f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
perempuan dan perdamaian

Islam dan Perempuan dalam Bingkai Perdamaian

Perdamaian yang berasal dari kata ‘damai’ memiliki banyak arti. Arti dari kedamaian tersebut dapat berubah dan berbeda makna sesuai dengan kalimat yang menghubungkannya. Contohnya, perdamaian dapat merunjuk kepada suatu usaha untuk menghentikan (mengakhiri) perang, atau menggambarkan kondisi di mana angkatan bersenjata sudah tak lagi menggunakan senjatanya untuk memerangi musuh dan mengalahkannya. Contoh lainnya, damai dapat diartikan sebagai suatu kondisi di mana kita merasa aman, tentram, bahagia, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk kehidupan kota yang kurang menyejukkan pikiran. Penggunaan kata ‘damai’ ini juga dapat menggambarkan kondisi emosional kita.

Memaknai Peran Perempuan dalam Menjaga Perdamaian

Menurut Parsons, peran dapat didefinisikan sebagai harapan-harapan yang diorganisasikan terkait dengan konteks interaksi tertentu yang membentuk orientasi motivasional individu terhadap yang lain melalui pola-pola kultural, atau melalui contoh perilaku. Maka, seseorang dapat belajar ‘siapa’ mereka di depan orang lain; dan ‘bagaimana’ ia harus bertindak saat berhadapan dengan orang lain, atau memperlukan penyesuaian.

Dapat dikatakan bahwa peran merupakan aspek dinamis dari status yang sudah terpola dan berada di sekitar hak dan kewajiban tertentu. Peran pun berhubungan langsung dengan status seseorang pada kelompok tertentu, atau pada situasi sosial tertentu yang dipengaruhi oleh seperangkat harapan orang lain. Juga, pelaksanaan peran sangat dipengaruhi oleh citra, atau membangun image yang ingin dikembangkan oleh seseorang. Terakhir, penilaian akan keragaan suatu peran menyangkut pada nilai baik dan buruk; tinggi dan rendahnya; atau bahkan banyak dan sedikit.

*

Kiprah perempuan dalam menjaga perdamaian sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Kita sudah sering mendengar tokoh-tokoh perdamaian seperti Bunda Teresa, Shirin Ebadi, Wangari Maathai, Rigoberta Menchu, Aung San Suu Kyi, dan tokoh perempuan lainnya yang semasa hidupnya sudah mengabdi bagi keberlangsungan hidup manusia agar senantiasa dikelilingi perdamaian dan dijauhkan dari segala bentuk penindasan. Mereka berjuang dalam menegakkan HAM yang seringkali diabaikan kepemilikannya oleh segelintir orang dengan kepentingan kelompok, dan selalu mempraktikan perbudakan demi kepuasan dirinya; juga orang-orang yang ada di dekatnya. Penjelasan tersebut sejalan dengan Janet Zullenger Grele (1979) yang mengemukakan bahwasanya perempuan cenderung lebih suka untuk bekerja sama daripada mendominasi; dan lebih suka menciptakan perdamaian daripada membuat konflik.

Baca Juga  Falsafah Jawa Ihwal Memilih Pasangan

Secara psikologis, perempuan dalam perannya sebagai seorang Ibu memiliki hubungan intens dengan anak-anaknya dan selalu bekerja sama. Ia mampu memupuk sikapnya untuk tidak mementingkan diri sendiri, sabar, keibuan, dan rela berkorban. Dengan memiliki sikap-sikap tersebut menjadikan perempuan selalu siap untuk menyesuaikan diri, mempertimbangkan jalan alternatif atau kemungkinan-kemungkinan lain agar tidak buntu saat berada dalam lingkaran kesulitan, dan mampu melihat perbedaan-perbedaan yang ada di lingkungannya. Karena pembentukan naluri keibuannya inilah, perempuan dapat membentuk karakter baik dan berguna saat ia berada di lingkungan sosialnya. Ini pun berlaku bagi perempuan yang bukan, atau bahkan belum menjadi seorang Ibu.

