Merindu-Mu

Nyaliku menciut tatkala riuh gemuruh menghampiri
Terdengar rintih menyayat di antara jutaan rinai yang menghantam bumi
Memicu hadirnya irama dahsyat tak terperi
Segera kututup lelapku usai berselimut mimpi

Langit biru sudah lama memucat
Tingkah lakuku tlah membuatnya geram dan penat
Akankah menjelma bak raksasa murka siap menelanku bulat-bulat?
Lalu memamah rakus bongkahan dosa-dosaku yang sebesar jagat?

Kusantap lahab separuh malamku
Meski desau angin dingin menggigit
menusuk tulang rentaku
Namun menambah syahdunya senandung belalang dan burung hantu
Bersahutan indah bagai orkestra malam di lubuk hatiku

Kutanggalkan seluruh pakaian kumalku semalam
Yang kian kusam bersulamkan kemalasan
Yang compang-camping berenda kebodohan
Dan hilang pesona oleh sejumput keangkuhan

Degub jantungku makin berpacu
Dengan getar dan debar yang memburu
Bulir keringat dingin mengkristal di atas kulit ariku
Manakala aku terseok ingin menatap setitik Indah-Mu

Ijinkan aku luluh dan bersimpuh sepenuh haru
Karena keping hatiku terlanjur dibalur rindu
Rindu akan rahmad-Mu
Rindu akan hidayah-Mu

Bila Waktunya Tiba

Bila waktunya tiba
Kutinggalkan pagi dengan sejuta memori
Yang akan menjadi kenangan di hari nanti
Ada kisah manis semanis sirup leci yang membuat senyum kian berseri-seri
Ada kisah pahit sepahit brotowali yang membuat derai air mata tiada henti

Bila waktunya tiba
Aku tinggalkan siang yang garang menantang
Melangkah gagah perkasa meski panas memanggang
Segagah jawara dari medan perang
Tak gentar oleh batu dan kerikil tajam yang menghadang

Bila waktunya tiba
Tinggalkan waktu adalah niscaya
Biarlah duka nestapa menjadi cerita
Meski berliku dan berduri dalam  meraih senja
Kan ku gapai bersama senyum penuh gita cinta

Bila waktunya tiba
Sirna sudah sabda pandita atau fatwa pujangga
Enyah sudah peribahasa maupun kata mutiara
Hanya segenggam amal shalihah  pengantar berkendara
Menuju singgasana Sang Maha Pencipta