f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
temanmu

Temanmu adalah Cerminan Dirimu

Banyak orang ataupun teman dekat di sekitar selalu mengeluh tentang keadaan dirinya, seperti aku beginilah, begitulah, kurang inilah, tak suka itulah, dan lain sebagainya. Hal itu banyak dikeluhkan oleh seseorang terutama oleh berbagai teman yang merantau ke kota asing. Banyak hal yang menjadi masalah, seperti mengeluh karena tugas dan pengajar yang kejam. Resah karena menjawab soal ujian dengan pikiran yang berantakan. Overthinking karena teman yang tak sepemikiran. Pusing karena dompet yang mulai kering kerontang. Lelah karena pekerjaan yang mulai menumpuk, dan masih banyak lainnya. Padahal keadaannya sudah biasa-biasa saja dan terbilang cukup, tapi respon orang yang terlalu berlebihan terhadap sesuatu hal itulah yang menyebabkan segalanya menjadi bom waktu bagi dirinya sendiri. Yang bisa saja suatu waktu tiba-tiba meledak hingga rasa putus asa lah yang menghantui pikirannya.

Pesan Anonymous yang selalu penulis ingat untuk membentengi diri adalah “Orang yang banyak mengeluh biasanya adalah orang yang paling sering dikeluhkan oleh orang-orang di sekitarnya.” Tentunya tipe orang seperti ini sangat membahayakan bagi orang lain, karena dapat menularkan penyakit. “Hahhh penyakit? Gawat dong berarti?” Iya, hal tersebut dapat menularkan penyakit yang harus segera mendapatkan penanganan. Penyakit ini bukan penyakit serius seperti pada umumnya. Akan tetapi penyakit ini menularkan dampak serius pada orang lain, seperti ketika ada teman yang mengeluhkan suatu hal yang pada dasarnya sepele atau mudah dilakukan. Kemudian ketika dikeluhkan dan dibesar-besarkan maka hal tersebut yang awalnya mudah akan terasa berat.

Dampak Teman yang Tak Baik

Bagi orang yang mendengar keluhan-keluhan tipe orang yang seperti ini tentunya akan terprovokasi secara tidak langsung. Yang awalnya dia semangat untuk mengerjakan tugas. Kemudian kadar semangatnya menurun. Kini rasa percaya diri mulai luntur, dan berpikir “Oh benar juga ya apa yang mereka katakan?” Kini wajah yang ambis mulai tertunduk lesu, semangat memudar, rasa malas berdatangan dan rasa putus asa menyambar.

Baca Juga  Marak Tindakan Bullying di Sekolah, Apa Penyebabnya?

Jika rasa putus asa mulai berdatangan, dan menganggap bahwa dunia ini tidak adil, serta selalu mengeluhkan sesuatu hal. Lalu pertanyaannya, “Pernahkah kita mendengar seseorang yang mencarikan kita uang untuk biaya bertahan hidup di perantauan mengeluh? Siapakah mereka?” Ya, mereka adalah orang tua, kakak, tante, paman, kakek, nenek, dan lainnya. Seseorang yang berjuang keras untuk melihat kita berada puncak untuk menggapai impian suatu hari nanti.

Namun kita yang seharusnya menjadikan kebanggaan mereka. Namun justru terkadang menjadikan diri sendiri sebagai beban yang sebenarnya tidak cukup layak untuk menjadi kebanggaan keluarga. Ketika ditanyakan kembali, lantas apa yang sudah kita berikan kepada mereka yang sudah berjuang untuk kita? Tidak ada. Jadi, masih pantaskah kita berkeluh kesah, putus asa dan menyerah dengan gampangnya. Merekalah yang seharusnya menjadi motivasi bagi diri kita sendiri, melecut diri agar berlari, bukan diam di tempat, tetap tenang berada di zona nyaman dan tetap di titik nol. Berusaha memberikan afirmasi positif pada diri sendiri, bukan malah terprovokasi tentang hal negatif yang berasal dari lisan orang lain.

Tips Membentengi Diri

Tipe seorang yang seperti ini bukanlah teman yang harus kita hindari ataupun jauhi. Tapi justru sebaliknya, kita harus memberikan serangan balik pada diri mereka dan menyiapkan tameng bagi diri kita sendiri. Serangan tersebut bukanlah serangan berupa provokasi-provokasi negatif akan tetapi sudah menjadi tugas kita sebagai seorang teman adalah dengan menyuntikkan kata-kata positif dan optimis pada orang tersebut, sehingga pada nantinya bukan kita yang terpengaruh pada hal yang negatif tapi kitalah yang membawa dampak positif bagi orang lain di sekitar kita.

Sebagai seorang teman, kita harus dapat merangkul teman dan orang-orang yang kita cintai. Bukan malah meninggalkan mereka saat sedang sakit. Ya, sakit karena banyak mengeluh, putus asa, rendah diri, dan lainnya. Di saat seperti itulah kita sebagai orang yang mencintai mereka harusnya mampu menjadi obat, menjadi dokter yang dapat memahami dan merawatnya ketika sedang sakit. Bukan malah semakin menjadikannya bumerang. Sama halnya seperti dalam hidup kita yang selalu menjumpai berbagai macam warna. Hitam, putih, abu-abu, merah, kuning, hijau, dan lain-lain. Di dalam hidup, kita juga dihadapkan oleh berbagai pilihan yang sebenarnya kita juga memiliki hak untuk memilih. Jadi, kamu memilih mewarnai atau justru terwarnai? That’s your choice…!

Baca Juga  Periode Penting yang Tidak Akan Kembali
Crosscheck Orang di Sekitar Kita

Jika kamu ingin mengetahui siapa diri kamu sebenarnya. Cobalah kamu lihat siapa teman-teman yang berada di sekitarmu saat ini. Siapa teman yang bergaul denganmu saat ini. Karena seorang teman adalah cerminan dari siapa diri kita.

Masih ingat dengan hadist, Rasulullah Saw. bersabda “Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Yang membawa minyak wangi (teman baik), boleh jadi dia memberimu, atau kamu membeli dari padanya, atau paling tidak kamu mendapatkan harum semerbak daripadanya. Adapun tukang pandai besi, boleh jadi bajumu terbakar karenanya, atau kamu mendapatkan bau api darinya (HR Al-Bukhari dan Muslim).”

Dari hadis tersebut mengingatkan dan mengajarkan kita untuk lebih selektif dalam berteman dan memilih seorang sahabat. Karena teman pada dasarnya adalah cerminan diri kita. Jika kita berteman dengan teman yang saleh/sealehah maka akan mendatangkan kebaikan dan mengajak ke Surga, berbeda dengan teman yang buruk maka ia akan mendatangkan keburukan dan mengajak kita menjauh dari Surga. Hal itu juga perlu kita perhatikan terutama dalam memilih teman hidup.

Bagikan
Post a Comment