f

Get in on this viral marvel and start spreading that buzz! Buzzy was made for all up and coming modern publishers & magazines!

Fb. In. Tw. Be.
bahagia sederhana

Benarkah Bahagia itu Sederhana?

Suatu hari saya melihat status WhatsApp seorang teman.  Menampilkan gambar siluet dirinya, menatap pemandangan indah saat sunrise (entah dimana lokasinya), dengan caption  “Bahagia itu Sederhana”. Walaupun senyumnya tidak terlihat karena siluet, tapi dari gayanya yang ceria dapat dipastikan bahwa dia sedang bahagia. Mungkin merasa bahagia karena bisa menikmati pemandangan sunrise yang begitu indah, atau merasa bahagia karena bisa berlibur setelah penat sekian lama bekerja.

Di hari berikutnya saya melihat lagi post terbaru dari teman yang lain di Instagram. Terpampang fotonya bersama keluarga dalam satu momen kumpul-kumpul, disertai caption yang sama “Bahagia Itu Sederhana”. Semua orang termasuk teman saya di foto itu tampak cerah ceria, tersenyum dengan ekspresi sumringah menatap kamera. Benar-benar menggambarkan kebahagiaan keluarga sesuai dengan caption-nya.

Rasanya kita sudah sangat sering mendengar kalimat “Bahagia Itu Sederhana”. Saya coba search di google arti dari kalimat tersebut,  dan saya menemukan 21 juta hasil pencarian. Wow.  Dan bila dibuka images, maka akan muncul gambar-gambar yang mencerminkan kebahagiaan dalam beragam situasi.

Hasil pencarian saya juga menunjukkan bahwa kalimat ini ternyata banyak digunakan sebagai quote atau kutipan kalimat bijak atau  kalimat motivasi. Yang pada intinya mengajak orang lain bahagia, dengan caranya masing-masing. Tiba-tiba terbersit pertanyaan di hati saya, benarkah bahagia itu sederhana? Bila memang begitu sederhana mengapa masih banyak orang yang sulit untuk mewujudkannya. Kenyataannya masih banyak orang yang tidak bahagia, bila dilihat dari pemikiran dan perilakunya.

Persepsi tentang Kebahagiaan

Kebahagiaan pada dasarnya mengarah pada satu hal yaitu emosi positif, yang membentuk pikiran, perasaan, dan perilaku.  Emosi positif ini dapat berupa kepuasan, ketentraman, kesenangan dan kenyamanan hidup, yang muncul dari pikiran dan perasaan positif terhadap kehidupan yang dijalaninya. Emosi positif ini bisa berasal dari perasaan di masa lalu, cara berpikir di masa depan, dan cara menjalani kehidupan di masa sekarang.

Baca Juga  Lomba Pitulasan, Tidak Asal Viral Namun Harus Bermoral

Sehingga dapat dipahami bahwa seseorang yang mempunyai pengalaman buruk di masa lalu, dapat mempengaruhi kebahagiaannya saat ini, dan cara berpikirnya untuk masa depan. Besar kecilnya pengaruh itu tergantung kemampuannya untuk  mengendalikan emosi positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.

Pada dasarnya, setiap orang mendefinisikan kebahagiaan, dengan persepsinya masing-masing. Ada  yang mempersepsikan kebahagiaan ketika berkumpul bersama keluarganya seperti teman saya.  Ada juga yang merasakan kebahagiaan ketika berkumpul dengan teman-temannya, atau dengan komunitas tertentu yang mempunyai kesamaan pemikiran.

Sedangkan sebagai individu, ada yang mempersepsikankan kebahagiaan dalam bentuk  kesehatan, perasaan dihargai dan dicintai, kebebasan berkarya, menjadi diri sendiri, eksistensi dan kesuksesan. Ada juga kebahagiaan yang berbentuk kekaguman, keindahan, kesetiaan, rasa cinta dan kebanggaan.  Bahkan ada orang yang merasakan kebahagiaan dengan pengorbanan,  lebih banyak memberi daripada menerima, dan perasaan berguna bagi orang lain.

Emosi Positif dalam Kebahagiaan

Karena kebahagiaan mengarah pada emosi positif, maka pikiran, perasaan dan perilaku orang yang bahagia juga akan menjadi positif. Pikiran yang positif akan selalu optimis dengan masa depan. Berbaik sangka, tidak mudah curiga, tidak mudah cemas, tidak mudah panik, tidak mudah mengeluh, tidak mudah menyerah dan tidak mudah putus asa.

