f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
ayah

Semoga Syahid Untukmu, Ayah

“Assalamu’alaikum ayah. Semoga rahmat Allah tercurah untukmu.” Aku memandang ke makam itu, baru tiga hari kemarin engkau berada di sana. Air mataku mengembang, serasa belum percaya bahwa ayah sudah tiada. Betul-betul membuat dadaku sesak. Ayah, I miss u so much.

Ayah Sakit

Dua pekan sebelumnya, ayah menelponku dan menyampaikan kabar bahwa badannya demam, batuk dan pilek. Jantungku berdebar, mengingat bahwa masih ada pandemi di sini. Kukatakan untuk membeli obat penurun demam dan batuk di apotek. Tiga hari berikutnya, beliau mengabarkan bahwa beliau diare dan muntah. Kembali kusampaikan memberi obat OTC/on the counter di apotek dekat rumah. Terakhir ayah menelponku dengan video call. Kulihat ayah lemah terbaring di tempat tidur dan menyampaikan berita bahwa nafasnya sesak dan dadanya sakit.

Di waktu yang bersamaan pikiranku kacau dan berbagai kekhawatiran muncul. Memang benar ketika jauh dari orang tercinta yang sedang sakit kekhawatiran itu meningkat, pesat.

Aku menelpon adikku yang tinggal sekota dengan ayah ibu. Kusampaikan bahwa beliau harus dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin. Aku khawatir beliau tertular Covid. Akhirnya, ayahpun dibawa ke rumah sakit terdekat. Disampaikan bahwa saturasi ayah 83% (normalnya 96-100%) dan hasil swab antigennya positif Covid. Ayah harus mondok.

***

Juni itu adalah bulan peak Covid di seluruh Indonesia, terutama pulau Jawa. Rumah sakit harus mendirikan tenda-tenda untuk merawat pasien yang jumlahnya terus meningkat. Kekurangan oksigen sebagai terapi inti penyakit ini, terjadi di mana-mana. Dan aku mengetahui dari grup WA bahwa Jogjakarta full untuk semua rumah sakit.

Akhirnya aku membawa ayah, untuk dirawat di kotaku Di sini masih ada tempat untuk merawat pasien Covid. Ibu yang juga ternyata demam, batuk, pilek dan diarepun, terpaksa aku mondokkan.

Baca Juga  Rona Bahagia dan Raut Khawatir di Balik Sebuah Pesta

Aku ikut menjemput, bersama dengan mobil ambulans. Tiga jam perjalanan, lanjut 3 jam perjalanan pulang. Kami tiba tengah malam. Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa paru-paru ayah mengalami pneumonia. Fungsi parunya berkurang 50%. Hatiku menangis. Aku sudah merawat penyakit ini hampir 15 bulan terakhir, di bangsal isolasi. Tak pernah terbayangkan, kalau aku harus merawat kedua orangtuaku di bangsal Covid.

Ayah dan ibupun segera mendapatkan perawatan. Anakku kuminta untuk menunggui eyangnya yang sudah sepuh, aku sudah minta ijin ke dokter Rini sebagai dokter penanggung jawab. Aku tinggalkan mereka di ruang perawatan dan pulang ke rumah. Kulihat perkembangan ayah membaik dengan saturasi naik menjadi 93%. Aku sangat berharap bahwa ibu, terutama ayah bisa melalui masa kritis ini. Ibu sendiri kondisinya baik dan stabil.

***

Setelah aku melakukan tugas sebagai dokter di rumah sakit, aku masuk ke dalam ruang isolasi di mana mereka dirawat. Aku memeriksa kondisi paru-paru ayah, aku sangat kaget bahwa sudah terjadi peradangan paru yang sangat berat dan ayah semakin sesak. Dengan oksigen dosis tinggi yang diberikan lewat sungkup 20 liter/menit, tidak cukup untuk mengangkat saturasi ayah. Saturasinya drop lagi. Sejak saat itu, aku memutuskan untuk menunggui orang tuaku. Feelingku mengatakan bahwa kondisi ayah sangat memburuk. Anakku kupulangkan karena mulai demam dan batuk. Dia tampaknya telah tertular Covid.

