f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ilmu dan perpustakaan

Nilai Budaya Ilmu dan Perpustakaan

Peranan ilmu dalam kehidupan manusia begitu penting. Islam sendiri, telah menekankan urgensi ilmu dengan menyebutkannya secara literal dalam Al-Qur’an. Kata ‘Ilm, yang berarti ilmu menjadi kata terbanyak ketiga dalam Al-Qur’an setelah kata “Allah” dan “Rabb”. Menurut para ulama, banyaknya kata Allah maupun Rabb dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa Dia hendak mengenalkan diriNya, sebagai pribadi yang tidak hanya transenden namun juga imanen dengan segala sifat-sifatNya. Sedangkan banyaknya kata ‘Ilm menegaskan betapa Islam sangat menghargai dan memuliakan ilmu.

Dalam kehidupan modern yang puspawarna seperti saat ini, banyak orang menjadikan ilmu sebagai sarana untuk mencapai suatu tujuan, baik yang materialistis maupun non materialistis. Selain membantu seseorang untuk mencapai satu tujuan tertentu, ilmu juga kerap orang asosiasikan sebagai medium untuk menghasilkan kebaikan.

Kesejahteraan sosial, keharmonisan rumah tangga, tegaknya nilai keadilan di suatu negara, hingga terciptanya masyarakat yang berasusila tak ayal adalah karena ilmu. Karena ilmu, membantu kita mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Nilai mana yang kita anggap benar, ataupun salah. Dengan ilmu, kita bisa menghasilkan kebaikan dan menciptakan kedamaian dalam konteks luas.

Ilmu: Kebaikan dan Sarana Menumbuhkan Kebaikan

Kendatipun ilmu merupakan sarana untuk mencapai suatu kebaikan, sebenarnya ilmu itu sendiri jua merupakan kebaikan. Sehingga jika kita amati, ilmu sebenarnya bukan hanya suatu objek sebagaimana yang kita pahami dalam proses pengkajian ilmu di era modern ini. Namu, ia merupakan kebaikan yang bersifat “baik” itu sendiri.

Dalam Islam, ilmu memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Bagaimana tidak, konsep apapun yang dipadukan dengan “Ilmu” dapat menumbuhkan kebaikan yang berlipat ganda, contohnya:

“Ilmu + Kekuasaan = Keadilan”
“Ilmu + Keagamaan = Ketaatan”
“Ilmu + Kemiskinan = Qanaah”
Ilmu + Kekayaan = Kedermawanan”

Namun sebaliknya, jika Jahl (kebodohan) yang dipadukan, akan membuahkan hasil yang sangat berbahaya dan memberikan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat luas, contohnya:

Baca Juga  Medsos Para Ibu, Sumber Informasi atau Kegalauan Hati?

Kebodohan + Kekuasaan = Represivitas”
“Kebodohan + Keagamaan = Radikalisme”
“Kebodohan + Kemiskinan = Keputusasaan”
“Kebodohan + Kekayaan = Ketamakan”

Tentu masih banyak buah yang merupakan buah dari perpaduan ilmu dengan suatu ide, maupun kebodohan dengan suatu konsep. Tidakkah terlihat? Bagaimana ilmu begitu penting untuk dimiliki setiap anggota masyarakat untuk menciptakan peradaban dan lingkungan yang kondusif, sejahtera, dan aman bagi seluruh penghuni bumi.

Proses Pencarian dan Pengembangan Ilmu

“اطلب العلم من المهد الى اللحد”

“Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat”, begitu nasihat yang kerap kita dengar di kalangan muslim. Proses pencarian ilmu, hendaknya kita lakukan dari buaian (bayi) hingga ke liang lahat karena pada dasarnya, kita membutuhkan ilmu untuk terus beradaptasi dan menyelesaikan persoalan dengan sebaik-baik solusi.

