f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
fitnah

Dahsyat dan Kejamnya Fitnah di Zaman Now

Di zaman berkembangnya teknologi seperti sekarang ini, yang bahkan telah memasuki zaman 5.0; di mana batasan informasi seakan menghilang dan aksesnya bisa memasuki wilayah mana pun di seluruh dunia. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor yang menjadikan suatu berita dari seluruh dunia layaknya arus deras yang mampu menembus dan menghantam apapun di setiap sudut lautan.

Keberadaan teknologi yang mampu memudahkan segala aspek kehidupan, tentu saja tidak terlepas dari problematika yang cukup serius. Salah satu fenomena atau problematika di zaman now, seiring dengan semakin cangihnya teknologi informasi adalah semakin mudahnya fitnah maupun hoaks tersebar di kalangan masyarakat.

Sebenarnya fitnah atau berita bohong ini telah ada bahkan sejak Nabi Muhammad Saw. masih hidup atau tepatnya 1400 tahun yang lalu. Bukti nyata kedahsyatan fitnah di zaman Nabi ini tertulis jelas di dalam Surah An-Nur ayat 11-15; yang satu halaman penuh menjelaskan betapa bahayanya berita bohong atau fitnah itu.

إِنَّ ٱلَّذِينَ جَآءُو بِٱلْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَّكُم ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ لِكُلِّ ٱمْرِئٍ مِّنْهُم مَّا ٱكْتَسَبَ مِنَ ٱلْإِثْمِ ۚ وَٱلَّذِى تَوَلَّىٰ كِبْرَهُۥ مِنْهُمْ لَهُۥ عَذَابٌ عَظِيمٌ

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.” (QS. An-Nur 24:11)

Turunnya ayat di atas berkaitan dengan peristiwa Aisyah RA. Istri Rasulullah Saw. yang kala itu tertinggal dari rombongan dan akhirnya pulang bersama salah satu pemuda saleh dan tampan dari Madinah bernama Sofwan bin Mu’atal.

Baca Juga  Seri Belajar dari Tokoh Filsafat: Filter Diri ala Socrates
Fitnah atas Siti Aisyah RA.

Kala itu, di gerbang Kota Madinah di waktu yang bersamaan terdapat beberapa orang munafik dan orang Yahudi yang tengah “nongkrong” santai di sana; karena kebiasaan mereka adalah memang ingin meng-update berita-berita terbaru. Hingga akhirnya mereka melihat Sofwan yang tengah berjalan di depan Aisyah yang tengah menaiki unta; karena tadi Aisyah tertinggal dari rombongan. Melihat hal tersebut, Sofwan sudah was-was atau khawatir karena melihat golongan orang Yahudi yang berada di depan Kota Madinah itu; yang tentu saja ia berpikir bahwa mereka akan berulah yang macam-macam. Orang-orang Yahudi yang sebenarnya melihat hal tersebut pun malah berpura-pura seolah mereka tidak melihatnya; dan setelah Aisyah dan Sofwan pergi cukup jauh mereka mulai membiacarakan hal tersebut. Sampai munculah topik yang mereka buat “Aisyah dan Sofwan pulang bersama”.

Memang topiknya tidak salah bukan, Aisyah dan Sofwan pulang bersama. Tapi yang menjadi permasalahnnya adalah orang yang menerima berita tersebut; yang memunculkan berbagai spekulasi sampai topik tersebut berkembang dan jauh berbeda dari topik awal yang dibuat oleh orang-orang munafik dan orang Yahudi tersebut. Spekulasi orang dengan topik awal tersebut pasti menjurus pada perselingkuhan bukan? Dan ramailah berita ini di seluruh Kota Madinah. Yang membuat topik tersebut memang orag Yahudi, tetapi yang menyebarkan berita tersebut adalah orang mukmin sendiri. Hal ini tertulis jelas dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga.”

Fenomena Hoaks di Tengah Masyarakat

Dari hal tersebut, kita bisa mengetahui bawasannya pemicu atau penyebab berita bohong atau hoaks itu semakin banyak dan seakan tidak ada habisnya karena secara tidak langsung ketika masyarakat menemukan suatu berita yang belum jelas kebenarannya di media sosial malah langsung disebarkan, dikomentari, atau bahkan dilike. Bisa kita lihat saat ini, ketika muncul berita kontroversial yang belum jelas kebenarannya dan berita itu; semakin banyak pula yang mengomentari maka berita itu tidak ada akan habisnya karena terus-menerus diulas dan dikomentari.

Baca Juga  Internet of Things konsep pengganti Peran Pendidik!?

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ اَنَّ رَسُولَ اللّهِ صلى الله عليه وسلم قاَلَ : إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ (رواه مسلم)

“Dari Abu Huraiah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan sebuah kalimat dimana ia tidak memperdulikan kebenarannya, menyebabkan ia dilemparkan ke dalam neraka, kedalamnya lebih jauh dari jarak antara timur dan barat.”(HR. Muslim)

Berdasarkan Hadis di atas, kita dapat mengambil poin penting dari kata “diam” itu sendiri yang di zaman ini memang benar-benar dibutuhkan. Ketika zaman dahulu belum ada ponsel dan teknologi komunikasi canggih lainnya; sehingga perumpamaannya adalah lisan atau ucapan yang sesuai Hadis di atas yang harus benar-benar benar adanya. Tetapi bila kita lihat saat ini tentu saja berbeda dalam hal medianya; yang mana saat ini dalam mengirimkan pesan cukup menggunakan ponsel dan ketikan jari kita. Oleh karena itu, ketika menerima atau mendapati suatu berita yang belum jelas kebenarannya; maka tidak perlu dan tidak usah berkomentar apapun bahkan menyebarkannya. Karena berita yang seperti itu, jika semakin kita ungkit dan komentari maka akan semakin naik pula ke permukaan dan tidak ada habisnya.

Pentingnya Menjaga Lisan dan Jari

 “Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” (QS. An-Nur 24 : 12)

“Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.” (QS. An-Nur 24 : 15)

Baca Juga  Potret Perempuan dalam Ruang Politik

Kedua ayat di atas telah menerangkan sejelas-jelasnya, bagaimana cara menyikapi suatu berita buruk itu dan kedudukan fitnah atau berita bohong di sisi Allah itu bagaimana. Berusaha untuk positive thingking akan sesuatu jika mendapati suatu berita buruk yang belum dapat kita pastikan kebenarannya seperti apa. “Jika aku tidak mungkin melakukannya, maka dia pun juga tidak mungkin melakukannya.”

Berita bohong atau fitnah memang jika kita lihat, termasuk perkara yang ringan karena hanya perantara mulut ke mulut, atau hanya sekali tekan berita itu langsung tersebar di media sosial; tetapi sesungguhnya berita bohong itu عَظِيمٌ di sisi Allah, termasuk ke dalam perkara atau dosa di sisi Allah.

Be a human being who thinks before he acts, thinks before he speaks, and thinks before accepting something that is not clear.

Bagikan
Post a Comment