Hasil swab PCR keluar. Kedua orangtuaku positif Covid dan sudah mendapatkan standar perawatan. Karena ayah mengalami badai sitokin, dokter Rini menyampaikan akan menambahkan plasma konvalesens dan obat imunoglobulin, selain antivirus dan antiinterleukin. Aku setuju dan berharap banyak bahwa beliau dapat tertolong dengan pengobatan ini.

Baca Juga  Cari Duit atau Memburu Berkah?

Kondisi Memburuk

Hari ketiga perawatan, yakni seminggu sejak munculnya gejala, kondisi ayah memburuk. Setelah terapi oksigen menggunakan HFNC (High Flow Nasal Canule) dengan flow 60 liter/menit ditambah dengan sungkup 20 liter, ternyata hanya bisa mempertahankan saturasi di angka 80%. Aku sangat pesimis, tampaknya usaha dokter sudah mentok. Dokter Rini pun menyarankan untuk dipasang ventilator.

Aku mengonsultasikan hal ini ke beberapa teman sejawatku, dokter-dokter anestesi. Aku menolak pemasangan ventilator, yang hanya memberikan harapan minimal. Semua upaya sudah dilakukan. Ayah makin sesak, nafasnya sangat terengah-engah. Aku sungguh tidak tega. Hatiku perih, pedih sekali. Laju respirasinya lebih 40x/menit. Ini sangat menguras tenaga, seperti orang yang berlari 24 jam nonstop. Ini sudah terjadi 3 hari terakhir. Aku sangat tahu prognosisnya. Sangat jelek.

Aku mengambil risiko tertular Covid dengan merawat kedua orang tuaku. Aku bisa saja mengalami hal yang sama dengan ayah. Artinya keputusanku untuk menunggui ayah ibuku adalah keputusan sangat berat. Bahkan risikonyapun mati. Aku sangat paham itu. Tapi bismillah, aku mohonkan ke Sang Serbamaha untuk menyembuhkan mereka.

***

Aku sudah tahu, bahwa ayah tidak mungkin tertolong. Akupun ‘mengode’ beliau bahwa waktunya tidak akan lama lagi. Setiap saat aku membimbingnya  mengucapkan syahadatain. Aku wudhukan ayah dengan air zamzam, walaupun tidak sempurna wudhunya. Minum pun dengan zamzam. Berharap adanya kesembuhan dari Allah. Beliau sudah 5 hari tidak bisa makan apapun, karena sesaknya.

“Ayah, ikuti aku. Asyhadu an-Laa Ilaaha ill Allah, wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah.” Beliau mengikuti, terbata-bata. Aku membimbing beliau berulang-ulang, setiap ada kesempatan. Aku ingin kata-kata terakhir yang keluar dari mulut beliau adalah syahadat, sebelum terjadinya penurunan kesadaran. Air mataku bercucuran, sudah berhari-hari ini. Aku berusaha setegar mungkin.

Baca Juga  Opsi di Ruang Tunggu

“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” Aku lantunkan akhir surat Al-Fajr ini sambil berderai air mata. Beliau mengikuti bacaanku.

Kubisikkan di telinganya, “Ayah orang baik. Insya Allah husnul khotimah. Kita kelak bertemu kembali di surgaNya Allah.” Ayah menangis dan mengangguk.

***

Kuucapkan istighfar sebanyak-banyaknya. Aku selalu memosisikan ayah dengan posisi sholat. Alhamdulillah bed beliau sudah menghadap kiblat. Aku wudhukan lagi dengan zamzam, kuberikan minum beberapa sendok zamzam lagi. Kemudian beliau menutupkan matanya, masih sangat sesak.

Sore terakhir itu, ayah sempat menanyakanku, hari apakah sekarang. Hari Kamis, jawabku. Aku terpikir, apakah ayah ingin berpulang di hari Jumat. Hari terbaik sepanjang pekan. Aku berusaha jangan sampai tertidur. Takut melewatkan waktu, saat beliau berpulang.