Sedangkan perasaan yang positif dipenuhi dengan kegembiraan. Tidak membenci, tidak iri dengki, tidak mendendam, mudah memaafkan, sabar, ikhlas dan penuh rasa syukur. Adapun perilaku yang positif ditunjukkan dengan ketenangan saat menghadapi masalah. Tidak mudah marah, tidak mudah menghujat, tidak mudah menyalahkan dan tidak mudah terprovokasi.

Emosi positif dalam kebahagiaan juga akan dapat menyebarkan energi positif di lingkungannya.  Individu dengan emosi positif akan menjadi teman yang sangat menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya.  Sebaliknya individu dengan emosi negatif akan menjadi teman yang sangat melelahkan, bahkan menyebalkan. Bila kita tidak berkepala dingin menyikapinya, bisa jadi malah ikut terbawa emosi negatif yang disebarkannya.

Baca Juga  Ketika Perempuan Memilih: S2, Menikah atau Karir Dulu?

Seperti salah seorang teman saya, saat mengikuti leadership training di Belanda tahun 2015. Teman saya ini adalah seorang “pengeluh”, semua hal dicela dan dikomentari negatif. Keluh kesahnya yang terlontar setiap saat itu, sungguh membuat kami teman-temannya merasa lelah.   Bahkan saat city tour, dia sempat hilang dari rombongan, karena terus mengeluh kecapekan dan istirahat entah di mana. Tapi anehnya dalam forum pembelajaran dan diskusi kelas bersama mentor justru lebih banyak diam, tidak serewel saat bersama kami.  Akhirnya kami paham dan dapat memaklumi, ternyata ada masalah dalam rumah tangganya, yang membuatnya menjadi individu yang tidak bahagia.

Mewujudkan Bahagia dengan Cara Sederhana

Teman saya yang bermasalah dengan rumah tangganya itu seharusnya bahagia. Karir dan pekerjaannya sangat bagus, berpendidikan doktor, cantik dan pintar. Seandainya dia menyadari semua kelebihan yang dimilikinya diidamkan banyak wanita, mungkin dia akan bahagia. Dan seandainya dia bukan seorang “pengeluh”, mungkin akan punya banyak teman yang dapat menambah wawasannya tentang kehidupan berumah tangga. Sehingga dia bisa menjalaninya dengan lebih baik.

Banyak contoh kebahagiaan di sekitar kita yang terkadang tidak kita sangka. Seorang anak bisa bahagia dengan mainan barunya yang berharga mahal, tapi ada juga anak yang sudah merasa bahagia dengan mainan bekas yang ditemukannya di tempat sampah atau di jalanan. Ada orang yang merasa bahagia bisa makan beragam menu lezat di restoran mewah, tapi ada juga orang yang merasa bahagia bisa makan di rumah dengan menu seadanya. Teman saya merasa bahagia karena bisa berlibur dan menikmati  sunrise atau mungkin karena bisa travelling ke mana-mana, tapi ada juga yang merasa bahagia di rumah saja seperti saya.

Baca Juga  Hiperealitas dan Komodifikasi Ramadan dari Perpektif Jean Baudrillard

Jadi dapat disimpulkan bahwa kalimat “bahagia itu sederhana” benar adanya, karena setiap orang sejatinya dapat mewujudkannya dengan mudah. Tidak perlu metode yang rumit, tidak perlu dipelajari sulit-sulit, tidak perlu biaya mahal, tidak perlu bergantung pada orang lain, dan tidak perlu menunggu waktu besok, lusa atau kapan-kapan. Tapi “sekaranglah saatnya kita bahagia”, kapan saja, dimana saja, dengan cara apa saja. Rasa bahagia itu bisa diwujudkan dari kemauan diri sendiri untuk mengembangkan emosi positif. 

Kebahagiaan itu sebenarnya tidak pernah jauh dari kehidupan kita, dan untuk mewujudkannya tidak perlu persyaratan apa-apa. Kita tidak perlu mencarinya atau menunggunya. Kebahagiaan itu ada di setiap apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, apa yang bisa kita sentuh dan apa yang bisa kita rasakan. Kita hanya tinggal menikmatinya dengan pikiran, perasaan dan perilaku yang positif. Selalu mensyukuri semua yang ada dan semua yang kita punya, maka bahagia itu menjadi sederhana.

Bagikan
Post a Comment