja, segala rencana akan buyar.

***

Bila semua sudah beres, isteri saya yang seorang guru itu harus bersiap ke sekolah. Isteri tidak bisa berbagi waktu untuk mengantar anak. Dia sebelum pukul tujuh harus mengikuti apel pagi.

Saya berangkat lebih dahulu bersama Najha yang menempuh perjalanan sekitar delapan kilometer. Setelah mengantar Najha, saya menuju pesantren Hudzam, anak pertama saya. Saya menjemputnya untuk mengantar ke SMA. Aturan dari pihak sekolah bahwa selama pandemi ini, siswa yang boleh ke sekolah, berangkat dan pulang harus diantar jemput pihak keluarga. Bila tidak, maka siswa harus tetap di rumah dan mengikuti pembelajaran secara daring.

Baca Juga  Para Tenaga Kesehatan dan Perannya Sebagai Sahabat di Era Pandemi

Kalau untuk Hudzam, jatah saya hanyalah menjemput. Sementara istri yang mengantar pulang. Untung saja pihak sekolah memperbolehkan Najha dijemput pihak lain. Maka dia dijemput tetangga saya yang anaknya kebetulan satu sekolah dengannya.

Begitulah. Ada perubahan kegiatan setiap pagi di keluarga kami sejak sekolah mulai tatap muka. Di satu sisi, ini sangatlah merepotkan.  Rasanya ingin seperti masa-masa dulu ketika pandemi belum melabrak negeri ini. Saya bisa santai hanya mengantar Najha. Sementara Hudzam bisa berangkat sekolah sendiri naik angkot.

Ya, beberapa bulan ini sekolah mulai membuka pintu untuk siswa belajar secara luring. Ini adalah tanda baik bagi kita semua untuk berharap bahwa pandemi segera sirna dari bumi pertiwi ini. Tentunya banyak yang mengharapkan hal demikian agar semua aktifitas bisa berjalan secara normal seperti sediakala.

Kita sudah lelah dengan peningkatan kasus yang terpapar virus mematikan ini. Kita sudah lelah dengan ketakutan-ketakutan yang tertanam dalam hati kita. Apalagi negeri ini sudah mengalami dua gelombang besar kasus penularan virus covid-19.

Harapan ini sepertinya mulai menampakkan cahaya optimisme dalam kehidupan kita. Namun baru beberapa saat kita membangun semangat optimis untuk hidup lebih baik, ternyata kita harus menerima kenyataan bahwa di negara-negara maju, bahkan negara tetangga kita, saat ini tengah mengalami kenaikan tingkat  penularan virus covid-19. 

***

Koordinator PPKM Jawa Bali, Luhut Binsar Pandjaitan, beberapa waktu lalu memperingatkan kita.  Dalam waktu dekat, bisa jadi kita akan kemasukan varian baru dari virus covid-19, yaitu Delta Plus AY.4.2. Bisa jadi, corona varian Delta AY.4.2. akan menjadi jenis virus corona yang paling menular sejak pandemi COVID-19.

Baru saja daerah-daerah di Indoesia menetapkan level satu. Seperti orang yang baru saja bisa menahan nafas lega setelah beberapa saat mengalami sesak nafas, kita harus bersiap-siap untuk menahan nafas kembali dengan durasi waktu yang lebih lama lagi. Kabarnya, menjelang natal tahun ini seluruh wilayah akan berlaku level tiga. Duh..

Baca Juga  Nasib Lulusan Sarjana Saat Pandemi Covid-19

Kegelisahan sosial menjadi momok mental bagi kita semua. Ada pilihan-pilihan yang tentunya akan ditempuh dalam menghadapi masuknya varian Delta Plus AY.4.2 ini. Kita harus terus mempertahankan hidup, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi. Varian Delta Plus AY.4.2 yang kabarnya memiliki kekejaman 15  persen dari varian Delta sekarang tak boleh mengendorkan semangat kita dalam menjalani kehidupan ini.

Mungkin kita terbayang kembali bila kita harus dipaksa untuk tinggal di rumah (stay at home), bekerja dari rumah (work from home), terus menjaga jarak interaksi sosial (physical distancing) dan menjaga daya tahan tubuh (imunitas). Dampak dari tragedi kehidupan ini, tentunya ada jutaan pekerja dirumahkan kembali, keramaian ditiadakan, sekolah yang baru saja membuka pintu pembelajaran secara luring harus kembali ditutup dan belajar daring. Bahkan kegiatan keagamaan harus libur kembali.

Pandemi ini sepertinya terus menyadarkan kita untuk terus menengadah ke langit. Kita terus berharap hidayah untuk mencari solusi atas tragedi semesta.  Saat nalar telah mampat oleh kegamangan pandemi, tiada tempat pelarian akhir yang paling mengagumkan kecuali kepada Sang Khalik.

***

Kegelisahan dan kecemasan telah merambah ke ceruk-ceruk emosional kita. Kita semua terus berharap mencari ketenangan dengan kelegaan hati yang tercerahkan. Kita seperti anak yang pulang, kembali hadir di hadapan Tuhan setelah lama kita menjauhi-Nya. Peningkatan spiritualitas religius  menjadi jalan terbaik karena semua ikhtiar yang telah kita lakukan.

Do’a-do’a mencari keberkahan telah menyusuri kanal-kanal langit setiap waktu. Kita terus berharap ada arus solutif demi berhentinya pandemi Covid-19. Tentu kita ingin kecemasan pada aspek kemanusiaan dan ekonomi dapat menormalkan kehidupan kita lewat jalan transendensi.

Pendidikan Tuhan atas pandemi ini tentunya bisa dinilai sangat efektif dan penuh berkah. Pandemi ini tentu sarat akan pesan profetik, sehingga orang yang mengikuti pendidikan di dalamnya akan mengalami transformasi batin yang merefleksikan ke dalam pikiran, tindakan, dan emosionalnya.

Baca Juga  Pandemi Covid-19 dan Kerapuhan Perempuan

Kita sudah kebal dengan kekhawatiran akan pandemi. Kita sudah tak lagi takut dan kalut. Kedua gelombang virus covid-19 telah mendidik kita untuk melakoni hdup dengan khusyu’. Nilai-nilai profetik dari pandemi ini telah kita dapatkan sebagai bekal masa depan, yaitu humanisasi, liberasi dan transendensi sebagaimana telah kita bicarakan di atas.

Bagikan
Post a Comment