Selain proses pencariannya yang kita lakukan seumur hidup, proses pengembangannya pun hendaknya seumur hidup. Pelanggengan ilmu dengan pengembangan inovatif diperlukan agar ilmu dapat terus bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan zaman. Salah satu cara mengembangkan ilmu pengetahuan adalah dengan menulis. Satu kitab atau buku yang kita baca, bisa kita rangkum, kritisi, atau beri tambahan penjelasan, kemudian kita tulis serta kembangkan.

Begitulah tradisi keilmuan terjaga dan terpelihara di kalangan ulama kita terdahulu. Para ulama, telah memberikan contoh nyata pengembangan ilmu dengan menulis ratusan hingga ribuan jilid kitab semasa hidupnya. Contohnya, Imam Abul Wafa’ ‘Ali bin ‘Aqil Al Hambali Al Baghdadi, yang menulis kitab Al Fununnya dalam 800 jilid dan Ibnul Jauzi yang telah menulis 2000 jilid buku.

Tak mengharapkan popularitas, hak cipta, atau keuntungan materi duniawi, para ulama ikhlas menulis demi mengembangkan ilmu pengetahuan. Pencarian serta penegakkan kebenaran ia jadikan landasan untuk terus menoreh tinta abadi sekalipun di atas batu ataupun pelepah.

Baca Juga  Manusia Pergerakan dan Era Disrupsi

Pengembangan ilmu dengan menulis juga menjadikan pikiran serta gagasan sang penulis abadi. Dalam Islam, keabadian yang dimaksud bukanlah hidup dalam bentuk jasad ratusan tahun. Namun, keabadian manfaat yang terus tersebar bagi banyak orang karena kiprah dan hasil karyanya.

Tentu, ini tak terlepas dari konsep amal jariyah yang kita kenal dalam Islam. Buku dan karya yang telah tercipta merupakan hasil pemikiran, perenungan, dan pengalaman yang akan terus abadi hingga puluhan hingga jutaan tahun ke depan. Begitupun pahalanya, juga senantiasa mengalir kepada sang penulis selama tulisan dan hasil karya itu masih bisa orang akses dan bermanfaat untuk jutaan tahun mendatang.

Perpustakaan dan Ilmu

Perpustakaan dan ilmu, tentu memiliki keterikatan yang tak terelakkan. Sebagai tempat berhimpunnya ribuan hingga jutaan ilmu–yang terserap dalam buku–, tentu memiliki peran yang amat mulia. Buku seyogianya tidak hanya kita anggap buntelan kertas yang penuh tulisan. Lebih jauh dari itu, buku adalah rekaman pengetahuan, pengalaman kejiwaan, serta pemikiran sang penulisnya di suatu masa dan keadaan tertentu.

Oleh karena begitu penting dan mulianya sebuah buku, perpustakaan yang menjadi tempat bermukimnya banyak buku harus pula kita hargai dan jaga keberadaannya. Ia haruslah kita maknai sebagai pusat pengembangan dan pengaktualisasian diri anggota masyarakatnya, yang melalui ilmu, mampu menciptakan peradaban yang lebih baik.

Proses pencarian kebenaran yang seseorang lalui ketika membaca buku, pada akhirnya akan menjadikan sosok yang menghargai kebenaran dan ilmu itu sendiri. Akhir kata, sebagai ajakan dan peringatan bagi diri sendiri, mari menumbuhkan rasa cinta pada ilmu demi terciptanya masyarakat madani yang menghargai dan melibatkan ilmu di segala aspek kehidupan.

Referensi:

Daud, Wan Mohammad. 2019. Budaya Ilmu: Makna dan Manifestasi Sejarah dalam Sejarah dan Masa Kini (Edisi Ketiga). Malaysia: CASIS.

Baca Juga  Ketahui Bersama Memori pada Otak Manusia

Ismunanto, Anton. 2022. ”Nilai Budaya Ilmu dan Perpustakaan”, materi disampaikan pada kajian Forum Mengeja Hujan di Perpustakaan Baitul Hikmah, Yogyakarta.

Bagikan
Post a Comment