f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
mengelola keuangan

Tips Mengelola Keuangan ala Salman Al Farisi

Saat kebutuhan semakin hari semakin banyak macamnya, tentu kita harus lebih bijak dalam mengelola keuangan. Berapa banyak pemasuka? Ke mana uang penghasilan akan dibelanjakan? Berapa yang harus kita sisihkan? Jika tidak terkelola dengan baik tentu saja kita sendiri yang akan merugi.

Setiap orang pasti punya prioritas yang berbeda, dan ini sah-sah saja. Pengelolaan keuangan menjadi penting agar kita tidak terbiasa menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang tidak diperlukan. Islam mengajarkan kita untuk mengatur keuangan agar hidup kita bisa seimbang dan teratur dengan baik.

Mengapa penting mengelola keuangan?

Pertanyaan ini berkaitan dengan salah satu pesan Rasulullah SAW,

Ibnu Hibban dan At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat tidak akan beranjak hingga dia ditanya 4 hal, (1) tentang umurnya untuk apa dihabiskan?, (2) tentang jasadnya apa yang telah diperbuat?, (3) tentang ilmunya apa yang telah diamalkan?, (4) tentang hartanya dari mana ia peroleh dan ke mana ia habiskan?.”

Ternyata dari pesan Rasulullah ini, mengisyaratkan bahwa pertanggungjawaban terhadap harta bukan hanya soal halal tidaknya jalan yang ditempuh, tapi juga ke mana kita membelanjakannya. Terlepas dari banyak atau sedikitnya penghasilan yang kita dapat, kita tetap saja akan mempertanggungjawabkan. Nah, bagaimana kira-kira kita akan menjawabnya? Mari kita contoh bagaimana seorang Salman Al Farisi dalam mengatur keuangannya.

Formula 1-1-1 dari Salman Al Farisi

Selain terkenal karena usulnya menggali parit dalam perang Khandaq, Salman Al Farisi juga merupakan salah seorang sahabat Rasulullah yang sangat cerdik dalam mengatur keuangannya. Kita bisa menggunakan rumusan dengan formula 1-1-1 untuk mengatur keuangan.  

Formula ini bermula saat suatu hari Salman Al Farisi memiliki uang sebanyak 1 dirham. Ia menggunakan uangnya sebagai modal membuat anyaman dan menjualnya seharga 3 dirham. Penghasilanya ini kemudian dibagi menjadi 3 bagian, 1 dirham untuk keperluan keluarganya, 1 dirham untuk sedekah, dan 1 dirham untuk modal usahanya kembali. Jadi money management  ala Salman Al Farisi adalah 1 : 1 : 1 = sedekah : kebutuhan hidup : modal/investasi.

Baca Juga  Wujudkan “Rumahku Surgaku” di Dalam Keluarga
1. Sedekah

Konsep ini mengajarkan kita bahwa pada sebagian harta yang kita dapatkan, ada hak orang lain yang harus kita tunaikan. Sedekah juga menjadi salah satu cara untuk menyucikan harta. Ternyata, hidup di dunia ini bukan untuk menimbun harta. Tapi kendaraan buat membeli kehidupan selanjutnya. Nah, salah satu caranya adalah dengan bersedekah. Sudah melakukannya Rahmania? Jangan lupa ya sisihkan sebagian untuk yang membutuhkan.

2. Kebutuhan Hidup

Dalam merumuskan kebutuhan hidup, kita bisa menuliskannya dalam bentuk catatan. Mulai dari kebutuhan rumah tangga, pendidikan, tabungan, dana darurat, dan masih banyak lagi. Tentu perinciannya tergantung kebutuhan masing-masing. Jika formula Salman Al Farisi bisa kita terapkan, sedikit demi sedikit kita akan bisa menyeimbangkan kehidupan kita. Investasi di dunia jalan, investasi untuk kehidupan selanjutnya juga jalan, kebutuhan sehari-hari juga terpenuhi. Indah bukan?

3. Modal/Investasi

Banyak contoh sahabat Rasulullah yang mencari nafkah dengan cara berdagang, termasuk Rasulullah sendiri. Saya pun berpikir, kenapa ya bisa demikian? Ada banyak pilihan profesi, kenapa berdagang menjadi pilihan? Mungkin salah satu alasannya yang saya simpulkan adalah karena harus memenuhi kebutuhan setiap hari. Apapun yang kita perjualbelikan pasti ada orang-orang yang selalu membutuhkan, begitu seterusnya kalau kita bisa membaca peluang usaha. Maka dari itu, setiap orang akan terus saling membutuhkan dan dengan begitu usaha berdagang akan terus ada sampai kapan pun.

Pada suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk mengurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik-rintik selalu menyertai di setiap sore pada musim hujan ini.

Setelah  belajar tentang tips mengenai mengelola keuangan  ala Salman Al Farisi, saya ingin membagikan satu kisah menarik dalam buku “I Have a Dream” karya Arif Rahman Lubis. Barangkali kisah ini adalah salah satu contoh nyata dari penerapan formula 1-1-1 tadi dan mungkin pernah kita jumpai sehari-hari. Begini kisahnya.

Baca Juga  Sebuah Refleksi : Hari Ulang Tahun dan Cara Menyikapinya

Saat tangan sedang berlumuran tanah kotor, terdengar suara tek…tek.. tekk… Seorang tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat, saya hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkuk bakso untuk anak-anak.

Ada satu hal yang menggelitik pikiran ketika saya membayar. Si tukang bakso memisahkan uang penghasilannya. Ia menyimpan sebagian di laci, sebagian di dompet, sebagian lagi di kaleng bekas kue. Lalu, saya bertanya karena penasaran.

“Bang, kalau boleh tahu, kenapa uang-uang itu abang pisahkan? Apa tujuannya?”

Iya Pak, saya sudah memisahkan uang ini selama menjadi tukang bakso, hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana, saya ingin memisahkan mana yang menjadi hak saya, mana yang menjadi hak orang lain, dan mana yang menjadi hak cita-cita penyempurnaan iman.” Jawabnya.

Maksudnya?” Saya melanjutkan bertanya.

Iya Pak, kan Allah menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Saya membagi uang saya menjadi 3, uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari saya dan keluarga, uang yang masuk ke laci, artinya untuk infak atau sedekah, atau untuk melaksanakan qurban. Dan alhamdulillah, selama 17 tahun menjadi tukang bakso, saya selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya ukuran sedang saja, uang yang masuk ke kaleng, untuk menyempurnakan agama dengan menunaikan haji. Ibadah itu butuh biaya yang besar, sehingga saya berdiskusi dengan istri, dan istri menyetujui bahwa dari penghasilan harian jualan bakso ini, saya harus menyisihkan Sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Insyaa Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi saya dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Editor: Isnatul Chasanah

Bagikan
Post a Comment