Monitor menunjukkan garis mendatar. Aku mengecek sendiri dengan alat tensimeter dan oksimetri. Saat yang menakutkan itu pun tiba. Kubangunkan ibu setengah jam sebelumnya. Kami membacakan surat Yasin. Akhirnya malaikat mautpun menjemput, Jumat pukul 01.00. Inna Lillahi wainna Ilaihi rooji’uun. Sesungguhnya kami adalah milikMu. Dan akan kembali kepadaMu. 

Kita tidak tahu tentang maut. Selama masih ada waktu, baktikan diri sebaik-baiknya kepada kedua orang tua. Telah pergi satu pintu surgaku. Terimalah bakti anakmu ini. Semoga sakitmu, menjadikanmu syahid. Aamiin.

Bagikan
Comments
  • Abidin

    Innalillahi wa inna ilaihi roji’un, smg ayahanda husnul khotimah. Aamiin.

    September 22, 2021
  • anita.dewi715@gmail.com

    Semoga Allah menempatkan kita kelak di tempat yg terbaik tempat yg dirahmati Allah dan sll dilindungi malaikat baik nya Allah…
    Aamiin2 ya Allah

    September 22, 2021
  • Palupi Widiana

    Masya Alloh… mpe nangiiis mbaca nya mbak… This is a real true story

    September 22, 2021
  • Soni Budiyono

    Bagusbaget

    September 22, 2021
  • Soni Budiyono

    Bagusbanget

    September 22, 2021
  • wigati surya darmo

    masyaAlloh, insyaallah syahid

    September 22, 2021
  • Siti Aminah

    Bangganya punya putri seorang dokter. Prestasi terbesar ayah punya putri solehah. 😍

    September 22, 2021
  • Kang Didin

    Semoga Husnul Khotimah, Inshaalloh Sahid.🤲

    September 22, 2021
  • Joko susilo

    Bikin air mata bercucuran

    September 22, 2021
  • Triningsih

    Aamiin…Insyaallah syahid…🤲🤲

    September 22, 2021
  • ahmad

    berkesan….teringat almarhum BAPAK….

    September 22, 2021
  • Dhini

    Sungguh menginspirasi.

    September 22, 2021
  • Sangaatttt..menyentuh hati🥲

    September 22, 2021
  • Ayahhanda

    Renungan

    September 22, 2021
  • Sidkn

    Subhanallah,,
    Senangnya Beliau mpunyai anak sholihah,, yang bisa menuntun kalimah syahadat penghujung hayat

    September 22, 2021
  • Masya allah ,air mata menetes sendiri

    September 22, 2021
  • Rochyadi

    Innalillahi wa innailahi rojiun…Insyaa Allah husnul khotimah 🤲

    September 22, 2021
  • Airin

    Menetes air mata,
    Syahid untuk almarhum ayah, aamiin

    September 22, 2021
  • SRIMUL

    MasyaAllah…jd teringat almarhum Bapak…😭

    September 22, 2021
  • Nurjanah

    insyaallah husnul khotimah..
    jd ingat kedua orangtua sy…kita semua menunggu saat untuk kembali kepadaNya

    September 22, 2021
  • Subhanallah Insyaallah husnil khotimah . . Smg bu dr termasuk waladun sholihun yad’u lah

    September 22, 2021
  • Imaz

    Merinding bacanya dok, penuh hikmah dan pembelajaran…👍🙏

    September 22, 2021
  • Eva Fadhlia S

    InsyaAllah Ayahanda husnul khotimah, jadi teringat alm Bapak saya..mudah2an kita bisa berkumpul kembali di Surganya Allah, Aamiin..

