f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
budaya klasik

Memahami Budaya dalam Kerangka Klasik dan Kontemporer

Bicara tentang kebudayaan adalah bicara tentang cerita. Mengapa demikian? Sebab, sebuah budaya tak akan pernah terlepas dari cerita. Cerita yang tumbuh, hidup, dan berkembang di tengah masyarakat. Semakin lama dan semakin mengakar. Seuntai prolog untuk mengawali obrolan hangat mengenai budaya di hari yang cerah ini.

Banyak yang kemudian bertanya-tanya, apa yang menjadi perbedaan mendasar dari ‘budaya’ dan ‘kebudayaan’? Gazalba (1979:72) mendefinisikan kebudayaan sebagai cara berfikir dan cara merasa, yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan sekelompok manusia. Yang kemudian membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan waktu. Kebudayaan juga merupakan sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sukar untuk dirubah.

Anggapan mengenai kebudayaan sebagai sesuatu yang sukar diubah ini berasal dari paradigma yang dibangun dalam kehidupan masyarakat. Kebudayaan diartikan sebagai manifestasi dari hasil interaksi manusia satu dengan manusia lain dalam cakupan yang luas. Manifestasi ini mencakup kesenian, agama, filsafat, bahasa, sastra dan lain sebagainya.

Manifestasi yang telah terbentuk tak seluruhnya dapat berjalan sesuai dengan apa yang dibayangkan. Hal yang demikian dapat dilihat dari pemahaman mengenai seni dan budaya itu sendiri.

Masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa seni dan kebudayaan itu merupakan hal yang berbeda atau dalam artian berdiri sendiri. Perihal yang seperti ini lah yang perlu untuk diluruskan. Karena sejatinya seni merupakan anak dan kebudayaan sebagai induknya. Dalam bahasa ilmiahnya, budaya ibarat atom dan seni merupakan elemen-elemen yang berada dan menyusun atom kebudayaan tersebut.

***

Koentjaraningrat dan Mattulada (1997) menyebutkan terdapat tiga wujud dari kebudayaan. Wujud yang pertama adalah kebudayaan sebagai wujud dari ide ide, gagasan, norma, peraturan dan sebagainya. Wujud yang kedua adalah kebudayaan sebagai wujud dari kompleks kehidupan berpola dari manusia, dan wujud terakhir adalah kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Baca Juga  Setelah Berpisah dengan Ramadan

Sedangkan, untuk unsur budaya secara universal ialah sebagai sistem universal religi, organisasi kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, kesenian, mata pencaharian serta teknologi dan peralatan. Oleh sebab itu, tidak salah memang jika muncul anggapan bahwa kebudayaan adalah peradaban itu sendiri.

Sebagai sebuah peradaban, kebudayaan tentu saja memiliki fungsi dan kegunaanya. Kurang lebih terdapat tiga pokok utama dari fungsi dan kegunaan budaya. Yang pertama adalah budaya sebagai edukasi dan identitas golongan. Nilai atau value yang terkandung dalam budaya merupakan pengajaran yang dapat diturunkan kepada generasi penerus. Fungsi yang kedua adalah budaya sebagai kontrol sosial.

Mengapa demikian? Sebab budaya atau kebudayaan mengandung unsur utama yang berkaitan dengan norma serta etika yang berlaku dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Dan fungsi yang ketiga adalah budaya sebagai parameter kemajuan peradaban. Dari fungsi yang terakhir dapat kita lihat dari akulturasi budaya yang berkembang dalam lini kehidupan bermasyarakat.

Budaya Klasik vs Budaya Kontemporer

Naik turun dan pasang surut kebudayaan merupakan hal yang wajar ketika kita memandang berkaitan dengan dinamisnya pola kehidupan yang berjalan saat ini. Pergerakan yang selalu mengarah kepada budaya pragmatisme membuat perubahan juga terhadap kondisi sosiologi dan karakteristik demografi suatu tatanan.

