f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
pelecehan seksual pada anak

Ancaman Pelecehan Seksual pada Anak

Pelecehan seksual pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang keberadaannya bagai fenomena gunung es. Di mana banyak terjadi namun sedikit yang mencuat ke permukaan. Kendati demikian, berita tentang pelecehan seksual pada anak semakin ramai menjadi perbincangan yang sangat serius baik di dunia nyata maupun dunia maya. Tidak tanggung-tangung, pelecehan seksual pada anak juga terjadi di lembaga-lembaga yang notabene mengatasnamakan diri sebagai lembaga sosial maupun keagamaan. Memang mengerikan tapi ini adalah faktanya.

Sekitar 1 dari setiap 4 anak perempuan dan 1 dari setiap 13 anak laki-laki di AS mengalami pelecehan seksual pada suatu waktu di masa kecil mereka. Di Indonesia tak kalah mengejutkan, menurut data dari Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan Anak (KemenPPPA), ada 797 anak menjadi korban pelecehan seksual di sepanjang Januari 2022. Angka ini setara dengan 9,13 persen dari total korban pelecehan seksual yang terjadi di sepanjang tahun 2021. Sebagian besar pelaku pelecehan seksual tersebut adalah seseorang yang akrab dengan anak atau orang terdekatnya.

Gangguan emosional dan fisik setelah pelecehan seksual pada anak dapat menghancurkannya. Tidak hanya untuk jangka panjang tapi juga dalam jangka pendek. Kehancuran itu bisa saja terjadi pada masa itu juga, namun tidak sedikit yang mengkacaukan masa depannya di kemudian hari. Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dan memiliki pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan (adverse childhood experiences) lainnya seperti kekerasan fisik atau penelantaran, memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami depresi, gangguan stres pasca trauma, kecanduan narkoba, dan perilaku bunuh diri di kemudian hari.

Para korban itu juga memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami gangguan fisik seperti penyakit jantung di kemudian hari. Inilah alasan, mengapa sangat penting untuk mengidentifikasinya sesegera mungkin, untuk kemudian mencari bantuan bagi mereka, dan fokus untuk mencegah kehancuran mereka di masa depan.

Baca Juga  Tiga Anak Saya Diperkosa, Saya Lapor ke Polisi. Polisi Menghentikan Penyelidikan.
Siapa Saja Bisa Menjadi Pelaku, Bahkan Orang Terdekat

Pelecehan seksual pada anak juga sering terjadi di dalam keluarga, oleh orang tua, orang tua tiri, saudara kandung atau kerabat lainnya. Pelecehan seksual pada anak juga terjadi di luar rumah, misalnya oleh teman, tetangga, pengasuh anak, guru, atau orang asing. Bahkan masih segar dalam ingatan kita, pelecehan seksual pada anak dilakukan oleh para pemuka agama. Entah saat pelayanan di gereja, pesantren, atau di asrama-asrama penitipan anak. Ketika pelecehan seksual terjadi, anak akan memiliki banyak perasaan yang campur aduk, pikiran kacau, dan perilaku asing yang cenderung menyusahkan.

Anak-anak korban pelecehan mungkin mendapatkan ancaman dari pelaku dan takut untuk memberitahu orang lain, terutama jika pelaku adalah seseorang yang mereka kenal baik. Tidak ada anak yang siap menghadapi rasa sakit dan ketakutan yang berulang-ulang akan pelecehan seksual. Di mana pun tempatnya dan berapapun usianya. Bahkan seorang anak balita yang tidak dapat memahami aktivitas seksual, tetap saja meraka akan menderita secara fisik dan emosional.

Bahkan jika pelaku adalah seseorang yang dikenal dan merawatnya, seorang anak kecil menjadi terjebak antara kasih sayang atau kesetiaan untuk orang tersebut. Namun ia pasti merasakan rasa sakit, ketakutan, dan pengkhianatan.

Jika anak mencoba melepaskan diri dari hubungan seksual tersebut, pelaku dapat mengancam anak dengan kekerasan atau kehilangan cinta. Ketika pelecehan seksual terjadi di dalam keluarga, anak mungkin takut akan kemarahan si pelaku, kecemburuan orang lain, atau rasa malu jika diketahui anggota keluarga lainnya. Bahkan anak mungkin memiliki rasa takut timbulnya perpecahan dalam keluarga jika rahasianya bocor.

