f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
korban bencana

Hak Anak Korban Bencana Yang Sering Kita Lupakan

Kepulauan Indonesia berada dalam lintasan garis khatuliswa, jalur patahan lempeng bumi, dan ring of fire sehingga bencana banjir, gempa bumi dan gunung meletus adalah peristiwa  yang paling sering terjadi. Pada Tahun 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat terdapat 8,27 juta orang menderita dan mengungsi akibat bencana alam di Indonesia hingga 19 Desember 2021. Dari jumlah pengungsi tersebut terdapat anak-anak yang menjadi korban bencana. Bahkan anak-anak juga mengalami  kehilangan kedua orang tuanya akibat bencana yang terjadi. Anak-anak yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh hak kehidupannya sesuai dengan usia.

Anak-anak korban bencana merupakan kelompok yang menjadi prioritas penanganan khusus karena mereka adalah kelompok rentan. Negara telah membuat regulasi khusus tentang anak dan bencana. Artinya negara telah memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan usia dan permasalahan bencana yang mereka alami.

Yang menjadi kendala adalah saat bencana terjadi, negara tidak langsung berada di tempat untuk memberikan pertolongan pertama bagi si anak. Harapannya adalah pertolongan pertama tersebut dilakukan oleh orang tua atau keluarga bahkan lingkungan terdekatnya. Tetapi situasi chaos yang tercipta paska bencana menjadikan anak tidak terpenuhi hak dan kebutuhan dasarnya untuk beberapa waktu.

Saya teringat bencana besar yang terjadi 17 tahun silam. Desember 2004 merupakan sejarah bagi Tanah Rencong, ujung barat Indonesia. Peristiwa bessar yang meninggalkan jejak memori dalam sikap dan perilaku. Begitu banyak anak-anak yang terpisah dari orang tua dan keluarganya akibat gempa dan tsunami. Dan ribuan orang tua yang kehilangan anak-anak mereka.

***

Korban gempa dan tsunami Aceh mencapai ratusan ribu orang. Menghilangkan segalanya dan menyisakan kenangan. Saat itu saya berkesempatan bekerja di salah satu INGO  yang concern  pada perlindungan anak. Tugas utama saya adalah melakukan assessment anak-anak yang menjadikorban bencana dan fokus pada kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan anak.

Baca Juga  Lima Pesan Pengasuhan dari Drama Korea The World of Married

Kami mendata anak-anak yang kehilangan keluarga intinya dan menelusuri keluarga lainnya untuk memberikan pengasuhan alternatif. Tidak sulit menemukan keluarga besar dari si anak. Karena budaya kekeluargaan di Aceh masih dalam lingkup keluarga besar dan biasanya bertempat tinggal dalam wilayah yang berdekatan.

Namun ada beberapa kasus anak yang terpisah dari keluarganya dan tidak bertemu dengan keluarga besarnya. Biasanya anak-anak ini masih kecil, berumur di bawah lima tahun,  dan belum bisa mengenalkan diri sendiri kepada orang dewasa di sekitarnya. Pengasuh sementara anak-anak seperti ini tetap melakukan pengidentifikasian kepada anak-anak beserta , sambil mencari keluarga yang berhubungan si anak.

Dalam proses pencarian keluarga besar, kami harus bekerja sama dengan pihak lainnya, seperti INGO dan pemerintah yang berkaitan dengan perlindungan anak. Crosscheck data merupakan hal yang wajib dilakukan. Bukan tidak mungkin sebuah lembaga menemukan si anak, dan lembaga lainnya menemukan orang tuanya.

***

Bahkan kami juga harus keluar kota bahkan ke luar provinsi  untuk memastikan bahwa keluarga yang ditelusuri benar merupakan keluarga si anak. Peristiwa reunifikasi anak dan orang tuanya adalah momen yang sangat mengharukan dan sangat diharapkan banyak pihak. Banyak lembaga yang bekerja khusus perlindungan anak, kami tetap saling berhubungan jika ada tanda-tanda reunifikasi yang akan terjadi. Momen reunifikasi  yang paling saya ingat adalah serita tentang Aput (nama samaran). Seorang anak berusia 4 (empat ) tahun, hanya mengenal namanya sendiri. Aput tidak mengenal nama orang tuanya dan alamat rumahnya dulu.

