f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan perdamaian

Perempuan Sebagai Subjek Perdamaian

Ketidakseimbangan Gender antara Laki-laki dan Perempuan.

Selama lebih dari enam dekade, operasi perdamaian internasional telah  dibentuk dan terlaksana di puluhan negara di dunia. Operasi perdamaian internasional ini bertujuan untuk menyelesaikan konflik dan membantu terwujudnya perdamaian yang berkelanjutan (long-lasting peace).

Namun, satu hal yang mungkin paling jarang diungkit dan dibicarakan dalam setiap  operasi perdamaian yaitu keberadaan dan peran perempuan dalam proses perdamaian dan pemeliharaan perdamaian. Semua hal yang berikatan tentang hal tersebut selalu saja dikaitkan oleh laki-laki karena wanita dianggap tidak mampu untuk berkontribusi dengan baik.

Saat ini, kita bisa melihat sekaligus merasakan ketidakseimbangan gender antara laki-laki dan perempuan. Terkait dengan masalah Operasi Perdamaian Internasional, masih banyak pihak yang berpikir bahwa masalah konflik; perdamaian; dan segala upaya yang terkait dengan hal tersebut merupakan hal yang bersifat maskulin yang hanya dilakukan oleh laki-laki. Pemikiran tersebut membuat peran perempuan dalam penciptaan perdamaian menjadi samar, bahkan hampir menghilang. Hal tersebut bisa kita lihat dari banyaknya operasi perdamaian yang telah dilakukan yang sangat jarang bahkan tidak pernah  melibatkan perempuan di dalamnya.

Di Indonesia meluasnya opini bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya perempuan hanyalah sebatas untuk menjaga serta mendidik anak di rumah. Bahkan, ada beberapa orang yang berpikir wanita yang berpendidikan akan disegani dan akan sulit untuk mendapatkan pasangan. Opini tersebut membuat banyak perempuan yang memilih untuk bungkam daripada menyuarakan pendapat mereka sekaligus menjadi bukti nyata adanya ketidaksetaraan gender di masyarakat. Melalui tulisan ini, saya harap kita bisa melihat bagaimana pentingnya peran perempuan dalam mewujudkan sebuah perdamaian.

Perempuan Sebagai Subjek Sebuah Perdamaian

“Sejatinya perempuan adalah subjek sebuah perdamaian itu sendiri. Perempuan tidak bisa terus dilihat sebagai objek perdamaian, namun juga sebagai subjek yang dapat berkontribusi pada perdamaian.”

Baca Juga  Taaruf dalam Perkawinan

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi mengatakan bahwa peran kaum wanita dalam menegakkan perdamaian dan keamanan dunia sangatlah penting karena memiliki banyak kelebihan yang tidak dimiliki oleh kaum laki-laki; salah satunya yaitu insting keibuan yang secara alami dapat menumbuhkan perdamaian dengan cinta, kepedulian serta harmoni.

Sudah banyak pihak yang menyatakan pentingnya pihak perempuan dalam hal perdamaian, salah satunya adalah UN Peacebuilding Commission (PBC) menyatakan bahwa mereka mengeluarkan empat elemen atas perkembangan terhadap peran wanita dalam aspek perdamaian yaitu asumsi bahwa perempuan lebih baik dalam mengembangkan dan menjaga perdamaian; banyak data menyatakan perempuan lebih peka dibanding laki-laki, referensi terhadap kebutuhan untuk menyertakan perempuan dalam negoisasi formal tentang perdamaian, dan penggunaan terminologi gender yang menyarankan hanya pada perempuan.

Pada hakikatnya perempuan mampu dan pantas untuk bersuara, berkontribusi, serta ikut berjuang dalam memperjuangkan perdamaian dan keamanan dunia. Tidak hanya sebagai object namun juga mampu menjadi subject penggerak dan pembangun perdamaian itu sendiri.

Tokoh Perempuan yang Dianugrahi Hadiah Nobel Perdamaian.

Banyak tokoh perempuan yang sudah membantu dalam mendeklarasikan perdamaian dunia. Kaum perempuan memiliki pengaruh besar terhadap perdamaian dunia. Mereka bahkan turut berjuang melawan penindasan dan ikut menyuarakan kebebasan. Dan untuk segala keberanian yang telah mereka tunjukkan, berikut beberapa tokoh perempuan yang mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian. Siapakah mereka? Mari kita simak bersama!

