f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
leukemia

Aku Sakit Leukemia, Aku Ingin Mati Saja

Aku adalah seorang dokter umum, yang sedang melanjutkan sekolah lagi. Bulan ini aku bertugas di bangsal perawatan A1 bagian penyakit dalam di RSUP Dr. Sardjito, Sleman, Yogyakarta. Tugasku sebagai seorang dokter residen ilmu penyakit dalam (calon dokter spesialis) semester 2, adalah melakukan visite pasien yang sedang dirawat di bangsal ini. Ada 7 pasien yang harus kuvisite setiap hari, memfollow up kondisi kesehatan mereka, melakukan perawatan, pemeriksaan fisik, laboratorium, pencitraan radiologi, dll. Di sini aku bertugas bersama 5 orang dokter residen lainnya, di mana kami bersama-sama menangani 40 orang pasien yang dirawat di bangsal ini.

Pak Amin; Pasien Leukemia

 Pagi ini ada seorang pasien pria, umur 38 tahun, yang datang dengan kondisi lemas dan pucat. Dari hasil pemeriksaan sel darah ditemukan bahwa sel darah putihnya mencapai 150.000 sel/mcL. Angka ini jauh di atas nilai normal yaitu 4.000-11.000/mcL. Sel darah merahnya atau kadar hemoglobin hanya 5 g/dL, artinya jauh di bawah batas normal untuk seorang lelaki dewasa yakni 14-18 g/dL. Angka trombosit atau keping darahnya pun hanya 50.000/mcL, jauh di bawah nilai normal yakni antara 150.000-450.000/mcL. Akibatnya adalah kondisi badan yang lemah dan pucat.

Saat aku follow up, kusapa ramah dan menanyakan gimana keadaannya hari ini. Beliau menjawab bahwa kondisinya masih lemah sekali. Kemudian sesuai planning kerja hari ini adalah beliau mendapatkan transfusi sel darah merah sebanyak 4 kantung darah, yang dimasukkan sehari satu kantung darah untuk menaikkan kadar hemoglobin. Selain itu pasien juga dilakukan pemeriksaan ultrasonografi perut, ronsen dada dan pemeriksaan biopsi sumsum tulang.

Saat siang hari, setelah visite bersama dokter residen senior, aku kembali ke pasien dan menyampaikan penjelasan tentang penyakit yang dideritanya. Kutanyakan bagaimana awal mulanya dia menderita penyakit kanker sel darah putih ini atau leukemia akut (Acute Myeloblastic Leukemia). Pak Amin menceritakan bahwa awalnya beliau bekerja sebagai seorang driver di kota Jeddah, King Saudi Arabia.

Baca Juga  Postfeminisme: Harapan Baru Perjuangan Perempuan Indonesia

Setelah selama 2 tahun bekerja, pak Amin sempat dirawat di rumah sakit di sana dan dikatakan bahwa penyakitnya adalah kanker sel darah putih atau leukemia. Beliau juga mendapatkan transfusi darah 4 kantong. Oleh majikannya, beliau dikirim pulang ke Indonesia untuk menjalani pengobatan di sini. Pak Amin memiliki seorang istri dan 2 orang anak yang masih kecil. Istri beliau tidak bekerja.

***

“Dok, boleh tanya soal penyakitku?” tanyanya.

“Boleh”, jawabku singkat.

Sambil menarik nafas dalam, beliau bertanya, ”Kira-kira kapan aku mati? Karena aku tahu bahwa penyakit ini ganas dan tidak bisa sembuh?”

Akupun menghela nafas panjang, lalu kutanya balik, “Bapak ingin aku menjawab jujur atau menjawab sesuatu yang melegakan?”

Beliau terhenyak seketika dan menjawab pelan; “Aku belum siap, jangan dijawab dulu dok”.

“OK, saya akan jawab setelah bapak siap”.

Keesokan harinya, saat aku visite dan menanyakan kabarnya, beliau menyampaikan sudah agak baikan, setelah mendapatkan transfusi 2 kantong darah dan bilang kalau dia sudah siap mendengar jawabanku.

“Aku akan jawab setelah laporan jaga dengan dokter seniorku dan visite pasien di seluruh bangsal perawatan ini.”

Pukul 11.00 WIB aku kembali menemui Pak Amin dan berbincang. Kutanyakan apakah ingin jawaban jujur dariku. Dijawabnya bahwa dia ingin aku menjawab jujur saja, walaupun itu mengerikan atau menyakitkan.

“Dari pengalaman kami dan dari literatur yang ada, kemungkinan hidup pasien leukemia akut adalah 3-6 bulan sejak terdiagnosis, bahkan bisa lebih cepat lagi dari itu.”

