f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bapak rumah tangga

Kiat-Kiat Menjadi Bapak Rumah Tangga

Saat ini, pasangan suami-istri yang sama-sama bekerja telah menjadi pemandangan umum dalam masyarakat kita. Perempuan tidak lagi mesti berada di belakang laki-laki, karena pada dasarnya laki-laki dan perempuan bisa melakukan segala pekerjaan dengan sama baiknya.

Namun seringkali dinamika rumah tangga mengharuskan kita untuk berimprovisasi. Terkadang improvisasi juga memerlukan salah satu dari kita untuk mengalah. Saya misalnya, sudah empat tahun ini berperan sebagai bapak rumah tangga atau kerennya stay at home dad, agar bisa berperan langsung dalam perkembangan anak sekaligus memberi kesempatan seluas-luasnya kepada istri untuk fokus mengejar karir dan cita-citanya.

Bagaimanapun, pembagian peran seperti ini masih asing bagi masyarakat pada umumnya. Stigma bahwa pekerjaan domestik adalah urusan perempuan masih sangat kental, sehingga tidak mengherankan apabila banyak suami cuma bisa tergagap-gagap jika mesti bertukar peran mengerjakan urusan rumah tangga. Hal ini wajar saja, karena konstruksi sosial dan lingkungan pendukungnya memang belum siap untuk itu.

Namun jangan khawatir, biarpun konsep ini masih terdengar asing, bukan berarti mustahil dilakukan. Berikut beberapa persiapan yang bisa Anda lakukan jika mesti berperan sebagai bapak rumah tangga

1. Turunkan Ego

Menjadi bapak rumah tangga jelas bukan untuk mereka yang berpandangan bahwa peran istri hanya untuk melayani suami. Jika Anda termasuk yang berpendapat bahwa membuatkan kopi setiap pagi adalah kewajiban istri, dan akan marah-marah jika ia tidak melakukannya, maka bapak rumah tangga  jelas bukan untuk Anda. Ego seperti itu harus ditekan habis hingga Anda benar-benar mampu bermain sebagai team player. Jika tidak, mengerjakan rutinitas harian remeh-temeh seperti cuci piring hanya akan membuat Anda merajuk dan akhirnya patah arang.

Menekan ego sebagai laki-laki memang bukan sesuatu yang mudah, apalagi dalam sistem budaya yang telanjur patriarkis. Mengubah sudut pandang menuju kesadaraan atas kesetaraan peran istri dan suami memang butuh waktu, tak terkecuali bagi saya.

Baca Juga  Lembaga Perkawinan, Orang tua, dan Anak Perspektif Perkawinan (Analisis Norma Hukum Keluarga Islam)

Walaupun telah menjalani peran sebagai bapak rumah tangga, ego seperti ini terkadang juga masih saya rasakan. Namun sebagaimana proses pendewasaan pada umumnya, saya meyakini bahwa seiring berjalannya waktu, titik ideal akan tercapai jika kita selalu melatih diri untuk menjadi lebih baik.

Seiring dengan kemampuan kita mengendalikan ego, akan semakin terasa bahwa pekerjaan domestik dan mengasuh anak sama berat dan sama mulianya dengan kerja-kerja lainnya. Bertukar peran seperti ini penting setidaknya dilakukan sesekali, agar para suami lebih menghargai pekerjaan domestik yang masih lekat stigmanya sebagai pekerjaan para perempuan.

2. Bicarakan Gagasan dengan Matang bersama Istri

Tentu saja, harus ada diskusi dan kesepahaman dulu di antara suami-istri. Setidaknya, perlu disepakati area mana saja yang perlu dibagi, bagaimana pelaksanaannya, pembagian waktunya, dan konsekuensi-konsekuensi yang mungkin terjadi.

Selain itu, pasangan perlu membicarakan alokasi waktu antara keluarga, kerja, dan me-time. Dan jangan lupa, yang paling penting dari diskusi ini sebetulnya adalah komitmen untuk memberikan yang terbaik dalam perannya masing-masing.