Hasil assesment sementara tidak ada yang mengaku mengenal anak tersebut dan tidak ada yang mengenal keluarganya juga. Sehingga pada saat tersebut salah satu pimpinan BUMN yang berkantor cabang di Aceh membawa Aput terbang ke Medan karena keluarga pimpinan tersebut mengungsi ke Medan.

Baca Juga  Menjadi Pasangan Seorang Ahli Gizi

Setelah melalui serangkaian proses pencarian keluarganya, diketahuilah keberadaan orang tua kandungnya yang masih hidup. Dan dengan melibatkan semua pihak serta pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial proses reunifikasi dilakukan. Namun peristiwa haru terjadi ketika si anak tidak mengingat lagi orang tuanya.

Orang tuanya dapat membuktikan bahwa Aput merupakan anak kandungnya dengan menyebutkan bukti tanda lahir secara tepat. Dan pada akhirnya Aput kembali kepada orang tuanya, sedangkan orang tua sementaranya dengan sedih melepaskan Aput kembali. Peristiwa reunifikasi ini sangat berbekas dan selalu menjadi cerita dalam pertemuan-pertemuan reuni teman seperjuangan dulu. Dari peristiwa tersebut kami banyak belajar bahwa bagaimanapun kondisi si anak, perlindungan bagi seorang anak adalah kewajiban orang dewasa di sekitarnya.

***

Seperti kasus Aput, bencana yang memisahkan Aput dengan orang tua kandung membuat pimpinan BUMN tersebut berinisiatif untuk mengajak Aput ikut bersamanya. Bapak pimpinan BUMN ini merasa bahwa beliau juga mempunyai peran untuk memberikan hak kepada Aput; hak tumbuh kembangnya tercerabut akibat bencana. Harapannya adalah dengan mengajak tinggal dalam lingkungan keluarganya maka kebutuhan hak Aput akan terpenuhi. Namun kasus Aput hanyalah satu kasus istimewa yang langsung berada di tangan yang tepat dan manusiawi.

Banyak kasus anak lainnya, bukannya menolong si anak, malahan si orang dewasa mencabut si anak dari lingkungan yang aman.  Aput adalah salah satu anak yang mendapatkan pertolongan pertama akibat bencana dari tangan yang tepat. 

Seiring berjalannya waktu, masih banyak anak-anak korban bencana yang harus diurus oleh negara. Anak-anak ini tinggal dan tumbuh dalam lingkungan asrama (baca panti). Pemenuhan kebutuhan dan hak dasar untuk hidup, dan hak tumbuh kembang dapat dipenuhi oleh negara. Tetapi kebutuhan atau hak berpartisipasi dan mendapatkan perlakuan yang sama agak sulit mereka dapatkan dalam asuhan alternatif seperti asrama.

Baca Juga  Kopi Paling Nikmat
***

Saya pernah melihat sendiri pengasuh asrama berusaha untuk memberikan perlakuan yang sama untuk setiap anak-anak dalam panti. Namun saat anak-anak beraktifitas di luar panti seperti di sekolah, anak-anak panti akan mendapatkan perlakuan yang berbeda. Baik dari teman sebayanya atau orang dewasa disekitarnya. Paska bencana merupakan situasi sulit bagi semua orang. Jangankan bagi anak-anak yang membutuhkan perlindungan dan perlakuan khusus, orang dewasa juga dapat mengalami tekanan hidup yang sama besarnya.

Bencana tsunami Aceh, meletusnya gunung berapi seperti Gunung Merapi dan Gunung Semeru, korban bencana mengalami kehilangan harta dan tempat tinggal. Mereka harus beradaptasi di tempat tinggal baru yang tidak dapat memenuhi kebutusan dasar mereka. Hal ini akan mengurangi rasa sosial yang seharusnya anak-anak peroleh khususnya yang juga telah kehilangan orang tua. Negara hanya bisa memberikan kebutuhan dasarnya, namun kebutuhan lainnya merupakan tugas kita sebagai masyarakat di sekitar korban bencana ini. Tetapi hal ini sering terlupakan.

Bagikan
Post a Comment