f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
introvert

Kala Introvert Ramaikan Kampanye #Dirumahaja

Hampir tiga bulan teralhir ini, media sosial sedang marak-maraknya kampanye #dirumahaja dalam rangka social distancing melawan musuh tak kasat mata bernama Covid-19. Celotehan warganet akan suka dukanya berdiam diri di dalam rumah selama berminggu-minggu pun menjamur di mana-mana. Mulai dari mengeluhkan aktivitas yang itu-itu saja, nyambati pemerintah di twitter, hingga main ahli jadi dancer tiktok.

Kalau kata Pamungkas – penyanyi yang sedang naik daun dengan tembang larisnya di kalangan muda mudi berjudul I love you but I’m Letting Go, “it’s a weird time to be alive.” Sungguh, saya setuju sekali dengan Pamungkas. Bukan setuju judul lagunya, ya. Tapi setuju atas pernyataannya. Kalau cinta sih  perjuangkan, masa’ dilepaskan *eh*.

Secara pribadi, saya mengapresiasi sekali kepada para entertainers dan tokoh masyarakat yang masif menyuarakan kampanye #dirumahaja lewat akun media sosial sebagai salah satu usaha memerangi wabah. Bahkan tidak sedikit yang bergerak membuka ladang donasi dan bergerilya lewat konser daring agar tidak mati gaya. Pun para penggemarnya tidak begitu ngebatin menahan rindu untuk merasakan kenikmatan atmosfer nonton konser di depan panggung secara langsung.

#DiRumahAja Surga Bagi Kaum Introvert

Sebagai salah satu makhluk dengan gelar introvert. Bagi saya, kampanye #dirumahaja adalah ide yang muncul dari lahirnya manusia introvert. Bagaimana tidak, di rumah aja adalah surga bagi kaum introvert. Mencari keheningan ialah energi agar kaum introvert dapat melanjutkan hidup. Lantas, apakah #dirumahaja kali ini berbeda dengan biasanya? Heem..

Saya sering mengobrol dengan teman saya yang sama-sama berjenis introvert via telepon. Kerap kali kami mentertawakan kampanye #dirumahaja, karena pada dasarnya kamilah penggagas sesungguhnya dari aksi tersebut. Kami justru tidak merasa kesulitan menjalankan aksi #dirumahaja, bahkan rasa-rasanya tidak ada gunanya sama sekali.

Baca Juga  Menggiring Anak Introvert untuk Tetap Gaul

Termasuk social distancing yang tampaknya hingga saat ini masih menjadi ramuan paling laris yang dijual pemerintah untuk diminum oleh rakyatnya. Social distancing bukanlah momok atau jeratan apalagi beban. Betul kalau introvert sering disalah artikan sebagai anti sosial, pendiam dan pemalu.

Namun, pernyataan saya bahwa social distancing bukanlah momok bukan berarti mendukung mispersepsi tersebut. Melainkan lebih kepada penegasan bahwa introvert memiliki caranya sendiri dalam bersosial tanpa harus huru-hara di keramaian. Sebagaimana yang dikatakan dalam buku The introvert Leader: Building on Your Quite Strength karya Jennifer B. Kahnweller bahwa kemampuan bersosial yang dimiliki para introvert adalah suatu anugrah yang patut disyukuri keberadaannya.

Bagaimana Kaum non Introvert menjalani #DiRumahAja?

Kepada kaum extrovert, #dirumahaja adalah waktu terbaik untuk memahami bagaimana indahnya keheningan dan kesendirian. Misalkan, membaca buku atau mendengarkan musik seharian, melukis atau mewarnai buku doodle, bermain dengan hewan peliharaan layaknya Nicholas Saputra memperkenalkan anjing peliharaannya yang lucu menggemaskan pada khalayak saat instagram live story dengan Mira Lesmana (kapan lagi ‘kan bisa dimiripin dengan Rangga), atau bercocok tanam sambil berbicara dengan tanaman di rumah seraya bilang “tumbuh ya, yang” ala-ala Ayudia, Mamanya Sekala – balita kesayangan onty-onty online.

Walaupun sebenarnya saya juga tidak begitu yakin para extrovert dapat melakukan contoh-contoh yang saya berikan di atas. Mungkin satu sampai tiga hari berhasil dilakukan, tapi entah kalau satu bulan, apalagi dua bulan. Pantas saja Laurie Helgoe menulis buku Introvert Power: Why Your Inner Life is Your Hidden Strength, apalagi kalau bukan karena ada kekuatan tersendiri alias dunianya sendiri yang dibangun oleh introvert di mana tiada yang dapat memahaminya selain kaum introvert itu sendiri.

Baca Juga  Di-Follow Orang Tua Adalah Cobaan Remaja Gaul Sosial Media

Selain berbincang dengan teman sesama berjenis introvert, saya juga tidak jarang menjalin obrolan dengan teman dari klan extrovert. Sebagian besar mereka mengeluhkan hak yang sama, ialah betapa menjemukannya hidup akhir-akhir ini. Mulai dari banyaknya warung kopi dan tempat hiburan yang tutup, hingga anjuran yang melarang berkunjung ke rumah kerabat. Saya dapat memahami bahwa #dirumahaja dapat menjadi neraka untuk para extrovert.

Introvert #DiRumahAja juga Jenuh

Akan tetapi lama kelamaan, setelah dua bulan lebih melakukan swakarantina, muncul kegundahan-kegundahan yang tampaknya sama dengan apa yang dirasakan kaum extrovert pada minggu-minggu pertama swakarantina. Di tambah lagi keresahan akan kapan pandemi ini berakhir bergelayutan dalam kepala. Seakan ingin dilepas keresahan itu dari sangkarnya, namun terlampau kalah akan gengsi bahwa #dirumahaja adalah surga bagi kaum introvert.

Akhir-akhir ini keramaian dan kerumunan masa banyak sekali terlihat, hal tersebut sontak melukai hati siapa saja yang sedang berjuang untuk tetap di rumah saja. Wa bil khusus, orang-orang extrovert yang katanya sudah kepalang setengah waras mendekam tak ke mana-mana. Namun tampaknya jenis kepribadian apapun merasa terusik akan hal tersebut tanpa melihat lebih jeli apa yang menjadi alasan sesungguhnya penyebab keramaian itu terjadi.  

Terus-terusan di rumah aja tanpa penghasilan dan jaminan hidup adalah membunuh secara perlahan. Menjalani kehidupan di luar rumah adalah kebutuhan setiap manusia. Tidak lagi keinginan, melainkan kebutuhan. Kepada seluruh jajaran kepribadian dari introvert, extrovert dan ambivert, mari kita angkat cangkir kita, hadapi pandemi ini bersama. Ting! Cheers! Semoga sehat selalu jiwa raga.

Bagikan
Post a Comment