Dampak bagi Tumbuh Kembang Anak

Semakin lama pelecehan seksual pada anak terjadi, maka akan semakin berdampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan emosional dan fisik anak. Anak-anak korban pelecehan seksual dalam jangka waktu yang lama sering kali mengalami rasa rendah diri, perasaan tidak berharga, dan memiliki pandangan yang tidak normal tentang seks. Anak menjadi menarik diri dan tidak percaya pada orang dewasa, depresi, dengan sengaja menyakiti diri sendiri, dan/atau malah bunuh diri.

Baca Juga  Kekerasan Seksual (kembali) Jadi Cambuk Untuk IMM

Beberapa anak yang mengalami pelecehan seksual menunjukkan perilaku seksual yang tidak sesuai dengan usia mereka. Mereka memiliki kemungkinan untuk mencoba menekan saudara kandung atau teman sebayanya untuk melakukan perilaku seksual. Beberapa anak yang mengalami pelecehan seksual di kemudian hari cenderung akan menjadi pelaku kekerasan anak sendiri saat mereka mencapai usia dewasa. Bahkan mungkin akan beralih ke prostitusi saat usia mulai menginjak remaja.

Seringkali tidak ada tanda-tanda eksternal yang terlihat jelas dari tindakan pelecehan seksual terhadap anak. Beberapa tanda hanya dapat terdeteksi dengan pemeriksaan fisik oleh dokter. Meskipun demikian, kita dapat menaruh curiga atau setidaknya waspada terhadap masalah baru atau prilaku tidak biasa yang muncul pada anak-anak.

Biasanya anak-anak yang mengalami pelecehan seksual dapat mengalami hal-hal berikut:

  • Minat yang tidak biasa atau menghindari semua hal yang berbau seksual
  • Masalah tidur atau mimpi buruk
  • Depresi atau penarikan diri dari teman atau keluarga
  • Pernyataan bahwa tubuh mereka kotor atau rusak, atau takut ada yang salah dengan area genital mereka
  • Tidak mau sekolah
  • Fokus dan konsentrasi yang buruk di sekolah
  • Kenakalan untuk menutupi kekacauan pikiran dan perasaannya
  • Aspek pelecehan seksual dalam gambar, permainan, dan atau fantasi mereka
  • Agresivitas yang tidak biasa,
  • Menyakiti diri sendiri dan atau perilaku bunuh diri
Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?

Pelaku pelecehan seksual anak sering mengancam akan menyakiti anak jika mereka memberitahu siapa pun tentang kondisi yang dialaminya. Hal itulah yang membuat korban menjadi takut untuk membicarakannya kepada orang lain. Jika seorang anak korban pelecehan seksual mampu menyampaikan kondisinya dengan memberi tahu orang lain, misalnya guru, teman sebaya, orang tua atau pengasuh, maka orang-orang ini harus berusaha untuk tetap tenang dan meyakinkan anak bahwa apa yang terjadi bukanlah kesalahannya. Selain itu, orang-orang itu harus menjaga informasi tersebut dengan cara tidak sembarangan menceritakan pada orang lain secara bebas dan vulgar. Anak juga harus diyakinkan akan hal ini. Orang tua harus segera mencari pemeriksaan medis dan konsultasi psikiatri secepat mungkin.

Baca Juga  Tidak Semudah Itu Melepas Belenggu Abusive Relationship

Orang tua dapat mencegah atau mengurangi kemungkinan pelecehan seksual dengan:

  • Mengajari anak-anak untuk berkata “TIDAK” ketika ada seseorang mencoba menyentuh tubuh (khususnya bagian tubuh yang tertutup baju dalam) dan melakukan hal-hal yang membuat anak merasa lucu, geli, dan atau risih. Katakan bahwa anak harus berkata “TIDAK atau “JANGAN” kepada orang itu dan minta anak agar segera memberitahu orang tua.
  • Mengajari anak-anak bahwa rasa hormat tidak berarti kepatuhan buta terhadap orang dewasa dan otoritas. Misalnya, jangan menyuruh anak untuk selalu melakukan semua yang diperintahkan guru atau babysitter.

Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual membutuhkan evaluasi dan perawatan professional, termasuk keluarga mereka sesegera mungkin. Psikiater anak dan remaja dapat membantu korban mendapatkan kembali harga diri dan rasa percaya dirinya, mengatasi perasaan bersalah tentang pelecehan tersebut, dan dapat memulai proses untuk mengatasi traumanya. Terapi perilaku-kognitif untuk anak-anak dan orang tua dapat membantu mereka menghadapi dampak buruk dari pelecehan seksual. Perawatan tersebut dapat membantu mengurangi dampak emosional langsung dari pelecehan pada anak-anak dan keluarga, dan mengurangi keparahan masalah yang mungkin akan dihadapi di masa depan.

Editor: Imam Basthomi

Bagikan
Post a Comment