f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
nikah muda

Dilema Nikah Muda, Akankah Bahagia?

Setiap pasangan pasti mendambakan suatu pernikahan yang di dalamnya terjalin ikatan suci yang diikrarkan sehidup semati. Bagi setiap pasangan, pernikahan adalah pembuktian dalam keseriusan suatu hubungan. Pernikahan juga bentuk suatu penegasan dalam hubungan yang belum jelas arah tujuan. Dengan pernikahan berarti suatu pasangan dapat memulai hidup baru dengan tujuan yang sama. Meskipun saya pribadi belum pernah merasakan apa itu esensi dari pernikahan, tetapi saya bisa melihat bagaimana terjal ombak pernikahan yang dihadapi orang tua saya.

Setelah menikah nanti, tidak hanya kebahagiaan yang akan dirasa tetapi pertikaian antara suami istri pasti akan selalu ada. Saya pernah menonton film Indonesia yang berjudul Teman Tapi Menikah Season 2; dalam film tersebut dikisahkan tentang persahabatan yang berlanjut ke pelaminan. Kisah dari film tersebut diambil dari kisah nyata pasangan Ayudia Bing Slamet dan suaminya yaitu Muhammad Pradana Budiarto atau yang lebih akrab dipanggil Dito.

Mereka berdua memang teman akrab sejak duduk di bangku SMP. Hari-harinya dilalui bersama sebagai sahabat dan siapa sangka hubungan persahabatan itu berlanjut ke pelaminan. Baru menikah 2 bulan mereka sudah diberi titipan oleh Tuhan. Ayudia yang belum siap menjadi seorang ibu mengalami depresi dan kesehariannya diisi pertikaian di antara mereka.

Sudah jelas tergambarkan, pernikahan tidak melulu membahas kebahagiaan dan berjanji untuk menghabiskan waktu tua bersama-sama. Setiap pasangan harus benar-benar memahami perasaan satu sama lain dan setiap masalah pun pasti ada jalan keluar, semua tidak harus diselesaikan dengan cara bertengkar.

Usia Siap Menikah

Menurut UU  Nomor 16 Tahun 2019 mengenai batas usia menikah untuk seorang perempuan, usia minimal menikahnya 19 tahun begitu pula dengan usia minimal untuk seorang pria yaitu 19 tahun. Namun UU Pernikahan tetap mengatur izin pernikahan untuk anak yang dibawah usia 19 tahun dengan syarat kedua orang tua calon harus meminta dispensasi ke pengadilan. Maka dari itu, tidak heran jika banyak ditemukan pasangan muda di Indonesia. Usia baru kepala dua tapi sudah menggandeng 2 anak bahkan lebih, sungguh miris jika diperhatikan.

Baca Juga  Salahkah Perempuan yang “Telat” Menikah ?

Pasalnya banyak remaja lulusan SMA yang sudah menikah, tetapi gaji pekerjaannya belum sepadan dengan tanggung jawabnya. Apabila ditanya mengapa menikah muda, setiap pasangan pasti memiliki alasan. Ada yang karena takut jika pasangannya diambil oleh orang lain, kalau tidak karena sudah merasa nyaman dengan satu sama lain, akhirnya memutuskan segera menikah. Ada juga yang menikah muda karena kebablasen atau melebihi batas; maksudnya terjadi hal yang tidak diharapkan misalnya hamil di luar nikah.

Pro dan Kontra Nikah Muda

Di kalangan masyarakat, nikah muda selalu menuai pro dan kontra. Beberapa orang menganggap menikah di usia muda juga memiliki keuntungan, mengapa demikian? Karena apabila pada usia muda mereka sudah menikah dan memiliki momongan, maka membesarkan anak pun juga tidak susah. Masih ada tenaga, waktu dan pikiran yang mampu diandalkan untuk membesarkan buah hati mereka.

Dengan nikah muda , jika salah satu pasangan memiliki masalah pribadi, maka akan lebih mudah menyelesaikannya karena ada teman hidup yang membantunya. Merencanakan masa depan pun juga akan terasa lebih menyenangkan karena bersama-sama bertekad untuk mewujudkan mimpi bersama di masa depan. 

Hal yang disebutkan tadi masih menggambarkan kesenangan dalam menjalin pernikahan muda. Tidak sedikit juga masyarakat yang merasa pernikahan dini itu kurang baik dan terkesan buru-buru. Saya pernah bertanya kepada ibu saya, bagaimana jikalau nanti saya menikah di usia 22 tahun. Sontak beliau menjawab; “Jangan terburu-buru dik, menikah bukanlah perkara yang mudah, meskipun kalian saling mencintai, menikah tidak selalu dihiasi kebahagiaan tapi tetap juga ada halangan.”

Saya pribadi juga merasa belum siap jika nikah muda. Pasalnya saya masih ingin menjelajahi dunia luar dan mengembangkan bakat saya. Selain itu, setelah menikah kita tidak bisa menikmati masa muda dengan leluasa; karena nantinya segala waktu dan pikiran harus kita fokuskan kepada keluarga.

Baca Juga  Pentingnya Character Building Anak Sejak Dini
Persiapan Mental dan Psikologis

Kondisi mental dan psikologis juga harus diperhatikan, karena setelah menikah tanggung jawab tidak hanya pada diri sendiri namun juga terhadap pasangan. Ke depannya kita akan dihadapkan oleh berbagai masalah dari diri sendiri ataupun dari pasangan; dan sesekali kita akan terjebak di dalam situasi. Pada kondisi seperti ini kerap kali terjadi konflik dan pertikaian yang membuat keadaan rumah tangga menjadi tidak stabil dan terancam perceraian.

Hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya pendidikan karakter untuk generasi milenial saat ini, tanpa adanya penguatan karakter bagi remaja membuat mereka tidak memiliki pemikiran yang dewasa dan gegabah untuk memutuskan sesuatu yang berakibat fatal. Dengan demikian, membuat keputusan menikah di usia muda membutuhkan pertimbangan yang matang, jangan sampai kita menyesal di masa mendatang.

Tetapi jujur dari saya pribadi, jika melihat pasangan muda yang telah menikah dan membagikan kegiatan kesehariannya di jejaring media sosial yang kata remaja saat ini fenomena keuwuan, membuat saya juga ingin merasakan hal yang demikian. Berlibur, memasak dan juga kesehariannya dilalui bersama-sama dengan suami, namun saya sadar hal itu hanyalah hasrat sementara.

***

Jika ditinjau lebih dalam, banyak sekali risiko yang akan dihadapi ketika membangun bahtera rumah tangga di usia muda. Namun semua keputusan kembali lagi pada masyarakat, apakah menikah muda merupakan keputusan yang tepat atau hanya menambah masalah yang menjerat. Pada akhirnya semua tergantung pada kesiapan masing-masing. Sebenarnya dalam membangun rumah tangga tidak ada patokan di usia berapa dan berapa lama kita menjalin hubungan untuk menentukan kesiapan berumah tangga.

Entah di usia belasan atau puluhan, jika suatu pasangan sudah siap secara lahir dan batin juga secara finansial maka juga harus mempertimbangankan matang-matang semua manfaat dan risikonya. Rahmania, pertimbangkan apakah kita benar-benar sudah siap atau hanya malu dan berusaha menghindar dari pertanyaan orang  mengenai “Kapan Menikah?”.

Bagikan
Post a Comment