“Dokter Andin, aku ingin mati saja. Aku ingin bunuh diri,” matanya berkaca-kaca dan bulir air bening mengalir di pipinya.

“Apakah sudah siap menghuni neraka jika bapak bunuh diri? Apakah akan bahagia di akhirat nanti? Rugi dong, kalau sudah dikasih sakit dan menderita karena sakitnya, masih harus disiksa lagi di akhirat? Yang jelas, mati bunuh diri adalah akhir yang jelek atau su’ul khotimah. Jangan lakukan itu.” 

Baca Juga  Pengendalian Diri sebagai Bentuk Komunikasi dari Hati ke Hati

“Bapak adalah orang terpilih yang diberikan penyakit ini. Sakit adalah ujian, juga ampunan dan rahmat dari Allah, jika kita ikhlas menerimanya. Tidak semua orang tahu kapan dia akan mati. Tapi bapak tahu, bahwa saatnya sudah dekat. Dan bisa bersiap menghadapi kematian dengan cara sebaik-baiknya. Bapak bisa wafat dengan husnul khotimah.” Aku sampaikan kabar buruk ini dengan sebaik-baiknya.

“Apa yang harus aku lakukan untuk mempersiapkan saat itu dok?” tanyanya lagi, masih menangis.

“Bapak bisa berkumpul dengan keluarga, lakukan banyak hal yang akan dikenang oleh istri dan anak-anak dan keluarga. Perbanyak sholat sunat, baca alQuran,  kumpul keluarga, pengajian dengan anak yatim, mintakan doa kesembuhan dari mereka, apa saja kebaikan bisa dilakukan.”

“Ok terima kasih.“

***

Setelah dirawat selama 5 hari,  beliau diperbolehkan pulang. Selanjutnya, aku menjalankan tugas dan kewajiban seperti biasanya. Tiga pekan kemudian, aku kembali merawat Pak Amin yang datang dengan keluhan yang sama. Bahkan hemoglobinnya sudah turun lagi dan harus menjalani transfusi darah kembali.

Pada mondok kali kedua ini, beliau lebih relaks menghadapi penyakitnya dan sudah bisa tersenyum. Beliau bisa menceritakan tentang keluarganya yang sudah diberi tahu tentang penyakitnya, mereka ikut menghibur dan membesarkan hatinya. Beliau juga banyak berkumpul dengan keluarga dan membuat momen-momen indah untuk dikenang mereka semua. Setelah mendapatkan transfusi darah lagi sebanyak 5 kantong, beliau diperbolehkan pulang.

Tiga minggu berikutnya, beliau mondok lagi dengan kondisi lebih lemah lagi, sangat pucat. Kembali Pak Amin mendapatkan transfusi darah sebanyak 5 kantong. Karena lemahnya, untuk berbicarapun sangatlah pelan. Kembali aku yang ditugaskan untuk merawat beliau di opname kali ini. Pak Amin memanggilku pelan, “Dok..”

Baca Juga  Komdis itu Menghapus Jiwa Individualis

“Ya Pak Amin, ada yang bisa saya bantu?” jawabku sambil memeriksa kondisinya.

“Saya sangat berterima kasih sama dokter.” Katanya pelan.

“Hm, terima kasih untuk apa ya Pak. Memang sudah menjadi tugas saya untuk merawat Bapak dengan sebaik-baiknya.” Jawabku.

“Saya berterima kasih, karena dokter Andin sudah menyampaikan bahwa saya akan segera mati. Sehingga saya bisa mempersiapkan sebaik-baiknya untuk menghadap Ilahi. Doakan saya husnul khotimah ya dok” katanya sambil menatap lekat mataku dengan mata yang basah.

Akupun termangu dan hanya menjawab semoga beliau dikarunia akhir yang baik atau husnul khotimah. Selanjutnya beliau diperkenankan pulang dan itulah kali terakhir aku bertemu beliau. Sudah tidak ada kabar lagi beliau mondok, artinya kemungkinan Allah sudah memanggil  hambaNya Pak Amin.

Aku banyak mengambil pelajaran di sini. Bahwa ajal itu pasti adanya dan kita semua harus bersiap. Belum pernah aku diterimakasihi pasien, karena aku  menyampaikan kabar buruk tentang umur mereka yang akan pendek, prognosis penyakitnya yang jelek dan tidak mungkin sembuh. Surga untukmu pak Amin.

Bagikan
Comments
  • Tiwi

    MasyaAllah Dok..so inspiratif, cara yang belum tentu terfikir kan untuk menyampaikan kabar duka ke pasien. Solutif dan manfaat…barokallah ..