    September 22, 2021
  • Awaludin gunawan

    Innalillahi wa inna ilaihi roji’un …
    Semoga Husnul khotimah…
    Aamiin…

    September 22, 2021
  • Dinar C

    Innalillahi wa innailaihi rooji’uun. Smg diampuni dosanya, diterima amal kebaikannya dan ditempatkan di JannahNya.
    Klg yg di tinggalkan diberi ketabahan kesabaran keikhlasan.
    Aamiin ya rabbal’aalamiin 🤲🤲

    September 22, 2021
  • Heni puspita

    Iin sya alloh husnul khotimah

    September 22, 2021
  • Shinta Prawitasari

    Allahumma firlahu warhamhu waafihi wafuanhu

    September 22, 2021
  • Siti Hasanah

    Semoga almarhum ditempatkan ditempat terindah

    September 22, 2021
  • Gusrin

    Hikz …hikz… cediiih…in sya Allah Husnul Khotimah..Aamiin…

    September 22, 2021
  • Duriatul Fatonah

    Innalilahi wa innailaihi rojiuun … Semoga bapak Khusnul khatimah diberi lapang dalam kubur dimudahkan ke surga dan akan bertemu kembali kelak. Turut berdukacita Bu Arlin.

    September 22, 2021
  • Setiawati S

    Innalillahi wainnailaihi rojiun…
    Semogo Allah meridhoi dan syurga sebagai tempat kembali..
    Aamiin

    September 22, 2021
  • Teguh 73

    Bikin aku teringat bapaku …semoga husnul khotimah aamiin

    September 22, 2021
  • Irfan fauzani djohar

    Innalillahi wa innalillahi ro’jiun, allahumagfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu, semoga almarhum diberikan tempat terbaik di sisiNya aamiin. Belum dapat membayangkan di posisi orangtua meninggalkan saya, bertambahnya usia saya menjadi dewasa, orangtua pun bertambah semakin tua, semoga orangtua saya selalu diberikan kesehatan dan umur panjang, aamiin. Terimakasih dokter untuk kisahnya

    September 22, 2021
  • Arie Suhendro

    Bapak nya Arlyn orang baik, semoga Om Tris dilapangkan kubur nya dan diberikan tempat yang layak di sisi Allah SWT.

    September 22, 2021
  • Eny

    Husnul khotimah buat bapak dok

    September 22, 2021
  • Purwaningsih

    Innalillahi wainnailaihiroji’uun… Semoga husnul khotimah….

    September 22, 2021
  • Erikatyas

    Semoga Khusnul khotimah ya bapak…. Insha Alloh bapak orang baik…

    September 22, 2021
  • Dwi Tito Rahayu

    Syahid InshaAlloh,sama seperti suami kakak dan Mbah putri

    September 22, 2021
  • Amanah

    Insya Allah beliau syahid Dokter, surga menanti beliau, aamiin

    September 22, 2021
  • Yuli Astuti

    Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun. Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu. Semoga Husnul khotimah, insya Alloh Sahid, Aamiin

    September 22, 2021
  • Unggul S.,

    In Sya Allah, Ayah HUSNUL KHOTIMAH Aamiin Aamiin Aamiin.,

    September 23, 2021
  • Ithung

    In Syaa Allah ayahanda dr arlyn Husnul khatimah, terharu bacanya, bisa mengantarkan ayahnya kehadapan Allah dengan menuntunnya mengucapkan kalimat syahadat, saya ingat waktu ayah saya menghadap Allah, posisi saya jauh di kota dingin sedangkan ayah saya di kota besar, saya nangis di sepanjang jalan.

    September 23, 2021
  • Yani

    Semoga Husnul Khotimah…nangis bacanya ingat bapak br meninggal 3mgg lalu…

    September 24, 2021
  • Yenni

    Turut berduka cita ,Insyaalloh ayah dokter husnul khotimah dan kluarga diberi ketabahan Aamiin🤲

    September 26, 2021
  • Arlyn Yuanita

    Terima kasih untuk semua komentar. Semoga Allah mewafatkan kita dalam keadaan Husnul khotimah. Dan kita dipertemukan di surga Nya nanti. Aamiin

    Oktober 5, 2021
  • Ipung

    Brebes mili dok

    Oktober 8, 2021
Post a Comment