f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
media sosial moderasi beragama

Literasi Media Sosial untuk Penguatan Narasi Moderasi Beragama

Teknologi informasi menjadi momentum lahirnya era globalisasi yang berdampak pada terbukanya beragam budaya bangsa secara global. Kebutuhan akan teknologi tidak bisa dipungkiri. Teknologi melaju dengan begitu pesatnya mendorong terjadinya perubahan persfektif sosial budaya pada generasi muda, termasuk di dalamnya penggunaan media sosial.

Media sosial merupakan salah satu bagian dari teknologi dan informasi yang pesat pengguna dan perkembangannya. Media sosial menjadi sarana mendapatkan dan bertukar informasi atau sekadar berkomunikasi dengan sesama masyarakat. Proses penyampaian dan perolehan informasi pun menjadi sesuatu yang sangat mudah dilakukan.

Hasil survei Hootsuite (We Are Social) pada awal tahun 2021 menunjukkan bahwa pengguna internet meningkat tajam hingga mencapai 59,5 persen dari total populasi penduduk dunia. Sedangkan pengguna media sosial mencapai 53,6 persen. Data tersebut merupakan hasil survei pada bulan Januari 2021.

Di Indonesia, pengguna internet dan media sosial meningkat pesat dari tahun ke tahun. Hasil survei menunjukkan bahwa pengguna internet tahun ini mencapai 73,3 persen, dan pengguna media sosial mencapai 61,8 persen. Angka ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2020. Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna media sosial di Indonesia telah mencapai 171 juta. Dengan demikian, jelas bahwa aktivitas pertukaran informasi melalui media sosial sangat aktif dan masif.

Moderasi Bergama di Media Sosial

Munculnya media sosial saat ini lebih menarik daripada sarana komunikasi dan informasi lain, sebab lebih fleksibel dan efisien dalam penggunaannya. Kecenderungan membaca secara konvensional menurun dan beralih ke platform digital sebagai sumber bacaan. Sehingga media sosial menjadi pusat informasi dan komunikasi yang sangat kuat, mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari.

Banyaknya fitur-fitur media sosial seperti facebook, Instagram, twitter, whatsapp, telegram dan lain sebagainya. Hal ini dapat mempermudah dalam berinteraksi dengan tidak memikirkan masalah jarak dan waktu dengan biaya yang relative murah.

Baca Juga  10 Trik Bacakan Anak Buku Tanpa Baper!

Terlebih dari segala kemudahan yang ada di media sosial, hal yang paling mengerikan dalam penggunaan media sosial adalah tersebarnya hoax atau berita bohong. Saat ini banyak hoax yang tersebar dengan mengatasnamakan politik, etnis, agama dan golongan yang tidak sedikit menimbulkan masalah yang rumit. Kondisi inilah yang dapat menyebabkan ketidakmampuan memperhatikan kebenaran. Sehingga kebenaran tidak lagi dianggap penting melainkan dianggap sebagai justifikasi dari kebenaran itu sendiri.

Masyarakat Islam di mana pun, harus memiliki sikap bijak dan adil dalam menyikapi perbedaan. Perlu diketahui bahwa segala permasalahan yang timbul akibat dari perbedaan tersebut dapat disebut sebagai moderasi. Dalam bahasa agama, moderasi memiliki padanan yaitu wasathiyyah. Wasathiyyah menurut Quraish Shihab adalah keseimbangan dalam segala persoalan hidup duniawi atau ukhrawi yang selalu harus disertai upaya menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapi.

Moderasi di Indonesia ditunjukkan dengan sikap saling toleransi untuk menghormati perbedaan. Lalu, moderasi beragama maksudnya adalah cara pandang kita terhadap beragama secara moderat, dengan memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem dan radikal. Hingga sikap ekstrem, radikal, memberikan ujaran kebencian (haate speech) dapat mengakibatkan retaknya hubungan antar umat beragama.