1. Malala Yousafzai ( 2014)

Lahir 12 Juli 1997 di Mingora, Pakistan. Beliau adalah seorang wanita yang tinggal di Negara Pakistan. Dengan keberaniannya, dia menuliskan sebuah blog menggunakan nama samarannya yang dia kirimkan untuk BBC. Malala menceritakan dengan rinci bagaimana kehidupan masyarakat dibawah naungan Taliban. Taliban berupaya untuk merampas Lembah Swat dari warga sekitar, dan juga dia meminta untuk membantu pendidikan untuk anak-anak perempuan di tempat tinggalnya.

Baca Juga  Ibu, Pelukis Pelangi Toleransi Keluarga
2. Ellen Johnson Sirleaf (2011)     

Wanita kelahiran 29 Oktober 1938 di Liberia ini merupakan lulusan Harvard University sekaligus serorang presiden ke-24 di Liberia dan masih menjabat sampai sekarang. Sebelum menjadi presiden, Ellen pernah menduduki bang Menteri Keungan di bawah pimpinan Presiden William Tolbert tahun 1979 sampai 1980. Pada tahun 1997 Ellen mencalonkan diri menjadi presiden namun menduduki peringkat kedua. Dia tidak menyerah dan mencalonkan kembali di periode berikutnya dan terpilih sebagai presiden Liberia.

3. Tawakkol Karman (2011)

Lahir pada 7 Februari 1979 di Ta’izz, Yaman. Perempuan dengan bernama lengkap Tawakkol Abdelsalam Karman ini adalah seorang jurnalis tersohor di Yaman. Selain menjadi jurnalis dia juga seorang politisi senior dalam partai politik Al-Islah. Tawakol sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia dan aktif sebagai aktivis HAM, dia juga membangun kelompok yang bernama Women Journalist Without Chains pada tahun 2005. Di Yaman, Tawakkol dikenal atau dijuluki dengan Wanita Besi dan Ibu Revolusi karena kegigihan dan keberaniannya.

4. Shirin Ebadi (2003)

Wanita kelahiran 21 Juni 1947 di Hamadan, Iran ini merupakan mantan hakim sekaligus aktivis Hak Asasi Manusia di Iran yang selalu membela hak-hak perempuan dan anak-anak di sanah. Karena sikapnya yang kritis terhadap berbagai kasus penganiayaan dan membela hak asasi manusia yang terjadi Iran. Shirin dianugrahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tanggal 10 Oktober 2003 dan masuk dalam daftar 100 wanita paling berpengaruh sepanjang masa versi Forbes.

5. Leyamah Gbowee (2011)

Wanita kelahiran 1 Februari 1972 di Liberia ini merupakan lulusan Eastern Mennonite University. Dikenal sebagai aktivis perdamaian dari Liberia karena dia merupakan tokoh yang sangat berjasa dalam memimpin gerakan perdamaian yang membantu dalam berakhirnya Perang Saudara Liberia II pada tahun 2003.

Baca Juga  Memahami Keadilan Gender sebagai Kriteria Memilih Pasangan

Lima tokoh perempuan di atas hanyalah contoh kecil dari kaum wanita yang telah berhasil mendapatkan Hadiah Nobel Perdamaian karena masih banyak dari kaum wanita yang telah menjadi bagian dari perdamaian dunia. Oleh karna itu, kita bisa menegaskan bahwa perempuan sangat dibutuhkan dalam penyelesaian sebuah konflik; karena perempuan dapat berkontribusi banyak pada pemulihan kondisi sosial, budaya, ekonomi, dan politik paska konflik. Hal ini menjadi kekuatan penting perempuan dalam perdamainan sehingga perempuan memang pantas disebut sebagai agen (agent of peace) dalam kontribusinya terhadap keamanan dan perdamaian dunia.

Penulis : Luthfiah Husaini Assyauqy (Mahasiswi UIN Sunan Gunung Djati, Instagram : luthfiahha)

Bagikan
Comments
  • Ami

    MashaaAllah 🥰

    April 15, 2022
Post a Comment