3. Rajin Mencari Informasi dan Berani Berimprovisasi

Para suami umumnya tidak banyak terpapar informasi mengenai pekerjaan domestik dan pengasuhan anak. Maka dari itu, para bapak rumah tangga  harus aktif mencari informasi-informasi tersebut secara mandiri.

Selain buku, sekarang banyak informasi tersedia di media sosial seperti Instagram, terutama yang mengenai parenting. Namun jangan canggung apabila informasi yang diunggah di Instagram akan dimulai dengan sapaan “Bund”, “Mom”, dan lain sebagainya. Akun-akun parenting memang banyak yang belum sadar bahwa ada sebagian kecil di antara followers-nya adalah para ayah yang juga haus informasi.

Karena banyaknya informasi yang memang diperuntukkan kepada kaum ibu, jangan sungkan untuk mendiskusikannya dengan istri. Jangan canggung pula untuk bertanya pada “bunda-bunda Instagram” yang biasanya memang sangat informatif dan up to date. Jika memang menemui jalan buntu, juga tidak ada salahnya berimprovisasi.

Baca Juga  Tetap Berprogres Ketika di Rumah Saja
4. Kuatkan Mental, Jangan Baperan

Jika ada tantangan terberat menjadi bapak rumah tangga, maka itu adalah tantangan mental. Akan ada banyak ujian mental dari segala penjuru, begitu Anda memutuskan untuk bertugas penuh di rumah. Mulai dari gunjingan tetangga, hingga saudara yang sekadar iseng menanyakan pekerjaan pun, bisa menjadi tekanan mental tersendiri.

Ada kalanya tekanan mental seperti ini terasa terlalu berat apabila melaluinya sendirian. Jangan sungkan untuk membicarakan apa sedang Rahmania alami dan rasakan kepada istri, karena sebagaimana permasalahan manusia pada umumnya, kuncinya adalah pada komunikasi yang baik.

Selain itu, tekanan mental juga banyak datang dari pikiran sendiri. Perasaan jenuh, tertekan, stagnan, dan kesepian, karena peran yang berbeda dari suami kebanyakan, nyaris tak terhindarkan. Perasaan seperti juga tak asing bagi saya, walaupun belakangan saya menyadari bahwa perasaan-perasaan seperti ini sesungguhnya sangat umum dan wajar, bahkan kebanyakan ibu rumah tangga juga sering merasakannya.

Nah, di sinilah pentingnya memanfaatkan me-time, yang akan saya bahas pada poin selanjutnya.

5. Sediakan Waktu untuk Hobi dan Temukan Kemampuan-kemampuan Baru

Menghabiskan keseharian dengan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak sedikit banyak akan menguras mental kita. Tidak hanya stay at home dad, kesurutan emosional semacam ini sesungguhnya juga dapat menjangkiti para stay at home mom. Di sinilah pentingnya me-time, menyediakan waktu khusus agar kita bisa kabur sejenak dari rutinitas harian.

Pada dasarnya, me-time adalah waktu beristirahat yang kita nikmati sendirian, bukan kegiatan rekreasi yang kita lakukan bersama istri atau keluarga. Me-time bisa Anda isi dengan aktivitas yang berhubungan dengan hobi atau kesenangan lain yang sifatnya pribadi.

Selain itu, kita juga dapat memanfaatkan me-time untuk melakukan kegiatan yang produktif. Bukan tidak mungkin, pemanfaatan me-time dapat membantu kita menemukan kemampuan-kemampuan baru yang menghasilkan pendapatan. 

Baca Juga  Dilema Menstruasi dan Toleransi Suami

Anak-anak tentu tidak akan selamanya membutuhkan pendampingan dan pengawasan, seiring meningkatnya kemandirian mereka. Kemampuan-kemampuan yang kita kembangkan ini tentu bisa kita manfaatkan sebagai mata pencaharian baru ketika anak-anak sudah mulai mandiri nanti.

Nah, itulah hal-hal yang perlu Rahmania persiapkan jika tertarik menjadi bapak rumah tangga. Semoga bisa menjadi gambaran dan pertimbangan bersama keluarga.

Bagikan
Post a Comment