Menjadikan tatanan semakin plural karena terbentuknya entitas entitas dengan kecenderunganya masing-masing. Perkembangan teknologi menjadi faktor utama yang menyebabkan perihal demikian terjadi.

Budaya klasik dengan segala pakem-pakem nya dianggap sudah kuno dan terlalu ribet untuk kemudian diterapkan oleh masyarakat urban. Berangkat dari pola kehidupan kosmopolitan, masyarakat menganggap budaya klasik udah tidak relevan lagi.

Selain faktor modernisasi kehidupan, faktor lain yang turut andil dalam pergeseran budaya klasik ialah minimnya apresiasi kebudayaan. Mengapa bisa demikian? Secara logis bahwa apresiasi yang tinggi akan menjadikan seseorang dengan mudah untuk melihat, mengamati, dan mempelajari budaya-budaya klasik yang ada.

Baca Juga  Yang Kita Pungut dari Membaca

Begitu simple dan sederhana, namun dapat memberikan dampak yang besar. Bisa kita lihat dari maraknya budaya asing yang mngekspansi bangsa ini. Apresiatif yang diberikan pun tidak main-main. Dampaknya apa? Jelas, budaya asing ini semakin berkembang, tumbuh, dan perlahan mengakar menggeser budaya klasik.

Bahkan seorang dalang ternama pernah menyampaikan kritik, yang menganggap bahwasannya pemangku kebijakan sudah tidak peduli lagi dengan kebudayaan yang ada. Perihal ini jelas di luar dari konteks pembangunan lembaga pendidikan di bidang kesenian dan kebudayaan. Karena paska tamat atau lulus dari lembaga tersebut, semua berjalan seperti apa adanya. Tak ada jaminan bahwasahnya pekerja seni dan budaya akan mendapat apresiasi lebih.

Perlukah Mempertahankan ?

Seperti yang penulis bahas berkaitan dengan fungsi dan kegunaan budaya, yang salah satunya ialah budaya sebagai edukasi dan identitas golongan. Maka perlu untuk kemudian mempertahankan eksisitensi kebudayaan klasik. Sebagai budaya yang adiluhung.

Peranan budaya untuk membentuk karakter sebuah bangsa sangatlah besar. Apalagi jika kita menengok kembali mengenai karakteristik adat ketimuran yang sedari dulu berkembang di nusantara. Adat yang dikenal sopan, santun dengan segala unggahungguh yang dipegang teguh.

Nilai-nilai demikian yang sekiranya harus tetap menjadi landasan dalam menghadapi era postmodern kini maupun nanti. Tentu saja banyak cara yang bisa ditempuh atau diupayakan agar adat budaya ketimuran tetap hidup dalam setiap aliran darah dan mencerminkan jiwa bangsa.

Digital natives, pembangunan dan pengembangan lembaga studi kebudayaan dan kampanye-kampanye kebudayaan. Atau jika ingin menerapkan sesuatu yang lebih, lebih memperkuat lagi pengembangan dalam muatan kurikulum pendidikan yang bersentuhan dengan seni budaya.

Namun tentu saja perlu untuk diperhatikan juga berkaitan dengan proses monitoringnya. Jangan sampai karena perihal kebudayaan justru malah melahirkan konflik horisontal di tataran kehidupan bermasyarakat. Dengan anggapan budaya A lebih baik dari budaya B misalnya dan seterusnya.

Baca Juga  Tanggung Jawab Negara untuk Kesejahteraan Masyarakat di Masa Pandemi Menurut Baqir Al-Sadr (1)

Semua harus tetap selaras, baik budaya klasik maupun budaya kontemporer atau budaya daerah yang satu dengan budaya daerah yang lainnya. Seperti halnya gamelan Jawa, jika dibunyikan selaras maka akan menghasilkan gendinggending yang indah pula.

Bagikan
Post a Comment