Ajaran-ajaran Islam dalam Menciptakan Perdamaian

Islam sebagai agama yang damai dan merupakan kunci utama dalam menyelamatkan umat manusia dari segala bentuk kehancuran, sesuai dengan misi utamanya dalam menyebarluaskan paham rahmatan lil ‘alamiin, karena Islam datang untuk menciptakan perdamaian di muka bumi. Sehingga, setiap makhluk hidup yang menempati bumi dan sedang menjalankan misinya sebagai seorang khalifah dapat menjalani hidup yang sejahtera. Agama Islam sebagai agama yang sangat memperhatikan keselamatan dan perdamaian sudah menganjurkan, bahkan selalu menyerukan kepada setiap pengikutnya untuk senantiasa hidup rukun dan damai, dengan tidak mengikuti hawa nafsu, ataupun godaan yang datang dari syaithan.

Ajaran dan nilai-nilai dalam Islam yang berorientasi kepada pembentukan perdamaian seperti larangan untuk berbuat dzalim, kerusakan atau bentuk kejahatan lain yang merugikan; diharuskannya menjunjung tinggi keadilan antar sesama manusia; memberikan kebebasan untuk menentukan hidup sesuai dengan keinginan dan tujuan yang hendak dicapai; menghadirkan persamaan derajat antar manusia, meski berada dalam latar belakang yang berbeda; menganjurkan untuk senantiasa memiliki sikap tinggi akan toleransi; mengajak untuk hidup rukun dan ringan untuk saling membantu dalam hal apapun; serta anjuran untuk meningkatkan rasa solidaritas sosial dan kepekaan sosial saat melihat banyaknya orang yang membutuhkan uluran tangan dari kita.

Baca Juga  Adaptasi dalam Menikah, Sebuah Ibadah Yang Tidak Mudah
*

Ajaran dan nilai-nilai sebagaimana penulis sebutkan di atas sudah banyak dijelaskan dalam Al-Qur’an secara lengkap dan terperinci; juga sudah dicontohkan oleh Rasulullah selaku panutan bagi mereka yang mengakui dirinya sebagai pengikut setianya.

Islam selain agama yang membawa misi universal untuk memberi rahmat bagi semesta alam, juga telah memberikan rambu-rambu, atau arahan apa saja yang mesti dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan sejati dalam kehidupan di dunia ataupun di akhirat; karena dalam Islam terdapat doktrin yang biasa disebut sebagai religious imagery atau gambaran akan masa depan. Maka dari itu, Islam merupakan bagian dari elemen aktif dalam menanggapi berbagai perubahan, terutama perubahan sosial di masyarakat. Adapun yang menjadi bagian dari misi besar Islam terhadap kemajemukan masyarakat ini ialah bagaimana menciptakan masyarakat menjadi khaira ummah, yang mana memiliki arti kepada para pengikutnya untuk senantiasa berbuat kebaikan atau ma’ruf, dan mencegah kepada kemunkaran, serta harus beriman kepada Allah, sesuai dengan Q.S. Ali-Imran ayat 110.

Perempuan sebagai Peacekeeper

Dapat kita simpulkan bahwa dalam memaknai peran perempuan sebagai peacekeeper atau agen dari perdamaian tak terlepas dari berbagai kiprah perempuan dari zaman dahulu saat melakukan perlawanan dalam mengatasi segala bentuk ketidakadilan, baik skala domestik, hingga skala internasional. Begitupun dengan Islam, yang sudah membawakan misi universal bagi kehidupan manusia, yaitu dengan cara menebarkan rahmat atau kasih sayang bagi semesta alam, tanpa melihat latar belakang perseorangan; juga ingin menciptakan masyarakat yang selalu berbuat kebaikan kepada sesama, juga mencegah dari perbuatan munkar dan berbagai bentuk dari kerusakan.

Lantas, apa yang harus perempuan lakukan sebagai bagian dari agen perdamaian untuk turut serta dalam menjalankan perannya tersebut? Pertama, perempuan harus senantiasa mendidik anak-anaknya untuk paham akan esensi dari perdamaian; toleransi; mengenalkan keberagaman (kemajemukan) masyarakat; dan membangun karakter baik lainnya. Kedua, aktif berkontribusi dalam menjaga stabilitas sosial. Ketiga, memiliki kepekaan sosial yang tinggi atas realita sosial di masyarakat. Keempat, memiliki spirit dakwah untuk menjalankan misi rahmatan lil ‘alamin sesuai dengan ajaran Islam.

Bagikan
Post a Comment