Konten Moderasi Bergama di Berbagai Platform

Dewasa ini, moderasi beragama mengejawantah menjadi pesan-pesan yang masif tersebar di media sosial, melalui pesan visual, auditif ataupun gabungan antara keduanya. Seperti pembuatan meme dalam konten media sosial ikut mewarnai upaya pengayaan wacana moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari.

Istilah meme tentu sudah tidak asing lagi. Meme menjelma sebagai ilustrasi kreatif dari ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya untuk menggambarkan situasi tertentu.

Baca Juga  Tak Mudah bagi Anak Membuka Pintu untuk Orang Baru

Selain itu, pesan moderasi beragama didapat melalui konten podcast, video dakwah yang diunggah di media sosial yang tentu pembuatannya untuk menggiring opini publik dalam moderasi beragama. Saat ini, banyak podcast yang mengangkat tema moderasi beragama ataupun tema yang lainnya.

Kementrian agama misalnya membuat program podcast di channel Youtobe. Sebuah acara bincang seputar moderasi beragama yang narasumbernya adalah akademisi maupun praktisi yang mumpuni di bidang tersebut.

Dalam mengkampanyekan moderasi beragama kepada masyarakat luas, kemenag tidak hanya membuat program-program yang berkaitan dengan moderasi beragama saja. Namun, kemenag juga menginisiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) agar mendirikan dan menyelenggarakan Rumah Moderasi Beragama. Beberapa PTKIN mengambil langkah dengan menggunakan ruang publik digital dan media sosial sebagai wadah dan wahana pengayaan wacana moderasi beragama untuk terus disosialisasikan. Penyebaran ide melalui media sosial dengan membuat konten-konten tertentu seperti video, meme, publikasi karya ataupun tulisan artikel dan opini.

Moderasi beragama sebagai narasi digital sebagaimana dikemas dalam konten tertentu secara baik dan sistematis dan kemudian disebarluaskan oleh teknologi informasi digital. Namun ada saja konten-konten yang dibuat dinilai tidak objektif. Bahkan cenderung mengandung nilai-nilai fanatisme yang membenci terhadap kelompok tertentu.

Hal ini banyak dimanfaatkan oleh oknum tertentu untuk menyesatkan dan mengelabui masyarakat. Jika kita lihat beberapa kasus terorisme di Indonesia. beberapa pelaku yang terdoktrin dan kemudian melakukan aksi yang menyimpang karena pengaruh media sosial.

Dengan demikian, butuh peran literasi media sosial. Literasi media sosial adalah proses dalam mengakses, menganalisis serta kritis terhadap pesan-pesan yang terdapat dalam media sosial. Sikap literasi pengguna media sosial harus konsisten mencari kebenaran bukan semata menyebarkan informasi tanpa mengetahui isi kebenaran beritanya. Banyak informasi dari media sosial yang berhasil menyebarkan fitnah dan adu domba hingga membuat kekacauan dan keretakan di kalangan kaum mereka.

Baca Juga  Dilema Media Sosial, Intoleransi dan Politik Identitas

Literasi ini juga terkait sikap seseorang yang mampu memilih, menetapkan, menggunakan, mengakses, mengelola dan mengevaluasi sebuah konten atau informasi sehingga mampu mengambil kesimpulan yang tepat, cepat dan cerdas. Dengan demikian pengguna media sosial dituntut harus mampu berpikir kritis terhadap informasi-informasi yang masuk untuk memastikan kebenarannya.

Apabila pengguna media sosial telah memiliki kemampuan berpikir kritis tentunya akan terhindar dari paham radikal dalam masalah keberagamaan dan masalah lainnya. Pengguna media sosial harus hati-hati dan waspada terhadap apa yang terjadi di media sosial. Selain itu juga harus memiliki sikap moderat dalam menerima berbagai informasi, terutama dalam hal beragama.

Bagikan
Post a Comment