    September 5, 2021
  • Rina

    Bagus… awal yg baik…Singkat,jelas dan dapet pesan moral nya…lanjuut dokter..luup youuu…😘😘

    September 5, 2021
  • Ir. Sugiyono

    Di saat pasien putus asa/putus semangat diperlukan dokter penyemangat seperti itu. Sehingga pasien semakin / mengingat/dekat dengan Tuhannya dan melupakan penyakitnya serta merasa siap menghadapi kematiannya.

    September 5, 2021
  • Novi Johan

    smg dr. andin maksud saya dr Arlyn sll sehat, tetap amanah dlm menjalankan tugasnya, alhamdulillah bisa mencegah pasiennya bunuh diri……smg Allah menyiapkan sorga utk keikhlasan tugasmu yg mulia……..aamiin
    ditunggu kiah pengalamannya yg lain……sangat inspiratif…..

    September 5, 2021
  • Astika

    Keren Arlyn, ditunggu kisah selanjutnya…

    September 5, 2021
  • ifah

    Keren dok tulisannya 👍🏻

    September 5, 2021
  • Awaludin gunawan

    Kisah yang sangat insfirative dan sangat menyentuh hati.boleh di lanjut dok cerita lainnya.
    Artikel ny sangat bagus….

    September 5, 2021
  • Keren. Sungguh pengalaman yang sangat luar biasa. Lanjutkan dokter

    September 5, 2021
  • Rochyadi

    Subhanallah, terima kasih sy diberi kesempatan membaca kisah nyata dan sangat bermanfaat untuk kami menata kehidupan yang lebih baik dan barokah.

    September 5, 2021
  • Rutmaurer

    Bagus bgt dokter lanjut kan

    September 5, 2021
  • Nining haking

    Artikelnya bagus sekali

    September 5, 2021
  • wigati surya darmo

    Bagus ,byk kisah pasien yg bisa diambil ibrohnya

    September 5, 2021
  • Zumronah

    Semoga pak Amin mendapatkan tempat di syurga Nya Allah, aamiin..
    Nice story,

    September 5, 2021
  • Dyah Kusuma Rini

    Mantaaaap betullll……
    Barakallahu laka

    September 5, 2021
  • Syifa.syifa.syifa

    Semoga husnul khotimah.. semangat trus bu dokter kembangkan bakat menulisnya .. bener2 multi talent.. love love love bu dokter cantik dan baik..

    September 5, 2021
  • Bagus, Dok. Teruskan!

    September 6, 2021
  • Fatimah

    Barokallahu Dokter
    Lanjut terus potensinya dengan tulisan inspiratif

    September 6, 2021
  • karolina nina

    Sangat informatif & inspiratif…

    September 6, 2021
  • Arlyn Yuanita

    Terimakasih untuk semua komen🙏🙏🙏, moga ke depan bisa menulis dengan lebih baik lagi, love u all guys🥰❤️

    September 6, 2021
  • Teguh 73

    Kegemaran dr arlyn membaca menjadikan inspirasi ……lebih semangat dok bikin lagi🙏🙏

    September 7, 2021
  • Mansyur

    Alhamdulillah tabarokslloh tetap semangat arlin untuk berkarya dan membawa manfaat buat sesama

    September 7, 2021
  • Setiawati S

    Barakallahu fiik..

    Subhanallahu sangat inspiratif bisa menjadi penyemangat pasien yang lain

    September 7, 2021
  • Purwaningsih

    Luar biasa , sangat inspiratif …semangat dr. Arlyn, ditunggu tulisan berikutnya…

    September 7, 2021
  • Ita Fauzia Hanoum

    Usia manfaat barokah bu dok Arlyn … tq

    September 8, 2021
  • Siti Nur Farida

    Bagus sekali dokter semoga menjadi ilmu yang bermanfaat, banyak hikmah yang dapat kita ambil dr bacaan ini, maju terus untuk berkarya

    September 8, 2021
  • Ade Darmawan

    Inspiratif, Barakallah

    September 8, 2021
  • Al Azhar

    masyAllah tabarakAllah

    September 8, 2021
  • Pungki

    Terimakasih ilmunya dokter

    September 8, 2021
  • Dwi Susilawati

    Terima kasih mbk Arlyn, tulisan yg bisa bermanfaat utk nakes, pasien dan keluarga untuk fokus dgn hal-hal terbaik yang bisa dilakukan dalam kendali diri sepenuhnya

    September 8, 2021
  • Edy Nuryanto

    Menjadikan isnpirasi. mari kita yg masih dikasih sisa umur untuk lebih banyak beribadah.

    September 8, 2021
  • Lilik

    inspiratif.dr Arlyn👍

    September 10, 2021
  • Siti Hasanah

    Ceritanya membuatku tersadar betapa kemewahan dunia tiada arti dan yang lebih berarti adalah selalu dekat dan bersyukur kepada Allah SWT

    September 22, 2021
Post a Comment